Beranda Opini MBKM Menggeser Eksistensi ORMAWA?

MBKM Menggeser Eksistensi ORMAWA?

BERBAGI
Ilustrasi. (Cut Fitri Mulyana [AM]/DETaK)

Opini | DETaK

Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) dan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan wadah bagi para mahasiswa untuk dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang mereka miliki. Keduanya memiliki kesamaan yaitu mempunyai peran dalam pengembangan diri namun, memiliki perbedaan yang mencolok jika dilihat dari benefit yang diberikan dan hal ini juga yang menjadi perdebatan para mahasiswa tentang mana yang lebih baik antara Ormawa dengan MBKM?

Ormawa merupakan organisasi kemahasiswaan yang dibentuk di lingkungan kampus. Tujuannya dibentuk ormawa yaitu untuk mengembangkan softskills mahasiswa dan mengasah kemampuan dalam berorganisasi. Ormawa meliputi Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan Himpunan Mahasiswa (HIMA) yang mempunyai tugas dan peran masing-masing. Ormawa yang mempunyai ruang yang lebih dinamis memungkinkan mahasiswa untuk dapat bergerak dan berpikir dengan luas dan kritis di luar bangku kuliah serta mengharuskan mahasiswa untuk mewujudkan prinsip tri dharma perguruan tinggi agar terealisasi. Ormawa sendiri mempunyai harapan agar mahasiswa tidak terlalu berpaku pada hal akademik seperti hanya menuntut ilmu dalam bangku kuliah setelah itu pulang ke kediaman masing-masing yang biasanya disebut dengan tipe mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang–kuliah pulang) karena hal seperti itu sangat berlawanan dengan prinsip tri dharma perguruan tinggi dan kemungkinan besar sedikit manfaatnya.

Iklan Souvenir DETaK

Jika beralih ke MBKM, Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah program yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan untuk bekal memasuki dunia kerja. Kebijakan MBKM ini sesuai dengan Peraturan Mentri pendidikan dan Budaya (PERMENDIKBUD) No. 3 Tahun 2020, yaitu memberikan hak kepada mahasiswa untuk belajar di luar program studinya selama 1 semester dan berkegiatan di luar perguruan tinggi selama 2 semester. Program MBKM ini mempersiapkan mahasiswa agar dapat menjadi pribadi yang tangguh, sesuai dengan kebutuhan zaman, dan siap menjadi pemimpin dengan semangat kebangsaan yang tinggi. Pengalaman Mahasiswa di kegiatan Kampus Merdeka akan berpengaruh besar terhadap kesiapan karir mahasiswa dengan cara memastikan mahasiswa terus menyimak perubahan dunia luar kampus selama berkuliah dan dapat kesempatan untuk menerapkan ilmu kepada masalah di dunia nyata.

Keduanya mempunyai values tersendiri dalam pengembangan diri pada mahasiswa namun mengapa menjadi sebuah perdebatan di kalangan mahasiswa? Apakah orientasi mahasiswa saat ini hanya berfokus pada benefit yang diberikan? Apakah mahasiswa saat ini materialis yang hanya mementingkan keuntungan pribadi?

Jika kita melihat  benefit yang diberikan oleh Ormawa kepada para mahasiswa mencakup berbagai soft skill seperti public speaking, critical thinking, kemampuan beradaptasi, bersosialisasi, dapat mengelola suatu organisasi, leadership bahkan sampai memperluas relasi. Benar, benefit yang diberikan oleh Ormawa hanya sekedar pengembangan diri dan soft skills tidak lebih dan tidak kurang.

Benefit yang Diberikan oleh Keduanya

Sedangkan jika beralih ke MBKM, benefit yang diberikan memang sangat menggiurkan. Bagaimana tidak? Bukan hanya soft skill,hard skill dan pengalaman saja yang diberikan namun, sampai memberikan kepada para mahasiswanya tunjangan dana, sertifikat dan konversi Satuan Kredit Semester (SKS) sesuai yang dilansir oleh portal website MBKM seperti mengkonversi mata kuliah 1 Semester, mendapatkan bantuan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Sebesar 2.4 Juta, mendapatkan biaya hidup dan lainnya sesuai ketentuan DIKTI dan mendapatkan sertifikat MBKM DIKTI yang bisa menjadi bekal untuk persiapan terjun ke dunia kerja.

Secara spesifik, sangat jauh perbedaan benefit yang diberikan antara Ormawa dengan MBKM. Dengan memberikan keuntungan yang diberikan oleh MBKM, apakah hal ini yang membuat mahasiswa saat ini menjadi materialis yang hanya berorientasi pada keuntungan materil dan meninggalkan Ormawa dikarenakan hanya sekedar memberikan soft skill pengembangan diri, pengalaman berorganisasi dan relasi saja? Jika iya, maka eksistensi Ormawa akan meredup seiring berjalannya waktu karena minat dan orientasi mahasiswa sudah bukan menghadap ke konsep tri dharma perguruan tinggi lagi, serta Ormawa pun akan tergerus akibat perubahan dan perkembangan teknologi, informasi dan inovasi jika terus berada di dalam zona kekolotan yang masih mengadopsi sistem budaya organisasi lama.

Selain kalah telak dalam sisi benefit yang diberikan, Ormawa dinilai juga memiliki kekurangan dan masalah internal seperti sistem birokrasi yang berbelit, pengkaderan yang semakin melemah, dinamika politik dalam organisasi serta tidak adanya inovasi dari program kerja yang ditawarkan oleh para pengurus Ormawa yang menciptakan kejenuhan di lingkungan nya. Ini menjadi sebab dari sekian penyebab menurunnya minat mahasiswa untuk bergabung ke dalam Ormawa dikarenakan mahasiswa sudah mempunyai trust issue terhadap Ormawa dan Ormawa memiliki public issue negatif dikarenakan banyaknya kecacatan dalam sistem manajemen Ormawa saat ini, serta perkembangan zaman yang semakin hari semakin maju akan teknologi dan informasi yang melahirkan rival bagi ormawa sendiri dan itu akan menjadi ketakutan yang akan selalu menghantui Ormawa terkait eksistensinya yang mulai meredup.

Ini harus menjadi pusat perhatian penting oleh semua element civitas akademika untuk berfokus pada perubahan Ormawa untuk ke arah yang lebih baik lagi. Harus adanya dukungan dari semua pihak agar merenovasi dan merevitalisasi Ormawa karena pada dasarnya Ormawa merupakan salah satu bagian terpenting dalam perputaran roda kehidupan kampus. Keseimbangan perputaran kehidupan kampus ada pada Ormawa.

Organisasi bisa dikatakan sebagai jantung pergerakan para mahasiswa yang memiliki perbedaan namun, tetap satu tujuan sesuai yang dijelaskan dalam konsep organisasi menurut Stoner yaitu, pola hubungan-hubungan yang mana melalui orang-orang di bawah pengarahan manajer-mengejar tujuan bersama. Sedangkan Henry Setiawan berpendapat organisasi adalah wadah berkumpulnya orang-orang yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Sudah saatnya Ormawa mencari solusi agar tetap eksis dan relevan serta bagaimana organisasi bisa menyampaikan dan menjual values yang dimiliki dan saat ini pula lah kemampuan resiliensi Ormawa diuji. Pengurus Ormawa harus terus belajar untuk mengetahui keadaan dan kebutuhan lingkungan mahasiswa agar dapat menemukan solusinya. Ormawa harus mengoptimalkan berbagai sumber daya sesuai kebutuhan. Selain itu, Ormawa juga harus berani membuat perubahan yang relevan dan keluar dari zona nyaman, seperti mampu memfasilitasi kebutuhan akan pengembangan diri, merombak sistem birokrasi ke arah yang lebih optimal serta efisien dan menciptakan inovasi dalam meningkatkan mutu dan nilai organisasi. Banyak referensi yang menjadi dasar arah bagi suatu Ormawa untuk maju dan berkembang dan menciptakan inovasi yang melahirkan lingkungan yang berkompeten dan mampu bersaing dengan organisasi eksternal kampus. Mengadopsi riset, inovasi dan progressive learning ke dalam sistem manajemen Ormawa akan membawa Ormawa ke arah  yang diharapkan para mahasiswa. Dengan begitu Ormawa yang ideal akan menjadi manifestasi yang nyata dan dapat dirasakan impact-nya oleh seluruh mahasiswa.

Penulis bernama Zainul Muttaqin Damanik, mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syiah Kuala.

Editor: Masya Pratiwi