Opini | DETaK
Kembali dibukanya pendaftaran Presiden Mahasiswa secara tiba-tiba menimbulkan seabrek pertanyaan yang ditujukan kepada penyelenggara Pemilihan Raya, yang kita anggap sebagai tameng mahasiswa, kini menjadi tersangka utama dalam sejarah ini.
Tiada hal lain yang tidak menyenangkan selain dari kejadian yang datang tiba-tiba. Pasti kita semua pernah merasakan tiba-tiba yang mengejutkan, membuat hari menjadi buruk. Namun ada pula tiba-tiba yang dinanti, seperti tiba-tiba diberi hadiah, tiba-tiba mendapat berita gembira. Atau seperti lagu Maudy Ayunda yang “tiba-tiba cinta datang kepadaku.” Tiba-tiba seperti itu yang diharapkan semua manusia, terutama manusia-manusia jomblo.
Sebenarnya tidak masalah juga apabila membuka pendaftaran presma kembali. Akan tetapi, ada baiknya jika terdapat pemberitahuan serta keterbukaan. Sehingga berita tersebut bisa berjudul “Dibuka Kembali Pendaftaran Ketua BEM USK” tok, tidak perlu ada embel-embel “…Secara Tiba-Tiba,” atau penambahan kata-kata lainnya yang dapat menambah bahan gibah seperti “…Berikut Tuduhan Mahasiswa, Nomor 7 Paling Mencengangkan.”
Pemberitahuan yang saya maksud di sini berupa pengumuman secara terang-terangan. Minimalnya ada informasi dari sosial media yang terbuka, misalnya Instagram. Bukan hanya menyebarkan informasi melalui grup Whatsapp. Kesannya seperti main belakang, backstreet,ada yang disembunyikan. Padahal kita memang tidak tahu apakah ada sesuatu yang ditutupi atau tidak, tapi karena begini, mau tidak mau harus overthinking.
Namun bagai mencincang air, menunggu informasi resmi dari akun instagramnya merupakan perbuatan yang sia-sia. Terakhir memposting pada tanggal 4 Februari 2022, membawakan laporan ‘Hasil Pengumuman Seleksi berkas Ketua/Wakil BEM USK 2022,’ – pemberitahuan yang seharusnya direvisi. Bahkan sudah genap satu bulan pula tidak ada kabar, kenapa? Ke mana semua kejelasan yang kami harapkan? Ternyata selain suka tiba-tiba, mereka juga hobi ghosting.
Saking lamanya tidak ada update-an informasi terbaru, saya sampai mengira Instagramnya nonaktif. Entah mungkin yang bertugas di bagian publikasi lupa kata sandinya, atau lupa untuh memperbarui postingan, atau memang sengaja tidak mengumumkan apa-apa. Antara tidak tahu apa yang hendak diumumkan atau karena memang tidak ada yang (dirasa) perlu diumumkan, kita tidak ada yang tahu. Yang kita tahu, pasti ada udang di balik batu. Mending diolah menjadi bakwan. Bakwan udang, jelas akan menimbulkan aroma makanan yang sedap bukan aroma kecurigaan serta praduga.
Baik, mungkin kita bisa saja memaafkan kesalahan fatal tersebut. Tentu ada syaratnya. Apabila sekretariatnya dapat didatangi. Namun jangankan untuk didatangi, terbuka sedikit pun tidak. Selalu menutup, baik pintu maupun mulut. Semoga hati tidak, ya. Agar dapat menerima kritik dari segala pihak yang menanti kebenaran. Memang diam itu emas, tapi diam yang begini, bukan emas lagi. Batu.
Kini secara daring maupun luring, tidak ada yang dapat kita konfirmasi mengenai kenyataan di balik kisah ini. Pertanyaan ‘ada apa?’ mungkin terus menghantui. Tapi bagaimana pun, kami selalu menunggu informasi resminya. Ini semua juga demi kampus kita bersama. Jangan kecewakan kesetiaan yang telah kami pupuk. Hubungan kita spesial, ‘kan? Kami tunggu kabarnya.
Pendaftaran yang kembali dibuka ini sesungguhnya juga membawa kabar baik bagi mahasiswa lain yang kemarin saat pendaftaran gelombang pertama tidak sempat mendaftar. Tidak sempat unjuk gigi, bisa jadi karena keasyikan di lab untuk praktikum atau tertimbun pikirannya dalam tugas yang menggunung. Mungkin kali ini sudah berkurang beban kuliahnya, ingin turut mendaftarkan diri menjadi capresma. Lebih baik, dari pada memikirkan apakah benar ada niat terselubung di balik ini semua.
Semakin lama kami menerima penjelasan, maka semakin lama pula pesta politik akan kita laksanakan. Menangis BEM USK mendengar Pemira diundur terus. Masa iya Plt. terus menjabat hingga akhir hayatnya. Saya paham Indonesia menganut budaya ngaret, namun untuk kali ini kita tidak perlu mengikuti ajaran tersebut. Tidak, bukan berarti kita tidak termasuk Indonesia lagi. Kita masih bagian dari Indonesia sebelah barat. Indonesia yang satu padu. Karena itu jangan sampai ada perpecahan di tengah kita. Jangan ada dusta di antara kita.
Ingat, ya. Kami tidak suka tiba-tiba. Awas saja nanti tiba-tiba besok Pemira, tiba-tiba disuruh mencoblos. Kalau tiba-tiba ketiban rezeki, ya, tidak mengapa. Apalagi tiba-tiba ketiban penjelasan. Tenang, kami mau dengerin. Kabarin aja pokoknya, ya. []
Penulis bernama Shahibah Alyani, mahasiswi Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala dan Nabila Wandalia, mahasiswi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala. Mereka juga merupakan anggota aktif UKM Pers DETaK.
Editor: Aisya Syahira