Puisi DETaK
Di kesedihan malam di jam-jam damai, aku berjalan di trotoar
Sendirian, tanpa bintang, tanpa lengan yang bisa bersandar
Menggantung pada tiang harapan yang bergetar
Kemandirian datang tapi dengan rasa sakit
Gelap di sekeliling, sebuah suara di dalam berbicara
“Kau harus bangkit, bahkan ketika terjebak”
Dalam kedip air mata, aku menemukan makna
Bahkan ketika tidak ada tangan untuk menemani perjalanan
Aku mengumpulkan serpihan mimpi
Dari abu harapan yang layu
Dengan emosi pahit yang tersembunyi di balik bibir yang tersenyum
Kemandirian ini, adalah salah satu takdir yang tidak terhindarkan
Tapi dengan setiap kedipan mataku, waktu terasa berat
Beban ini, seperti duri di jiwa
Meskipun dunia tidak mendukung, aku akan berjuang
Dengan setiap hembusan napas yang kuambil, aku menemukan ketahanan
Kemandirian bukan soal pilihan, itu soal bertahan hidup
Dalam kesendirian, aku telah mendapatkan pemahaman
Bahwa hidup ini, meskipun tergores luka
Masih dapat mekar, bahkan di hadapan rasa sakit
Penulis bernama Mutia Hafizah, mahasiswa Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.
Editor: Masya Pratiwi