Opini | DETaK
Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Islam adalah agama yang damai, toleran, dan juga agama yang sangat melindungi hak-hak kemanusian. Islam selalu menganjurkan bagi pemeluknya untuk selalu menebarkan kebaikan di muka bumi ini, baik itu dengan sesama manusia, alam, bahkan binatang sekalipun. Islam adalah agama yang sangat sempurna.
Sebagaimana firman Allah Swt. tatkala Nabi Muhammad Saw. hendak pulang kepangkuan Rabbil Alamin dan juga sebagai ayat penutup (sebagai wahyu) kepada Nabi Muhammad Saw.
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agama bagimu.” (QS : Al Maidah [5] : 3).
Dan benarlah firman Allah SWT tersebut. Atas segala kekuasaan-Nya dan limpahan Rahmat-Nyalah, Islam menjadi agama yang sempurna dan diridhai Allah SWT.
Namun, akhir-akhir ini, Islam sebagai agama yang sempurna, sebagai agama yang toleran, sebagai agama yang damai, dan sebagai agama yang selalu menebarkan kebaikan, patut dipertanyakan. Apakah konsep tersebut masih berlaku pada Islam di zaman sekarang ini?
Mungkin, kita sering mendengar kabar-kabar di media, tentang Islam sebagai agama yang ektrimis, radikalis, dan fundametalis, bahkan islam sebagai agama teroris. Hal ini, dikuatkan dengan banyak opini-opini yang menyatakan bahwasanya Islam identik dengan gerakan-gerakan terorisme, suka berperang, intoleran, dan preming-preming media yang tidak masuk akal lainnya terhadap Islam.
Islam, sebagai agama teroris khususnya, bukanlah rahasia lagi. Banyak kalangan-kalangan, entah itu dari pemuka agama, politisi, akademisi, dan kalangan lainnya, menyatakan bahwa Islam adalah agama yang ekstrim, radikal, dan juga agama basis teroris. Fakta tersebut, mungkin dikuatkan dengan banyaknya kasus; konflik saudara yang berkepanjangan di Timur Tengah (sebagai basis Islam) dan juga teror bom yang dilakukan oleh “Islam” di beberapa negara barat.
Hal ini, menjadi klaim yang sangat tidak fair terhadap islam itu sendiri. Islam dicap sebagai agama yang menakutkan, Islam diibaratkan sebagai agama yang haus akan darah. Fakta ini, dipertegas lagi oleh beberapa kejadian besar yang menjadi catatan kelam bagi umat Islam. Di antara gerakan-gerakan teroris yang diklaim oleh orang-orang barat adalah aksi teroris. Aksi terorisme yang dilakukan oleh kelompok orang yang mengatasnamakan Islam di Amerika Serikat pada tahun 2001, kemudian terus merebak.
Ditambah lagi dengan adanya gerakan-gerakan Islam ekstrimis di Timur Tengah, yang identik dengan perang dan pembunuhan secara brutal, menjadikan Islam sebagai agama yang kejam dan sadis. Hingga, beberapa tahun terakhir ini, terkenal istilah “Islamphobia” (istilah kontroversial yang merujuk pada prasangka, diskriminasi, ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan Muslim).
Semakin hari, kata/label Islam fobia semakin digaung-gaungkan oleh kaum yang kontra dan benci terhadap Islam. Dan me-justice Islam dan seluruh pengikutnya sebagai agama/orang yang kejam, sadih, dan haus akan darah.
Tuduhan demi tuduhan, semakin hari, semakin menjelma dan membekas dalam benak Islam. Menjadi luka yang sangat membekas bagi kaum muslimin. Label Islam sebagai agama yang intoleran, radikal, dan juga teroris, mencoreng nama Islam dalam pergaulan dunia. Islam yang sejatinya adalah agama yang sangat toleran, agama yang mencintai damai, agama yang sangat menjujung tinggi hak dan martabat manusia, namun dicap sebagai agama yang menakutkan.
Kita, sebagai generasi Islam, harus bisa menjadi pilar dan garda terdepan dalam membela Islam dari fitnah-fitnah yang tidak mendasar tersebut. Islam berada di tangan kita generasinya. Salah seorang ulama pernah berkata, “Jangan terlalu memikirkan hal yang tidak berguna. Sekarang, pikirkan tentang agamamu, apa yang bisa engkau berikan untuk agamamu. Itu hal yang harus selalu engkau tanamkan dalam diri, di mana pun engkau berada”. Islam, berada dalam masa tegang. Islam berada dalam zona warning, yang harus segera di tolong oleh kita para generasi penerusnya.
Jika ada yang mengatakan Islam bukan agama yang toleran, maka lihatlah bagaimana tolerannya Rasulullah di saat beliau memerangi kota Makkah, namun beliau tetap memberikan toleransi bagi anak-anak, perempuan, dan juga bagi mereka yang bersembunyi di rumah salah satu tokoh Quraisy yang kemudian menjadi sahabat beliau. Jika ada yang mengatakan Islam agama yang radikal, lihatlah bagaimana cara Salahuddin Al-Ayyubi dalam memberikan pelayanan yang lembut kepada Raja Romawi pada saat perang. Bahkan, beliau menawarkan seorang tabit Islam, untuk mengobati penyakitnya. Jika ada yang mengatakan Islam agama yang haus akan darah, maka Nabi Saw. pernah bersabda, membunuh seorang anak Adam tanpa maksud yang jelas, adalah hal yang dilarang dalam agama.
Dan jika ada orang yang mengatakan Islam adalah agama teroris, maka sudah dipastikan itu bukan Islam. Islam tidak pernah mengajarkan hal demikian. Bahkan, hukum bunuh diri dalam syariat Islam adalah mati dalam keadaan kufur. Tidak ada pembelaan ataupun seruan jihad dalam Islam, jika itu bukan dalam konteks yang jelas. Islam mentoleransi segala bentuk pergaulan manusiawi. Bahkan, Islam pun menjaga orang yang bersebrangan dengan Islam, asalkan ia tidak mengganggu Islam. Islam adalah agama yang sangat harmonis, dan selalu menjaga mereka yang tidak sepaham dengannya. Bahkan, tidak ada paksaan dalam memeluk Islam itu sendiri.
Namun, mengapa juga Islam dicap sebagai agama teroris? Dalam sebuah buku, pernah dijelaskan, bahwasannya bukan agama yang menjadi alasan utama perang, ataupun pertentangan. Namun, orang-orang di dalamnyalah yang menjadi dalang daripada pertikaian tersebut. Islam tidak pernah mengajarkan aksi-aksi terorisme. Bahkan, Islam mengancam keras orang yang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan dirinya dan juga orang lain.
Islam sebagai agama teroris, adalah prasangka yang salah, tanpa dasar, dan hanya keegoisan semata dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Mereka, cuman memanfaatkan Islam sebagai basis untuk menghancurkan Islam.
Sebagaimana bunyi sebuah kaidah, “Musuh yang paling menakutkan itu, adalah diri sendiri”. Maksudnya adalah, musuh Islam sekarang, bukan hanya orang-orang kafir. Namun, dalam internal (badan) Islam itu sendiri memiliki musuh yang sangat menakutkan. Jika musuh, nyata nampaknya. Namun diri sendiri adalah musuh yang tidak bisa terdeteksi keberadannya. Karena ia selalu bersama kita. Demikianlah Islam sekarang. Islam dihancurkan oleh orang Islam itu sendiri. Yang mencederai Islam dan menghinakan Islam sekarang adalah orang-orang yang tidak paham tentang Islam.
Aksi terorisme bukanlah sikap Islam dalam memahami perbedaan dan pertikaian. Hanya oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan Islam demi sebuah hasrat duniawi saja. Islam, dihancurkan oleh mereka-mereka yang tidak paham tentang Islam. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya literasi tentang keislaman, bodohnya orang Islam, dan juga sikap orang-orang Islam yang salah kaprah terhadap pendapat agama. Tidak adanya panutan yang jelas juga merupakan indikator utama, kenapa orang-orang bisa melakukan aksi terorisme dan juga bom bunuh diri.
Dalam sebuah buku Pengantar Filsafat, yang dikeluarkan oleh Universitas Al-Azhar, Mesir, pernah dijelaskan usaha orang kafir untuk menghancurkan Islam. “Eropa (kafir), mengetahui dan sadar betul jika umat Islam bersatu berpegang teguh pada agamanya, maka mustahil untuk dikalahkan dan dibinasakan dalam sebuah pertarungan/perperangan.
Oleh sebab itu, strategi yang dijalankan kafir untuk mengalahkan dan menghancurkan Islam adalah dengan cara perusakan karakteristik Islam, memecah-belah Islam dari internal maupun eksternalnya, dan mengadu domba serta pembunuhan ideologi Islam itu sendiri. Semua ini semata-mata untuk memusnahkan Islam. Dari rentetan sejarah, Islam tidak mungkin bisa dihancurkan dari luar (fisik), Islam hanya dapat dihancurkan dari dalam, dari pepecahan dan juga doktrin adu domba.
Hal ini harus selalu diwanti-wanti oleh generasi Islam seterusnya. Karena berbagai tindakan yang mendiskriminasikan Islam, merupakan hal yang patut dipertanyakan. Jika mereka mengatakan Islam adalah agama teroris, maka itu adalah hal yang salah, bahkan itu semua bisa dikatakan sebagai sebuah konspirasi yang hendak menghancurkan Islam, yang hendak memisahkan Islam dari pemeluk sejatinya. Karena menjadi sebuah penegasan, Islam bukanlah agama teroris, yang teroris itu adalah mereka yang bukan Islam.
Untuk satu hal bagi generasi Islam, Rasulullah Saw. Pernah bersabda, “Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing”. Maka menjadi sebuah pertanyaan bagi kita, apakah kita termasuk orang-orang yang asing tersebut, yaitu orang-orang yang tetap teguh dalam Islam yang rahmatan lilalamin?
Penulis bernama Muhammad Iqbal Fahimy, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala.
Editor: Della Novia Sandra