Opini | DETaK
Generasi muda Indonesia memiliki peran yang sangat besar dalam membangun masa depan Indonesia. Setiap warga Negara Indonesia mulai dari anak muda yang sudah memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk) hingga lansia ,Wajib berpartisipasi dalam pemilihan presiden setiap tahunnya.
Namun Pemilihan Presiden tahun 2024 mendatang, menghadirkan suasana baru yang membuat persaingan antara calon-calon Presiden dan Wakil presiden semakin sengit seiring dengan mendekatnya tanggal pemilihan.
Dilansir dari DataIndonesia.id, Generasi Z (generasi yang tahun kelahirannya awal 2000-an hingga pertengahan 2010-an) dengan sekitar 27,94% Populasi, dan Milenial (kelahiran awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an) dengan sekitar 25,87%% populasi. Dapat menjadi gambaran seberapa besarnya peran generasi muda dalam memberikan suaranya pada Pemilihan Presiden mendatang.
Pentingnya peran Generasi Z dalam PilPres (Pemilihan Presiden) 2024 juga tidak dapat diabaikan. Generasi ini, yang tumbuh di era teknologi dan informasi, membawa keberanian, inovasi, dan keterhubungan digital yang dapat membentuk wajah politik negara. Mereka tidak hanya merepresentasikan suara sejumlah besar pemilih, tetapi juga membawa perspektif segar dan pandangan yang terkini.
Generasi Z memiliki kemampuan untuk memahami perubahan sosial dan teknologi dengan cepat. Keterampilan ini dapat diterjemahkan menjadi ide-ide inovatif dalam mendukung kebijakan yang responsif terhadap tuntutan zaman. Keterbukaan mereka terhadap keberagaman juga dapat memastikan representasi yang lebih baik di tingkat kebijakan.
Melibatkan Generasi Z dan Milenial dalam proses pemilihan presiden bukan hanya investasi untuk masa depan, tetapi juga cara untuk menciptakan pemerintahan yang lebih dinamis dan relevan. Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil mencerminkan nilai-nilai dan aspirasi dari seluruh spektrum masyarakat.
Namun disayangkan, tidak sedikit juga dari generasi muda Indonesia yang memilih tidak peduli akan politik negara ini, dan bahkan ada yang berencana untuk golput (golongan putih, tidak ikut berpartisipasi dalam memberikan suaranya). Hal ini terjadi karena minimnya edukasi pentingnya melek politik bagi generasi muda. Padahal pada zaman modern ini, teknologi sudah berkembang dan data dapat diakses dengan mudah. Melalui Platform sosial media, juga dapat memudahkan masyarakat dalam mengikuti perkembangan kampanye. Ini mengapa Pemilihan Presiden 2024 sedikit berbeda. Kali ini kampanye tidak hanya aktif dengan turun langsung ke lokasi. Tanpa disadari, kampanye Pilpres kali ini sangat aktif via online. Hal ini juga yang menyebabkan banyak isu-isu hoax muncul menjelang pilpres.
Adapun Kelemahan Generasi Gen Z dalam mengikuti perkembangan politik yaitu, rentan terhadap pengaruh opini publik yang cepat berubah di media sosial, yang mana dapat memengaruhi persepsi mereka terhadap kandidat tanpa pertimbangan yang matang.
Generasi Gen Z mungkin juga menghadapi tantangan dalam memilah informasi yang valid dari yang tidak valid di era informasi digital, yang dapat mempengaruhi pemahaman mereka terhadap isu-isu politik dan keputusan pemilihan. Selain itu, keterbatasan akses atau partisipasi dalam diskusi politik yang lebih mendalam mungkin juga menjadi faktor kelemahan dan menghambat kemampuan mereka untuk membentuk pandangan yang terinformasi secara komprehensif.
Seiring dengan kecenderungan terhadap pengaruh media sosial, generasi Gen Z mungkin cenderung memprioritaskan pesan yang singkat dan instan, yang dapat mengarah pada kurangnya terhadap analisis terhadap isu-isu kompleks. Kemungkinan kurangnya pengalaman hidup dan kerja juga dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap kebijakan ekonomi dan sosial, sehingga mereka mungkin lebih rentan terhadap janji-janji yang bersifat populist tanpa memahami implikasinya secara menyeluruh.
Generasi Gen Z dilihat juga kurang cenderung terlibat dalam pembacaan literatur politik yang mendalam atau mengikuti perkembangan berita secara menyeluruh, sehingga kemampuan mereka untuk memahami konteks politik dan mendalami isu-isu kompleks dapat terbatas. Selain itu, kurangnya partisipasi dalam diskusi formal atau forum politik dapat menciptakan kesan bahwa mereka mungkin kurang kompeten dalam menganalisis dan memahami secara mendalam masalah politik. Hal ini yang dikhawatirkan membuat generasi Gen z sembrono dalam Pilpres 2024 mendatang.
Tulisan ini dibuat untuk memberikan kesadaran bagi Generasi Gen z agar mulai melek akan politik dan peduli akan pentingnya literasi. karena besarnya peran suara yang kita sumbangkan menjadi penentu bagaimana Indonesia kedepannya.
Penulis adalah Nadira Yulia Rahmah, mahasiswi Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (USK). Ia merupakan salah satu anggota magang DETaK.
Editor: Teuku Ichlas Arifin