Resensi | DETaK
Identitas Film
Judul : Kim Ji Young born 1982
Genre : Drama (isu sosial)
Sutradara : Kim Do Young
Diadaptasi dari : Novel Kim Ji Young born 1982
Perusahaan produksi : Spring Wind Film Company
Pemain : Gong Yoo (jung Dae Hyun), Jung Yu Mi (Kim Ji Young), Kim Mi Kyung (Mi sook), dan lain sebagainya
Film Korea Selatan yang tayang pada 2019 lalu, mengusung tema tentang kehidupan wanita di abad modern tetapi tidak serta merta terlepas dari bingkai patriarki. Film yang dibintangi oleh Gong Yoo, Jung Yu Mi, Kim Mi Kyung, Park Sung Yoen, Kim e Jung dan sederet bintang lainnya berhasil menggaet sebanyak 18 juta penonton dalam 18 hari penayangan.
Film ini menceritakan Kim Ji Young yang diperankan oleh Jung Yu Mi yang dulunya bekerja di sebuah perusahaan dituntut oleh keluarga agar keluar dari pekerjaannya dengan alasan supaya lebih fokus dalam mengurus anak serta suami. Kim Ji Young pun memutuskan untuk resign walaupun ia menyukai pekerjaannya.
Film ini dimulai dengan memperlihatkan rutinitas Kim Ji Young menjadi seorang ibu rumah tangga seperti mencuci baju, membersihkan rumah, dan mengurus sang anak. Walaupun Jung Dae Hyun (Gong Yoo) sebagai suami kerap membantunya dengan pekerjaan rumah tangga, rutinitas yang dilakukan berulang-ulang lambat laun membuat Kim Ji Young merasa depresi dan kehilangan jati diri. Kim Ji Young yang dulunya berkepribadian ceria, periang dan penuh semangat berubah menjadi pribadi yang murung dan suram. Belum lagi tekanan dari lingkungan yang menuntutnya menjadi sosok istri dan ibu yang sempurna tanpa mempertimbangkan perasaan dan mentalnya.
Puncaknya adalah saat perayaan tahun baru. Kim Ji Young seharian bekerja di dapur menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarga, walaupun Jung Dae Hyun mengatakan kepada sang istri untuk beristirahat dan bermaksud untuk membantu mencuci piring kotor, tetapi sang ibu mertua mengatakan bahwa pekerjaan seperti menyiapkan makanan dan beberes setelahnya adalah pekerjaan dan kewajiban seorang istri.
Kim Ji Young yang kelelahan tiba-tiba mengungkapkan kekesalannya tetapi seolah olah ia telah dirasuki oleh orang lain. Tentu hal ini mengejutkan seluruh keluarga. Jung Dae Hyun pun sigap membawa pulang sang istri dan membiarkannya beristirahat lalu saat terbangun Kim Ji Young seolah olah lupa dengan perbuatan serta perkataannya dan bertanya kepada sang suami mengapa mereka pulang dari rumah ibu mertuanya tanpa berpamitan.
Kemudian kita juga diperlihatkan adegan sang ayah dari Kim Ji Young yang lebih menyayangi adiknya dibandingkan ia dan kakak perempuannya. Bahkan ayahnya tidak menyadari bahwa sang putri sedang depresi dan malah membelikan vitamin untuk sang adik lelakinya. Dan saat tokoh Kim Ji Young diuntit dan hampir dilecehkan, sang ayah bukan menenangkannya tetapi malah menyalahkannya karena memakai rok sekolah yang menurut sang ayah pendek dan tidak melaporkan pelaku ke pihak berwajib.
Film mengajarkan kita bahwa patriarki dalam kehidupan sosial itu nyata adanya walaupun di zaman sekarang banyak orang menyuarakan tentang kesetaraan gender, tetapi belum banyak yang sadar dengan hal ini bahkan dari kalangan para perempuan sekalipun, kita kerap mengatakan sesuatu yang membuat orang lain tertekan dan merasa tertuntut.
Film ini juga menunjukkan jika seseorang terjebak dalam keseharian yang berulang dan tanpa pengalaman yang menyenangkan akan membuat seseorang depresi dan frustasi. Dan juga kita sebagai manusia yang mempunyai rasa emosi jangan memendamnya terlalu lama atau akan menjadi boomerang bagi diri sendiri.
Penulis bernama Sara Salsabila, mahasiswi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala. Ia juga merupakan salah satu anggota magang UKM Pers DETaK USK.
Editor: Pramudiyanti Saragih