Alfi Nora | DETaK
Banda Aceh– Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota (HMPWK) Fakultas Teknik (FT) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mengadakan Talkshow Internasional yang bertemakan “Warisan kota sebagai aset sosial budaya dan ekonomi untuk pengembangan kota”. Kegiatan ini terdiri dari talkshow mahasiswa inspiratif dan seminar kit yang berlangsung di Gedung Utama Taman Seni Budaya Banda Aceh pada Sabtu, 14 September 2019.
Dalam talkshow tersebut menghadirkan pemateri-pemateri handal di antaranya Walikota Banda Aceh, Aminullah Usman, Faezah Ayub sebagai manager of think city, Malaysia dan Pratitau Arafat selaku Direktur Kota Tanyoe.
Aminullah mengungkapkan pada talkshow-nya bahwa Kota Banda Aceh memiliki aset budaya dan sosial yang tinggi, di mana dalam mewujudkannya ia sudah meluncurkan buku yang berjudul ‘One Village One Product’. Peluncuran buku ini memuat informasi lengkap mengenai 116 produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan ekonomi kreatif di Banda Aceh. Aminullah mewajibkan setiap desa agar memiliki produk ekonomi kreatif, beberapa desa pun sudah ada yang menciptakannya.
Aminullah juga membuka lebar ruang saran untuk masyarakat dalam memberi saran kepadanya agar Banda Aceh menjadi smart city, kota yang cerdas harus memiliki masyarakat yang cerdas pula. Adapun program Aminullah untuk meningkatkan pengembangan masyarakat dalam waktu dekat ini ingin membangun Banda Aceh menjadi kota zikir, yang akan dibangun di daerah Ulee Lhee dekat Masjid Baiturrahim.
“Nanti kalau memang ada saran untuk Banda Aceh ini silakan sampaikan kepada saya, karena saya juga sangat membutuhkan kontribusi dari mahasiswa dan masyakarat sekalian,” terangnya disela-sela akhir acara.
Faezab Ayub menjelaskan think city adalah organisasi regenerasi perkotaan yang berfokus pada komunitas di George Town, Penang, dengan beroperasi di Kuala Lumpur dan Johor Baru. Mereka bekerja sama dengan komunitas, lembaga dan pakar global untuk melakukan percobaan, merencanakan, dan mengimplementasikan program untuk meremajakan kota dan menyelesaikan masalah perkotaan kontemporer dengan penekanan pada pusat kota bersejarah. Oleh karena itu, dengan hadirnya pemateri dari think city, Banda Aceh juga dapat melakukan hal yang sama mengingat Banda Aceh juga kota yang memiliki banyak sejarah.
Fadhel Decapri sebagai ketua panitia menyampaikan bahwa acara ini tidak hanya dikhususkan untuk mahasiswa PWK, tetapi juga untuk masyarakat umum.
“Jadi acara ini tidak hanya untuk kami tapi untuk umum pun mendapatkan manfaatnya, karena kami juga menghadirkan langsung pak Amin. Jadi masyarakat umum pun bisa memberikan pertanyaan,” ungkapnya saat diwawancara oleh Tim detakusk.com.
Adapun ia menyadari kendala dari acara ini yaitu peserta yang mendaftar tidak terlalu banyak dikarenakan biaya tiket Rp 35.000 yang mungkin dianggap terlalu mahal untuk pendaftar.
“Iya pertama mungkin karena faktor bayar Rp 35.000, padahal dengan harga segitu mereka mendapatkan fasilitas yang mewah juga. Kita kasih sertifikat, snack, notebook, pulpen. Dan satu lagi karena Jurusan PWK ini juga masih baru,” pungkasnya.
Fadel berharap dengan terselenggaranya acara ini dapat dikenal oleh khalayak ramai.
“Harapannya kedepan PWK semakin dikenal di luar. Acara ini juga se-visi dengan program pak walikota. Jadi tiap-tiap gampong itu harus ada produk seperti ekonomi kreatif. Insya Allah DURP ini akan rutin dilaksanakan setiap tahun,” tutupnya. []
Editor: Herry Anugerah