Missanur Refasesa | DETaK
“Hah emang iya?” Begitu kira-kira respon temanku yang asli dari Padang, Sumatra Barat, saat kuberitahu aku berasal dari suku Aneuk Jame yang merupakan keturunan masyarakat Minangkabau.
Kami bertemu di tahun 2018 silam, 2 temanku yang berasal dari Padang masih terheran-heran saat balasanku terhadap kosakata yang ia lontarkan untuk mengujiku berhasil kuketahui maknanya, ia sengaja memilih kata yang cukup tabu untuk diucapkan. Mereka heran dan sedikit tidak percaya ada suku di Aceh yang berasal dari daerah mereka.
Hal ini tidak mengejutkan mengingat literasi dan bukti sejarah yang lumayan sulit ditemukan juga jarang diceritakan kepada generasi selanjutnya. Hal itu mungkin disebabkan oleh kejadian migrasi yang terjadi jauh di masa lalu, dari beberapa artikel yang bisa ditemukan di internet, nenek moyang suku Aneuk Jame bermigrasi secara besar-besaran saat Perang Padri pecah di tanah Minang, sekitar tahun 1803-1838.
Tidak hanya dua temanku sebelumnya, beberapa minggu yang lalu aku kembali bertemu dengan salah seorang teman yang berasal dari Padang. Ia mengaku baru pertama kali mendengar suku Aneuk Jame dariku dan sedikit kaget ada “saudara jauh” yang tinggal dan menjadi orang Aceh.
Sama dengan asumsiku sebelumnya, ketidaktahuan ini bisa jadi disebabkan minimnya pengetahuan sejarah yang berakar dari minimnya literasi yang tersedia. Dari bacaan-bacaan yang kutemukan di internet dan buku yang mengulas tentang suku Aneuk Jame, belum ada yang benar-benar menjelaskan dengan rinci sejarah Aneuk Jame itu sendiri. Kebanyakan berisi tentang wilayah yang didiami oleh suku Aneuk Jame dan beberapa kesamaan adat istiadat yang dimiliki dengan masyarakat Sumatera Barat.
Beberapa cerita yang diketahui oleh generasi sekarang adalah cerita yang berasal dari mulut ke mulut. Semoga pemerintah daerah memberi perhatian khusus terhadap keberlangsungan dan kekayaan sejarah yang dimiliki oleh masyarakat dan daerah setempat.
#30HariKilasanSejarah
Editor: Sahida Purnama