Puisi | DETaK
“Kacau”, gumamku.
Pikiranku tak tenang, ada beban yang begitu menghimpit
Meminta jalannya untuk segera selesai.
Bukan tak memberi jeda, tapi sudah dipenghujung
Entah bagaimana bisa harus seujung ini, tapi seawal pun jua dirasa tak mungkin.
Emosi, ide, lelah, entah bagaimana rasa itu harus berkelabat menjadi gumpalan yang memenuhi isi kepala, dan harus tertumpah pada satu waktu
Ingin marah, tak tahu pada siapa
Ingin menyalahkan, juga kembali lagi pada diri.
Ingin cerita, ah sudahlah semua punya beban masing-masing,
tidak ada yang benar-benar peduli
Sekarang tidak lagi berharap sempurna, hanya ingin diberi yang terbaik
Bisa diberi ketenangan
Bisa ditanamkan rasa syukur yang kuat
Dikuatkan bahu, dilapangkan hati
…
Embun terasa memenuhi kelopak mata, mengalir perlahan tanpa alasan yang pasti
Begitu sopan, tanpa suara ia mengalir tanpa bisa dicegah
Menari bersama sepi, mengikuti alun iramanya
Bergerak, terjatuh, bangkit, sehingga terbiasa
Oh puan, kian anggun derap langkahmu
Dalam gelap kau melangkah
Harap seseorang hadir dengan cahayanya, mendekapmu pelan,
Menari bersama, bergerak seirama.
Penulis bernama Siti Manzillla Amalia, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.
Editor: Aisya Syahira