Beranda Puisi Dalam Diam Kemandirian

Dalam Diam Kemandirian

BERBAGI
Ilustrasi. (Amirah Nurlija Zabrina [AM]/DETaK)

Puisi DETaK

Di kesedihan malam di jam-jam damai, aku berjalan di trotoar

Sendirian, tanpa bintang, tanpa lengan yang bisa bersandar

Iklan Souvenir DETaK

Menggantung pada tiang harapan yang bergetar

Kemandirian datang tapi dengan rasa sakit

Gelap di sekeliling, sebuah suara di dalam berbicara

“Kau harus bangkit, bahkan ketika terjebak”

Dalam kedip air mata, aku menemukan makna

Bahkan ketika tidak ada tangan untuk menemani perjalanan

Aku mengumpulkan serpihan mimpi

Dari abu harapan yang layu

Dengan emosi pahit yang tersembunyi di balik bibir yang tersenyum

Kemandirian ini, adalah salah satu takdir yang tidak terhindarkan

Tapi dengan setiap kedipan mataku, waktu terasa berat

Beban ini, seperti duri di jiwa

Meskipun dunia tidak mendukung, aku akan berjuang

Dengan setiap hembusan napas yang kuambil, aku menemukan ketahanan

Kemandirian bukan soal pilihan, itu soal bertahan hidup

Dalam kesendirian, aku telah mendapatkan pemahaman

Bahwa hidup ini, meskipun tergores luka

Masih dapat mekar, bahkan di hadapan rasa sakit

Penulis bernama Mutia Hafizah, mahasiswa Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.

Editor: Masya Pratiwi