Beranda Terkini Tanggapan Civitas Akademika dan Mahasiswa USK Mengenai Kuliah Luring Semester Genap Tahun...

Tanggapan Civitas Akademika dan Mahasiswa USK Mengenai Kuliah Luring Semester Genap Tahun 2021-2022

BERBAGI
Ilustrasi (Selma Alifah/DetaK)

Ahlul Aqdi | DETaK

Menanggapi surat Pemberitahuan Kembali Pelaksanaan Perkuliahan Semester Genap 2021/2022 yang dikeluarkan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik pada 24 November 2021 lalu yang dalam surat tersebut disampaikan bahwa perkuliahan semester genap 2021/2022 akan dimulai pada tanggal 17 Januari 2022, dilaksanakan secara luring, dan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Beberapa civitas akademika USK (Universitas Syiah Kuala) memberikan tanggapan yang positif terkait keputusan tersebut. Salah satunya adalah Ali Muslih, Dosen Jurusan Kehutanan USK, yang setuju dengan kebijakan perkuliahan tatap muka tersebut. Ali Muslih juga mengingatkan bahwa prokes yang diterapkan jangan hanya ketat di awal saja.

Iklan Souvenir DETaK

“Menurut saya, saya setuju terkait (perkuliahan) tatap muka, namun mungkin bisa dipertimbangkan oleh pihak pembuat kebijakan di Universitas Syiah Kuala terkait tatap muka dengan sistem yang sudah diatur oleh pemerintah, dan USK wajib memberlakukan aturan prokes ketat dengan monitoring dan evaluasi yang rutin serta fasilitas yang lengkap. Jangan sampai sudah berlaku tatap muka hanya di awal saja ketatnya,” jelas Ali Muslih.

Senada dengan Ali Muslih, Muhammad Haris Riyaldi, Dosen Ekonomi Islam USK, juga mendukung keputusan perkuliahan tatap muka tersebut. Baginya, perkuliahan luring diharapkan dapat mengejar ketertinggalan selama perkuliahan daring.

“Menurut saya, perkuliahan luring kali ini sebagai tanggapan atas kasus Covid-19 yang memang sudah semakin dapat terkendali. Di samping itu, perkuliahan luring diharapkan dapat mengejar ketertinggalan akibat perkuliahan daring yang selama ini dirasakan kurang efektif. Selama perkuliahan daring ramai dosen yang merasakan bahwa materi perkuliahan tidak maksimal dipahami mahasiswa. Kurangnya interaksi langsung, menjadikan interaksi mahasiswa dan dosen menjadi sangat terbatas. Diskusi tidak berjalan efektif, dan berbagai keterbatasan lainnya,” tutur Haris.

Tidak hanya Haris Riyaldi, Ali Muslih juga mengungkapkan kekurangan dari kuliah daring, “Kenapa saya setuju, karena pada mahasiswa ada satu sisi potensi akademik yang bisa digali hanya dengan pertemuan luring apalagi kegiatan praktikum bidang lapangan,” kata Ali Muslih.

Cut Putri Handayani, Aslab (Asisten Laboratorium) Prodi Pendidikan Biologi, juga mengeluhkan susahnya kegiatan praktikum yang ia ajarkan selama perkuliahan daring.

“Menurut kakak, keputusan kampus untuk mulai melaksanakan perkuliahan secara luring ke depannya sangat bagus dan mendukung, karena pada pembelajaran sebelumnya untuk kegiatan praktikum sangat susah dilakukan dengan daring, banyak dari mahasiswa yang tidak mengerti materi dan keahlian dalam menggunakan alat-alat lab. Maka dari itu perkuliahan luring ini merupakan keputusan bagus, tetapi juga harus didukung dengan protokol kesehatan tentunya,” ungkap Cut Putri.

Selain tenaga pengajar, Dhia Ulhafifa, mahasiswi Prodi Akuntansi, juga mengaku kurang mendapatkan ilmu selama kuliah daring, sehingga ia merasa takut menjelang kuliah 17 Januari nanti.

“Ada ketakutan yang aku rasain menjelang masuk kuliah tatap muka. Itu karena kurangnya ilmu yang aku dapatkan saat perkuliahan online,” ungkap Dhia.

Dhia menjelaskan alasan ia menyukai kuliah online adalah karena ada banyak waktu luang yang bisa ia manfaatkan, seperti untuk mengikuti kursus, seminar, dan berbagai lomba.

“Yang aku suka dari kuliah online itu adalah banyak waktu luang yang bisa aku manfaatkan. Selama kuliah online kemarin, waktu luangnya aku gunakan untuk ikut kursus, seminar, dan mencoba beberapa lomba. Selain itu juga dekat dengan keluarga dan bisa bantu-bantu orang rumah,” sambung Dhia.

Farhan Syahada, mahasiswa prodi Arsitektur, merasa kuliah daring membuatnya menjadi pemalas dan kurang produktif. Ia merasa yakin dengan kuliah offline, ia akan lebih produktif.

“Luring itu bagus. Karenakan saya semasa offline itu merasa kurang produktif dan jadi pemalas. Jadi pas ujian pun kadang, ‘alah, tengok Google pun bisa’. Ya, walapun enak sih, terkadang saya ingin merasakan pengalaman yang betul-betul pengalaman, pengetahuan yang betul-betul pengetahuan. Kadang pas nge-zoom, zoom-nya terbuka tapi kita tidur. Karena dorongannya itu kecil. Saya yakin, kalau kuliahnya offline, saya akan produktif. Misal bisa bertemu kawan, dan dengan adanya interaksi dengan kawan tersebut terkadang kita bisa menjadi lebih produktif,” jelas Farhan.

Selain Dhia dan Farhan, Haris Riyaldi juga mengungkapkan harapannya untuk perkuliahan luring di tanggal 17 Januari nanti. Ia berharap perkuliahan luring dapat dimaksimalkan untuk mencapai capaian perkuliahan sehingga dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa.

“Harapannya, civitas akademika tetap menerapkan protokol kesehatan, karna walau bagaimana pun, kita tetap waspada terhadap Covid-19. Pandemi ini belum benar-benar berakhir. Selain itu, perkuliahan luring ini dapat dimaksimalkan untuk mencapai capaian perkuliahan, sehingga perkuliahan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa lebih baik lagi. Dengan demikian, Insyaallah akan lahir lulusan-lulusan terbaik yang dapat berkontribusi dalam pembangunan masyarakat,” tutupnya. []

Editor: Teuku Muhammad Ridha