Artikel | DETaK
Donald Trump terpilih kembali sebagai presiden Amerika Serikat pada pemilu 2024, mengalahkan Kamala Harris. Kembalinya Trump mencatatkan sejarah sebagai presiden pertama dalam lebih dari satu abad yang terpilih kembali setelah kalah pada periode sebelumnya, sebuah pencapaian yang pernah diraih Grover Cleveland pada abad ke-19. Kemenangan Trump didukung oleh kampanye yang kuat di media sosial, dukungan dari tokoh terkenal seperti Elon Musk, dan strategi yang menargetkan pemilih di wilayah industri yang mengalami penurunan ekonomi serta pendukung baru di kalangan pemuda untuk menjangkau pemilih. Trump menggunakan strategi yang fokus pada masalah ekonomi dan kekhawatiran terkait arah kebijakan di masa depan. Pendukung Trump menginginkan pemimpin yang dianggap mampu membawa perubahan drastis dalam kebijakan domestik dan internasional, khususnya di bidang ekonomi dan kebebasan berpolitik.
Donald Trump menargetkan pemilih muda dalam kampanyenya karena beberapa alasan strategis. Pertama, Trump dan tim kampanyenya mengenali bahwa pemuda, terutama pria muda, sering kali merasa tidak terwakili dalam politik arus utama. Mereka cenderung skeptis terhadap partai politik tradisional dan lebih menghargai suara otentik dari figur-figur yang bisa mereka percayai, termasuk influencer dan selebritas yang mereka ikuti secara online. Trump juga menyasar platform seperti podcast populer dan kolaborasi dengan tokoh-tokoh media sosial seperti Adin Ross dan Logan Paul untuk menjangkau pemilih muda, terutama pria yang lebih fokus pada isu-isu ekonomi dan lapangan kerja daripada hak reproduksi atau lingkungan, yang lebih menarik bagi kelompok demografi lainnya.
Selain itu, Trump memanfaatkan ketidakpercayaan generasi muda terhadap media tradisional, dengan menggunakan influencer yang dipercaya oleh audiens ini untuk mendorong partisipasi politik dan dukungan bagi kampanyenya. Pendekatan ini lebih menekankan pada penguatan identitas budaya dan ekonomi daripada persuasi kebijakan yang mendalam. Pendekatan Trump untuk terhubung secara langsung dengan pemilih muda di media sosial berhasil memobilisasi kelompok yang sebelumnya merasa teralienasi dalam iklim politik AS .
Berdasarkan hasil pemilu, Trump berhasil meraih dukungan signifikan dari kaum muda melalui beberapa strategi utama:
Pendekatan Media Digital dan Podcast
Trump memanfaatkan platform digital yang populer di kalangan anak muda:
1. Tampil di podcast populer seperti “Joe Rogan Experience” yang mayoritas pendengarnya adalah pria muda
2. Melibatkan putra bungsunya Barron Trump (18 tahun) untuk menentukan podcast mana yang akan dihadiri selama kampanye
3. Menargetkan pemuda yang belum pernah memilih melalui media sosial
Fokus Pada Isu yang Menarik Kaum Muda
Trump berhasil menyasar minat generasi muda dengan:
1. Memanfaatkan tren seperti olahraga tarung dan mata uang kripto
2. Fokus pada isu ekonomi yang menjadi perhatian utama pemuda
3. Menawarkan solusi konkret untuk masalah pengangguran dan biaya hidup yang tinggi
Hasil yang Mengejutkan
Strategi ini terbukti efektif dengan:
1. 49% pemilih muda berusia 18-29 tahun memilih Trump
2. Menghancurkan stereotip bahwa kaum muda umumnya condong ke kiri
3. Trump meraih 54% suara dari pemilih laki-laki, naik dari 51% di pemilu 20
Keberhasilan Trump menarik dukungan kaum muda ini tidak lepas dari ketidakpuasan mereka terhadap kondisi ekonomi dan keinginan akan perubahan. Pendekatan maskulin dan fokus pada isu-isu praktis yang memengaruhi kehidupan sehari-hari kaum muda terbukti lebih efektif dibanding kampanye tradisional.
Penulis adalah Amanda Tasya, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala. Ia juga merupakan salah satu anggota magang UKM Pers DETaK USK.
Editor: Fathimah Az Zahra