Ferdian A. Majni | DETaK
Darussalam – “Sebuah pertunjukkan modern dapat menjelaskan dan mengambarkan identitas sebuah bangsa, seperti pentas tarian di Aceh dapat menjelaskan bahwa Aceh merupakan daerah islam,” perihal itu disampaikan oleh Azhari Aiyub, seorang sastrawan Aceh dalam peluncuran dan bedah buku “The Musical Journey in Sumatra” di Gedung Perpustakaan Unsyiah, Jumat (23/11/2012).
Buku tersebut merupakan karya Margaret Kartomi, Profesor Conservatorium Fakultas Musik, Monash University Australia, ia menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan tradisi berkesenian masyarakat Aceh dan wilayah Sumatera lainnya, “Buku ini merupakan hasil penelitian saya sejak 1982 tentang berbagai jenis musik di wilayah Sumatera,” ujarnya.
Azhari juga mengatakan bahwa sebuah tarian bisa dikatakan dakwah karena mengandung unsur ajaran islam didalamnya namun bisa bermakna bukan dakwah karena itu hanyalah sebuah tarian, “orang sekarang tidak bisa membedakan tarian seni itu merupakan seni atau dakwah,” ujarnya.
Dalam acara itu hadir tiga orang pembedah buku, yaitu Azhari Aiyub, Profesor Bahrein Sugihen, dan Dr. Salmawaty. Mereka mengupas seluruh isi buku tersebut dalam sudut pandang yang berbeda, misalnya profesor Bahrein yang lebih fokus pada kekeliruan penulisan nama tarian, daerah, hikayat, dan beberapa penulisan bahasa Aceh lainnya.
Salah seorang peserta peluncuran buku itu, Iqbal mengatakan bahwa sangat terkejut atas penelitian yang dilakukan Margaret terhadap kesenian di Aceh selama 40 tahun, “saya dapat memahami lebih dalam tentang seluk-beluk dan sejarah kesenian Aceh, namun yang mengejutkan ia adalah orang asing,” ujar Iqbal.
Disesi akhir acara tersebut, Margaret diberikan penghargaan oleh Rektorat Unsyiah atas penelitian yang ia kerjakan selama 40 tahun itu.[]