Beranda Opini Mengenal Apa itu Kesetaraan Gender, Apakah Penting?

Mengenal Apa itu Kesetaraan Gender, Apakah Penting?

BERBAGI
Ilustrasi. (Rafiqah Meidina Syakira/DETaK)

Opini | DETaK

Sebelum membahas kesetaraan gender, kalian harus paham apa sih gender itu? Apa beda nya dengan jenis kelamin? Nah, gender sendiri merujuk pada peran, tanggung jawab, karakteristik, dan perilaku yang terkait dengan konstruksi sosial yang melekat pada perempuan dan laki-laki. Perbedaan kedua nya adalah jenis kelamin ditentukan secara biologis dan dapat dilihat dari alat kelamin serta perbedaan genetik. Sedangkan gender itu lebih sering diasosiasikan dengan istilah feminim atau maskulin. Jenis kelamin tidak akan bisa diubah karena itu adalah bawaan dari lahir, kalau gender bisa berubah sering berjalan nya waktu yang dibangun atau dibentuk dari lingkungan sekitar.

Kesetaraan gender bukan hanya menjadi isu bagi perempuan, tetapi juga menjadi dasar bagi masyarakat dalam upaya menuju keadilan dan inklusivitas. Kesetaraan gender adalah keadaan dimana perempuan dan laki laki dalam hak dan kualitas hidup nya tidak dibedakan. Kesetaraan gender termasuk kedalam Hak Asasi Manusia. Kesetaraan gender merujuk pada prinsip bahwa semua individu, tanpa memandang jenis kelamin mereka, memiliki hak, tanggung jawab, dan peluang yang sama di segala aspek kehidupan. Ini mencakup aspek-aspek seperti pendidikan, pekerjaan, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan akses terhadap sumber daya.

Iklan Souvenir DETaK

Kesetaraan gender bertujuan untuk menghilangkan diskriminasi berbasis gender dan memastikan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki perlakuan yang setara dalam masyarakat. Konsep ini membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil dan seimbang bagi semua individu, independen dari identitas gender mereka. Jadi kesetaraan gender ini membuat apapun jenis kelamin nya mempunyai kesempatan yang sama. Biasanya yang hanya bisa menjadi pemimpin hanya laki-laki karena stigma masyarakat. Namun dalam kesetaraan gender, perempuan pun bisa menjadi pemimpin.

Lalu apakah kesetaraan gender ini penting bagi kedua belah pihak? Apakah harus? Apa saja tantangan dalam kesetaraan gender ini? Dan upaya apa yang bisa kita lakukan menuju kesetaraan gender?

Sejak 22 tahun yang lalu, Indonesia telah mengesahkan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan atau Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW) melalui Undang-undang No. 7 tahun 1984 (UU No. 7/1984). Namun, dalam pelaksanaan CEDAW, pemerintah Indonesia menyadari bahwa diskriminasi terhadap perempuan masih kuat di berbagai sektor pembangunan. Hal ini menjadi ancaman terhadap pencapaian keadilan dan kesetaraan gender di Indonesia. Pada tahun 2000, Presiden Indonesia, Abdurahman Wahid, menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 mengenai Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan (Inpres PUG).

Pemerintah Indonesia telah menandatangani perjanjian global mengenai Sustainable Development Goals (SDG), yang secara resmi disebut sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). TPB terdiri dari 17 tujuan dan 169 sasaran. Dalam TPB ini, terdapat satu tujuan khusus, yaitu: Mencapai Kesetaraan Gender serta Memberdayakan semua Perempuan dan Anak Perempuan.

Tujuan ke-5 SDG, yang menargetkan Mencapai kesetaraan gender serta memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan, memiliki 5 sasaran:

1. Mengakhiri semua bentuk diskriminasi.

2. Menghapuskan segala bentuk kekerasan.

3. Menghilangkan semua praktik yang membahayakan.

4. Mengakui dan menghargai pelayanan dan pekerjaan.

5. Memastikan bahwa semua perempuan dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan berpolitik, sosial, dan ekonomi.

Meskipun langkah – langkah besar ini telah diambil, stereotipe gender dan diskriminasi masih banyak merajalela. Perempuan dan laki – laki masih sering diperlakukan berbeda. Kekerasan terhadap perempuan masih menjadi masalah serius yang perlu diatasi mulai dari pelecehan verbal hingga pelecehan fisik masih banyak sekali ditemukan.

Ketidaksetaraan gender masih sering kita temui sehari hari, misalnya dalam keluarga terdapat pemisahan peran yang tidak adil dalam tugas rumah tangga. Banyak faktor yang mendukung diskriminasi gender ini, contohnya budaya dan tradisi mempengaruhi diskriminasi gender seperti presepsi bahwa laki laki lebih cocok untuk melakukan pekerjaan berbentuk fisik dan berat sementara perempuan lebih cocok dalam pekerjaan rumah tangga. Yang sebenarnya kedua ini bisa dilakukan oleh dua gender, laki laki seharusnya juga bisa melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci piring dan perempuan juga bisa melakukan pekerjaan fisik seperti mengangkat galon.

Beberapa upaya yang bisa kita lakukan untuk mencapai kesetaraan gender ini adalah mendorong partisipasi aktif perempuan dengan meningkatkan akses perempuan dalam ekonomi,  dengan pelatihan keterampilan serta pendanaan usaha kecil yang akan membantu mengurangi kesenjangan ekonomi antara gender dan meningkatkan kemandirian perempuan. Selain itu peningkatan kesadaran masyarakat melalui pendidikan dan kampanye tentang isu ini merupakan langkah yang penting. Hal ini dapat dilakukan dengan mengenalkan materi pendidikan yang mengajarkan tentang hak-hak perempuan atau dengan mendorong partisipasi komunitas melalui diskusi, pertemuan dan kegiatan.

Penulis adalah Rafiqah Meidina Syakira, mahasiswi Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.

Editor: Pramudiyanti Saragih