Beranda Terkini Tim Forest Ranger PKM-RSH USK Teliti Ekofeminisme di Aceh, Ungkap Kearifan Lokal...

Tim Forest Ranger PKM-RSH USK Teliti Ekofeminisme di Aceh, Ungkap Kearifan Lokal Bener Meriah

BERBAGI
Tim PKM-RSH Forest Rangers bersama Mpu Uteun di Air Terjun Damaran Baru, Bener Meriah. 04/07/2024 (Dok. Pribadi)

Siaran Pers | DETaK

Darussalam-Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Sosial Humaniora (RSH) Universitas Syiah Kuala (USK), Forest Rangers melakukan riset mendalam untuk menguak eksistensi ekofeminisme dalam lingkup kearifan lokal di Kabupaten Bener Meriah. Riset ini melinatkan dosen program studi Psikologi, Irin Riamanda dan empat mahasiswa dari berbagai program studi, yaitu Nayyara Shafa Qabilla (Psikologi) sebagai ketua tim, M. Faris Abulkhair (Pendidikan Geografi), Siti Nabila (PGSD), serta Jemani (Pendidikan Geografi).

Tim ini mengangkat penelitian berjudul “Ekofeminisme dalam Bingkai Kearifan Lokal, Menilik Eksistensi Mpu Uteun sebagai Penjaga Hutan di Kabupaten Bener Meriah”. Tim Forest Rangers merasa bahwa destruksi lingkungan memiliki korelasi dengan patriarki, sehingga perlu dilakukannya penelitian terkait hal tersebut. Lebih lanjut, penelitian ini berlokasi di Desa Damaran Baru, Kecamatan Timang Gajah, Kabupaten Bener Meriah. Guna mendapatkan data yang akurat dan kredibel, tim peneliti melakukan observasi dan berbaur langsung dengan masyarakat setempat selama satu minggu, dimulai dari Senin, 1 Juli hingga Minggu, 7 Juli 2024.

Iklan Souvenir DETaK

Adapun hasil temuan Tim Forest Rangers terhadap eksistensi ekofeminisme menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran vital dalam menanggulangi masalah deforestasi. Selain itu, Tim Forest Rangers juga berhasil merumuskan beberapa tema terkait praktik ekofeminisme yang diaplikasikan oleh Mpu Uteun, yaitu ketergantungan alam, kompetensi feminitas, rekognisi, serta eksistensi.

“Kami berharap dengan kehadiran riset ini, banyak orang yang bisa perduli dengan konservasi alam dan kesetaraan gender karena kedua hal tersebut berhubungan erat dengan opresi dan sama-sama harus dilawan. Semoga banyak orang yang kemudian aware soal hal ini dan terus mengadvokasikan pentingnya alam dan perempuan” ucap Nayyara selaku Ketua Tim Forest Ranger.

Irin Riamanda selaku dosen pembimbing berpandangan bahwa riset ini dapat menjadi acuan bagi para pemangku kebijakan dalam pelibatan perempuan di sektor konservasi lingkungan. Menurutnya, perempuan merupakan komunitas paling terdampak akibat hadirnya masalah lingkungan. Oleh sebab itu, perempuan perlu hadir untuk menjaga hutan.

“Perempuan dapat diberdayakan untuk menjaga kelestarian lingkungan, mengingat kebutuhan mereka akan lingkungan lebih menonjol daripada laki-laki, sehingga jika mereka sadar perempuan bisa jadi agent of change pelestarian lingkungan” ujarnya.[]

Editor: Masya Pratiwi