Beranda Film Menghargai Diri di Balik Obsesi Kecantikan dalam Film The Substance

Menghargai Diri di Balik Obsesi Kecantikan dalam Film The Substance

BERBAGI
Poster filem The Substance (Dok.dribbble.com)

Resensi | DETaK

Judul Film : The Substance 

Rilis : 16 Oktober 2024 

Iklan Souvenir DETaK

Sutradara : Coralie Fargeat 

Negara Asal : Amerika Serikat 

Genre : Drama, Sci-Fi, Thriller 

Pemain : Demi Moore, Margaret Qualley, Dennis Quaid, Gore Abrams, Hugo Diego Garcia, Craig Silver 

“The Substance” adalah film yang menggugah pikiran dan penuh emosi, menyuguhkan sebuah perjalanan penuh konflik batin yang mendalam dari Elisabeth Sparkle (Demi Moore), seorang aktris pemenang Oscar yang berjuang melawan kenyataan penuaan dan penolakan industri hiburan terhadap wanita yang lebih tua. Setelah dipecat dari program aerobik yang telah membesarkan namanya, kehidupan Elisabeth semakin terpuruk ketika ia mengalami kecelakaan mobil yang membawanya ke rumah sakit. Kehidupan yang sebelumnya dipenuhi kemewahan dan perhatian publik kini terasa seperti sebuah bayangan, seiring tekanan sosial dan karier yang semakin surut.

Di rumah sakit, Elisabeth menemukan iklan serum ajaib yang menjanjikan keabadian dan kecantikan abadi. Keputusannya untuk menyuntikkan serum tersebut memicu serangkaian peristiwa yang mengubah hidupnya secara dramatis dan tak terduga. Serum itu memberi Elisabeth kemampuan untuk berpindah kesadaran ke tubuh baru setiap tujuh hari. Meski tampaknya menawarkan keabadian dan kesempatan untuk tetap tampil muda, perubahan tubuh yang berkelanjutan ini memunculkan dilema etis dan emosional yang mendalam. Elisabeth mulai bergulat dengan pertanyaan tentang apa artinya menjadi diri sendiri dan bagaimana identitasnya terhubung dengan fisiknya, sebuah tema yang menjadi inti dari film ini.

Film ini mengangkat isu penting mengenai bagaimana masyarakat, khususnya dunia hiburan, mengutamakan kecantikan dan penampilan fisik sebagai tolok ukur utama keberhasilan seorang wanita. Dalam pencariannya untuk mencapai “kesempurnaan,” Elisabeth akhirnya menemukan bahwa keabadian fisik bukanlah jalan menuju kebahagiaan sejati. Nilai sejati seorang individu, terutama seorang wanita, lebih terletak pada pengalaman hidup, hubungan yang dibangun, serta kualitas batin yang dimilikinya. “The Substance” dengan cerdas menggambarkan perjalanan Elisabeth untuk menerima dirinya sendiri, meski ia terperangkap dalam ilusi keabadian yang diciptakan oleh serum tersebut.

Akting yang luar biasa dari Demi Moore dan Margaret Qualley menjadi sorotan utama film ini. Moore menampilkan kerentanan yang mendalam sebagai Elisabeth, seorang wanita yang merasa terpinggirkan oleh waktu dan perubahan tubuhnya. Sementara itu, Qualley memberikan nuansa segar dan menawan sebagai Sue, tubuh baru Elisabeth yang harus menghadapi tantangan baru dalam dunia glamour dan pengakuan. Interaksi emosional antara kedua karakter ini menciptakan ketegangan yang luar biasa, mengungkapkan perasaan bingung, kehilangan,

dan pencarian identitas yang kuat. Keduanya berhasil menunjukkan kompleksitas karakter yang saling bertentangan, menciptakan hubungan yang menggugah.

Coralie Fargeat, yang sebelumnya dikenal lewat film “Revenge,” menunjukkan kemampuannya dalam mengarahkan film yang memadukan ketegangan, dramatisme, dan elemen-elemen sci-fi yang kuat. Dengan gaya visual yang tajam dan penuh simbolisme, Fargeat berhasil menciptakan atmosfer yang menggugah, di mana kenyataan dan fantasi bergabung untuk mengeksplorasi kedalaman psikologi manusia. Narasi film ini disusun dengan cermat, menggambarkan dampak psikologis dari pilihan-pilihan yang diambil Elisabeth, serta konsekuensi yang harus dihadapinya. Momen-momen mencekam dan reflektif terjalin dengan baik, membuat penonton terus terlibat dalam perjalanan karakter utama, sambil merasakan kerumitan keputusan yang diambil oleh Elisabeth.

Namun, meskipun film ini menawarkan banyak hal untuk direnungkan, beberapa penonton mungkin merasa elemen fantastis yang ada dalam cerita kurang dieksplorasi secara mendalam. Beberapa pertanyaan terkait mekanisme serum atau konsekuensi lebih luas dari kehidupan seperti itu tetap tersisa tanpa jawaban pasti. Walau demikian, film ini tetap sangat direkomendasikan bagi mereka yang tertarik pada eksplorasi tema feminisme, penuaan, dan identitas diri dalam dunia yang semakin terobsesi dengan penampilan fisik. “The Substance” tidak hanya menawarkan hiburan yang mendalam, tetapi juga membuka ruang refleksi tentang bagaimana masyarakat memandang kecantikan, nilai seorang wanita, dan pentingnya mencintai diri sendiri tanpa terjebak pada standar eksternal.

Penulis bernama Natasya Syahira, mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.