Artikel | DETaK
Surat keterangan pendamping ijazah (SKPI) adalah dokumen tambahan yang diberikan kepada seluruh mahasiswa Universitas Syiah Kuala sebagai salah satu syarat kelulusan yang sudah diterapkan sejak 16 maret 2017 silam. Dokumen ini diberlakukan agar mahasiswa di kampus tidak menjadi mahasiswa kupu -kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) namun mereka juga harus mendapatkan ilmu di bidang non-akademik di dalam organisasi.
Menurut hasil data Direktorat Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Syiah Kuala, tujuan dari penerapan surat keterangan pendamping ijazah (SKPI) ini antara lain:
1. Meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, sebagai mahasiswa juga bisa melakukan kegiatan aktif di luar kelas.
2. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, kerjasama, dan komunikasi mahasiswa. Pihak kampus menginginkan agar para mahasiswa mendapatkan ilmu tidak hanya dibidang akademik tapi juga bisa dibidang non-akademik.
3. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap aktivitas pembelajaran dan prestasi mahasiswa di luar kegiatan kurikuler. Hal ini sebagai bukti dan apresiasi yang diberikan kepada mahasiswa yang sudah mengikuti kegiatan-kegiatan kemahasiswaan.
4. Mengetahui semua aktivitas yang pernah diikuti dan semua prestasi yang pernah diperoleh setiap mahasiswa selama menempuh pendidikan di Universitas Syiah Kuala. Sehingga dapat dijadikan sebagai dokumen yang memuat bukti-bukti tentang segala aktivitas dan semua prestasi bagi mahasiswa kelak.
Surat keterangan pendamping ijazah (SKPI) sangat menguntungkan dalam dunia pekerjaan nantinya. Dalam dunia kerja nantinya, HR (human resource) akan melihat pengalaman berorganisasi ataupun bersosial semasa kuliah. Yang pastinya pengalaman-pengalaman tersebut juga akan sangat berguna di dunia pekerjaan nantinya.
SKPI tidak diperuntukkan sebagai ladang bisnis, namun sebagai wadah pembentukkan bagi mahasiswa dalam mengasah bidang-bidang yang diminatinya. Dalam organisasi dan kegiatan sosial lainnya kita bisa mendapatkan ilmu bersosialisasi, jiwa kepemimpinan, dan juga mengembangkan soft skill.
Penulis bernama Izzatul Ulya, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.
Editor: Pramudiyanti Saragih