Puisi | DETaK
Malam ini tanpa bintang dan bulan
Tetapi hujan berjatuhan
Bernyanyi di atas atap-atap puan dan tuan
Beralihnya suara memanggilku untuk melihatnya
Aku yang berada di dekat jendela
Sesekali mengintip hujan di balik tirai
Hatiku menyukai hujan
Maka, kuberanikan diri membuka jendela di saat malam
Saat kali pertama kubuka jendela
Kurasakan rintikan hujan di telapak tangan
Kututupkan mata secara perlahan, aku tersenyum
Ketenangan hadir seketika
Lalu, kubuka secara perlahan mata ini
Memandang sekeliling Rumah
Penuh cahaya, lampu-lampu warga
Sesekali suara jangkrik terdengar, aku pun tersenyum
Malam sudah larut, kututup kembali jendela
Seketika hatiku rindu
Pada rayuan malamku
Kuambilkan wudhu
Kubentangkan sajadah
Selesai shalat
Aku duduk memandang jam dinding
Seketika aku merindukannya
Nan jauh di mata
Tapi temu, selalu kuasakan di dalam doa
Tersadar aku, jarak tertanam sudah
Sekelebat aku membayangkan wajahnya
Ketika tangan kasarnya kusalami setelah selesai shalat
Seketika jua rinduku semakin menggebu
Kepadanya nan jauh di mata
Namun, doaku tak pernah hilang untuknya
Asa langkahku adalah pulang kepadanya
Aku, anaknya yang rindu pelukan hangatnya
Dari seorang pemuda yang kini sedang merajut kisah cinta lama menjadi indah
Rindu, terima kasih telah hadir
Rindu, terima kasih telah mengingatnya
Rindu, kuucapkan salam untukmu yang membaca
Rindu, terima kasih telah memberiku kesempatan untuk merangkai kata.[]
Penulis adalah Ade Risna Andriani, mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala.
Editor: Indah Latifa