Beranda Cerpen LAYU

LAYU

BERBAGI
Ilustrasi. (Najwa Khalisa [AM]/DETaK)

Cerpen | DETaK

“Lia.. disini!”Alia melihat ke arah suara yang memanggilnya

“Rena? Sedang apa kau disana?”

Iklan Souvenir DETaK

Siang ini Alia sedang duduk di taman sekolahnya, ini adalah tempat favoritnya di sekolahnya. Hamparan rumput hijau, berbagai macam bunga, kupu–kupu yang berterbangan membuat suasana taman yang tenang dan indah.

“Lia, kamu kenapa sih suka banget duduk disini sendirian”

Alia yang sedang duduk di kursi taman putih polos itupun melihat ke arah temannya yang sedang duduk santai di batang kedongdong yang tidak jauh di sampingnya, kursi taman yang di duduki Alia tepat dibawah pohon kedondong yang cukup besar.

“Kadang aku suka heran, Ren sebenernya kamu ini monyet ya, kenapa juga tiba-tiba bisa disitu. Turun gak!!”

“Gaa mauuu, kamu aja yang kesini. Seru loh, coba aja” ucap Rena masih bersandar pada salah satu dahan besar pohon kedongdong itu.

“Nggak ahh, males“ tanya Alia penasaran

“Lia.. kamu kenapa sih selalu ketawa, kamu juga selalu bisa bikin orang seneng, tapi kenapa kalau sedih kamu selalu ke tempat sepi sendirian?”

“Siapa juga yang sedih, aku kan cuma mau liat kupu-kupu sama cium aroma bunga-bunga di taman wkwkwkwk”

“Kenapa kamu selalu bohong sih, kita udah temenan dari kecil loh. Aku tau semuanya”

“Apasih Ren gapapa kok” Alia bangkit dari tempat duduknya, Rena turun dari pohon kedongdong lalu memegang lengan Alia.

“Lia ada yang mau aku ngomongin sama kamu”

“Ngomong aja, ga usah drama gini kali” ucap Alia dengan ketawa garingnyaSekarang mereka sudah duduk di kursi taman itu, taman memang sedang sepi karena ini sedang jam kelas tapi mereka sedang ada jam kosong.

“Kemaren aku liat kamu di marahin lagi sama mama kamu, pasti gara gara kamu nulis cerita dan gak ikut les lagi kan?”

“Ohh itu, biasalah mama emang gitu. Dibawa santai aja mah wkwkwwk”

“Terus kenapa kamu selalu bantuin mereka, aku tau ya waktu hari itu kamu lagi butuh banget bantuan mereka tapi mereka ga peduli sama sekali”

“Ohh itu, kemaren mereka emang lagi perlu untuk dirinya sendiri jadi ga bisa dipinjemin ke aku Ren, gapapa kok udah lewat juga”

“Kamu suka Ilham kan?”

Alia terdiam sesaat setelah pertanyaan Rena barusan, Alia tertegun. “oh ya aku belum buat tugas PKN..” Alia bangkit lalu berlari ke kelasnya.

Tepat pukul lima sore bell pulang sekolah pun berbunyi, Alia dengan tas merah dipunggungnya bergegas pulang. Sesampainya di depan rumah, baru selangkah ia memasuki rumah.

“Heii!! Dasar anak gila gak tau diri!! Berapa kali lagi Mama harus bilang, kamu punya otak gak sih!!”

Alia sangat terkejut melihat semua kertas-kertas yang bertuliskan ceritanya, berserakan di lantai rumah, bahkan sebagian besar telah sobek, gambar-gambar dan semua alat tulisnya berserakan dan rusak. Alia melihat kemana-mana seakan mencari sesuatu, Alia mencari-cari sesuatu di tumpukan kertas-kertas dilantai itu dengan cemas.

“Maa dimana buku dengan sampul biru itu” tanya Alia panik.

“Kamu cari ini?” mama Alia mengangkat sebuah buku dengan tangannya.

“Iya ma, itu punya aku”

“Oh ya?”

Saat Alia ingin meraih buku itu, mamanya segera melempar buku itu ke air pel di dekatnya, Alia yang melihatnya langsung mengambil buku itu dan mengelapnya dengan jilbab yang sedang ia gunakan.Mama Alia tersenyum tipis. 

“Jangan pernah tulis cerita lagi!! Kamu ngerti gak sih!! “

Alia memeluk buku birunya “Ma.. apa aku bukan anak mama, kenapa mama sebenci itu sama aku, aku tau kalau nulis cerita itu menurut mama adalah hal yang tidak berguna, tapikan aku udah janji kalau ini gak akan ganggu nilai aku di sekolah. Ini udah kelewatan. Apa yang mama mau sebenarnya?”

“Aku mau kamu gak ada di dunia ini, kamu tau!! Gara-gara nganterin kamu ikut lomba bikin cerita gila itu, aku harus kehilangan suamiku!!”

“Aku juga kehilangan papa mah” ucap Alia lirih, tanpa ia sadari pipinya telah dibasahi air mata’ ia menyeka air matanya dengan lengan bajunya. Ia bangkit dari lantai dan masuk ke kamarnya. Keesokan harinya Alia sekolah seperti biasanya.

“…jadi gitu deh Lia”

“Ngapapa Din, kamu udah keren loh udah sampai di titik ini, mungkin ayah kamu lagi capek aja makanya tanpa sengaja ada kata-katanya yang bikin anaknya sedih, aku yakin ayah kamu pasti sayang banget sama kamu. Semangaatt!!”

Seperti biasa Alia selalu mendengarkan semua curhatan teman-temannya dan menyemangati mereka tapi tidak ada seorang pun dari mereka yang bertanya balik bagaimana keadaan Alia atau apa Alia punya masalah, meskipun sama halnya dengan Rena, Alia tidak akan membebani atau pun menceritakan masalahnya pada temannya.

“Ilham… tadi aku ada bikin cerita baru loh, kamu mau baca?”
Ilham melirik ke Alia, “maaf Alia aku lagi gak bisa”

“Oh ya, kamu udah buat tugas catatan kemarin?” tanya Alia lagi

“Udah”

“Aku denger kamu mau daftar osis ya?”

“Iya” jawab Ilham datar

Alia hanya terdiam, ia sangat sedih dengan respon Ilham yang selalu dingin, ia terus berfikir kenapa Ilham tidak pernah bertanya balik ataupun menjelaskan kenapa ia tidak bisa membaca cerita baru Alia. Rena ternyata mendengar semua percakapan mereka, lalu mengikuti Alia ketaman.

“Sini biar aku yang baca ceritanya” Rena merebut kertas yang bertuliskan cerita baru Alia
Kini mereka duduk di rerumputan taman, Rena membaca cerita yang dibuat Alia

“Lia.. kenapa kamu gak bilang sama Ilham kalau orang yang hari itu cariin kartu tanda peserta dia waktu lomba debat itu kamu, karena kamu tau lomba itu berharga banget buat dia, kamu sampe bela belain kesana kemari buat cari kartu itu”

“Oh itu, cuman bantuin temen kok, lagipula buat apa dia tau, aku malahan malu. Lupain aj deh”

“Padahal Ilham penasaran banget sama orang yang anterin kartu itu, sampai dia akhirnya berhasil menang kan”

“Itu sih emang dianya aja yang pinter wkwkwk, Ren aku mau minta tolong sama kamu”

“Minta tolong apa?”

“Aku bakal pindah sekolah besok karena mama aku dipindah tugaskan, tolong kasih buku biru ini ke Ilham ya besok”

“Kok tiba-tiba banget, muka kamu kok pucat gitu Lia, eh kamu mimisan”

“Ngapapa, aahh karena kecapean ini, aku pulang duluan yaa, oh ya makasihh banget yaa”

“Idih apaansih”

“Mau peluk gak?”

Ntah kenapa hari itu Rena yang anti bersentuhan memeluk Alia dengan kuat,Keesokan harinya Rena memberikan buku biru itu pada Ilham. Ilham duduk di bangkunya dan membaca seksama isi buku biru yang di tulis Alia. Selang beberapa saat, Ilham langsung bangkit dan berlari ntah kemana, ternyata Ilham ke rumah sakit yang ternyata Alia dirawat disana.

Buku biru itu ternyata berisikan semua isi hati Alia terhadap Ilham dan juga hal – hal yang selama ini tidak disadarinya. Diakhir Alia berpamitan pada Ilham karena Alia mengidap penyakit Sirosis dan hidupnya tidak lama lagi.
Sesampainya dirumah sakit Ilham panik tidak karuan, ia berlari kesana kemari mencari ruangan Alia, dan akhirnya ia menemukan Alia terkulai lemas dengan berbagai alat medis di tubuhnya, terlihat mama Alia yang terus menangis karena juga baru tau kalau selama ini anaknya sakit dan penuh penyesalan akan perbuatannya selama ini.

“Alia..” panggil Ilham lembut.

“Ilham.. makasih udah buat di sisa-sisa hidup aku ini berarti, ngeliat kamu tersenyum udah ngebuat aku bahagia banget. Aku yakin kamu bisa jadi pengacara yang hebat suatu hari nanti” ucap Alia lemah dan lirih.

Air mata Ilhan terus menetes, ia bahkan tidak bisa bicara satu katapun saat melihat Alia yang layu di ranjang itu. Setelah mengatakan harapan terakhirnya itu, Alia pun pergi. 

Penulis bernama Cut Adila, mahasiswa Program Studi Akutansi, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Syiah Kuala.

Editor: Masya Pratiwi