Beranda Opini Mengkaji Optimalisasi Penerapan Go-Green di USK

Mengkaji Optimalisasi Penerapan Go-Green di USK

BERBAGI
Ilustrasi. (Nasywa Nayyara Tsani [AM]/DETaK)

Opini | DETaK

Go-green merupakan sebuah upaya untuk melindungi bumi dengan cara meminimalisir penggunaan plastik yang susah terurai. Go-green harus diterapkan oleh seluruh lapisan masyarakat agar generasi selanjutnya tidak hidup dengan bumi yang sudah tercemar. Sudah banyak upaya-upaya dari berbagai institusi untuk menerapkannya, mulai dari institusi pemerintahan hingga institusi pendidikan.

Universitas Syiah Kuala (USK) adalah salah satu institusi yang menggalakkan program go green. Sejak tahun 2019 USK menerapkan dan membuat program go-green di area kampus. Tetapi apakah upaya-upaya tersebut sudah cukup maksimal?

Iklan Souvenir DETaK

Kegiatan-kegiatan bertemakan go-green seperti gerakan menanam pohon, membersihkan pantai dari plastik dan serangkaian program lainnya merupakan program-program yang sering dilakukan. Tetapi, program go-green di sekitaran universitas belum tereliasasikan dengan maksimal. Pasalnya, masih banyak ditemukan mahasiswa dan mahasiswi USK sering membeli minuman kemasan alih-alih menggunakan tumbler.

Sering kali kita disuguhkan pemandangan di kantin setiap fakultas masih banyak para penjual yang mendagangkan kue-kue basah menggunakan plastik, hal ini sangat bertentangan dengan go green yang identik bebas plastik. Program go-green di area kampus yang dibicarakan tampaknya masih jauh dari ekspektasi. Bahkan di kantin Universitas, yang kerap dinamakan juga kantin AAC (Academic Activity Center) Dayan Dawood program go-green ini juga belum maksimal.

Hal ini dibuktikan dengan masih adanya penggunaan sedotan dari bahan plastik. Penggunaan sedotan seakan menjadi hal yang lumrah. Walaupun nampaknya sedotan merupakan hal yang sepele tetapi hal itu menjadi bukti bahwa go green di kawasan kampus belum terealisasikan secara sempurna.

Tentu saja hal ini bukanlah sepenuhnya merupakan kesalahan dari para mahasiswa. Universitas ikut andil dalam tidak diterapkannya perilaku go-green di lingkungan kampus. Kurangnya himbauan kepada mahasiswa tentang manfaat go-green dalam menjaga bumi dan tidak ada larangan dari pihak universitas kepada para pedagang untuk tidak menjual kemasan plastik atau larangan penggunaan sedotan menjadi salah penyebab program go green sulit terealisasikan.

Sedikitnya tempat sampah di area fakultas dan prodi kampus juga menjadi sebuah permasalahan. Dengan tempat sampah yang sedikit dan mahasiswa yang banyak tentu tidak sebanding, kebanyakan tempat sampah sudah penuh duluan dan para mahasiswa memilih untuk meninggalkan sampahnya di tempat umum. Sebagai tambahan ada baiknya tempat sampah yang disediakan harusnya merupakan tempat sampah sesuai dengan jenis dari sampah agar sampah-sampah yang bisa didaur ulang bisa dimanfaatkan sebagai produk yang berguna bukan hanya tong yang bertuliskan tempat sampah.

Selain itu, pihak universitas kurang menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung aksi-aksi dari go green seperti menyediakan galon umum di setiap fakultas atau prodi. Padahal hal ini bisa meminimalisir penggunaan plastik dari sampah minuman kemasan. Dimana mahasiswa terbiasa membawa tumbler kemanapun mereka pergi.

Faktanya, penggunaan galon umum ini sangat terbatas hanya terdapat di beberapa tempat saja seperti, Masjid Jamik USK dan kantin AAC Dayan Dawood atau hanya ada saat organisasi mahasiswa menyelenggarakan sebuah acara atau kegiatan.

Untuk menyiasati penggunaan sedotan plastik, pihak universitas bisa mencoba membuat sebuah seminar edukasi menjaga lingkungan melalui gerakan go-green dan menggunakan sedotan aluminium sebagai souvenir. Selain mengurangi penggunaan sedotan plastik, mahasiswa menjadi lebih tahu lebih dalam tentang program go-green tersebut. Atau pihak universitas bisa menghimbau dan melarang semua kantin menyediakan sedotan plastik jadi para mahasiswa mau tak mau harus menyediakan sedotan aluminium pribadi atau memilih tidak menggunakan sedotan sama sekali.

Jadi apakah program go green ini semata hanyalah mimpi yang tidak mau untuk direalisasikan atau hanya sekedar omongan semata. Semoga pihak universitas dan mahasiswa menjadi lebih sadar bahwa gerakan go green ini adalah salah satu upaya yang penting dalam menjaga bumi yang bebas dari sampah plastik.

Penulis bernama Sara Salsabila, mahasiswi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala. Ia juga merupakan salah satu anggota magang UKM Pers DETaK USK.

Editor: Pramudiyanti Saragih