Beranda Artikel Telusuri Wisata Lokal Lewat Tur Jalan Kaki

[DETouR] Telusuri Wisata Lokal Lewat Tur Jalan Kaki

BERBAGI
Pemaparan sejarah Taman Putroe Phang di tur Wet-Wet Kids Kota Tua, Banda Aceh, 3/7/2024. (Doc. Kota Tanyoe)

Artikel | DETaK

Wisata jalan kaki atau akrab disebut dengan walking tour adalah tur wisata yang dilakukan dengan berjalan kaki menyusuri wilayah tertentu yang dipandu oleh pemandu wisata. Walking tour bukan merupakan istilah baru, kata ini telah populer di daerah perkotaan besar seperti Jogja, Solo, dan Jakarta yang diyakini sebagai cara baru liburan di daerah perkotaan. Kini, di Banda Aceh telah terdapat tur jalan kaki yang berbasis pariwisata lokal, salah satunya adalah Kota Tanyoe.

Kota Tanyoe merupakan sebuah proyek yang diinisiasikan pada tahun 2016 yang bertujuan untuk mendorong penduduk lokal dan pengunjung untuk menjelajahi keunikan alam, budaya, sejarah, seni dan kerajinan Banda Aceh lewat tur jalan kaki melintasi kota. Tito, salah satu founder mengatakan, terbentuknya Kota Tanyoe berawal dari rasa penasaran dengan apa yang dimiliki oleh setiap gampong (kampung). Kemudian muncul keinginan untuk merekam jejak sejarah sebagai upaya melestarikannya hingga hadirlah tur berkearifan lokal ini.

Iklan Souvenir DETaK

Kota Tanyoe memberdayakan gampong kemudian dikemas menjadi sesuatu hal yang baru dengan pengalaman autentik, mengajak pengunjung berjalan kaki dan menikmati pengalaman serta aktivitas kearifan lokal di gampong.

“Kita melibatkan berbagai pihak, kalau di gampong kita maunya gampong juga berdaya. Jadi bukan hanya untuk kita, tapi ada pihak lain yang terlibat. Asalnya dari mereka, jadi mereka yang harus dapat benefit terbesar,” kata Ika Ismiati, selaku direktur Kota Tanyoe.

Meskipun pemberdayaan dan kerja sama dengan masyarakat membutuhkan proses, tetapi mereka melihat banyak potensi wisata Aceh yang belum terekspos. “Kami menyadari bahwa Aceh memiliki banyak potensi wisata yang belum dipromosikan, khususnya pada sektor pariwisata berbasis pengalaman. Oleh karena itu, kami berupaya untuk mengisi kesenjangan ini dengan menciptakan beberapa paket wisata alternatif di Banda Aceh sambil memberdayakan masyarakat lokal,” ujarnya.

Fokus dari tur jalan kaki yang diusung adalah menyampaikan pesan dan nilai sejarah dari tempat yang dikunjungi. Ada bermacam-macam program kegiatan jalan-jalan seperti Wet-wet Kotatanyoe (jalan-jalan) dan dikurasi dengan tema-tema tertentu. Seperti Kota Tua, Pecinan, taman Putroe Phang dan lain sebagainya.
Ika menambahkan, sebelum dilakukan tur, pihaknya terlebih dulu melakukan pengumpulan informasi dan data, agar peserta tur tidak sekedar datang dan mengamati. Menurutnya, dengan adanya riset mendalam, pesan yang disampaikan kepada peserta walking tour valid dan berasal dari sumber-sumber terpercaya. Kota Tanyoe pun melihat peluang dalam mengembangkan pariwisata lokal di Banda Aceh, tidak hanya baik secara bisnis namun juga pengembangan kota dalam hal kebudayaan, sejarah, dan hal-hal yang berkaitan didalamnya.

“Kota itu kan terus tumbuh dan berubah karena manusianya, pembangunannya, dan segala macam. Tapi, ada nilai-nilai yang tetap ikut. Namun, kita tanpa sadar melewatkannya, itu jadi sesuatu hal yang menarik untuk dikemas,”tambah Ika.

Di tahun ini, Kota Tanyoe sudah beberapa kali melakukan kerja sama dengan berbagai pihak salah satunya Agam Inong Banda Aceh dan beberapa tur yang terbuka buat umum seperti workshop pakaian tradisional Aceh dan Wet-wet Kids di Kota Tua. Dalam kegiatan wet-wetnya peserta diajak untuk menjelajahi sejarah taman Putroe Phang, Kota Tua, diselingi dengan games menyenangkan dan souvenir menarik. Walking tour ini biasanya dilaksanakan di waktu akhir pekan. Sampai dengan saat ini, Kotatanyoe sudah memiliki lebih dari 13 tema walking tour berbasis kearifan lokal, sejarah, budaya, kota, dan perencanaan wilayah dan kota.

penulis adalah Marini Koto, mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.

Editor: Zarifah Amalia