Riska Iwantoni | DETaK
Darussalam – Serangkaian seni kolosal “Gayo Art Women” yang digelar Jumat malam, 29 Mei 215 berhasil memukau ribuan massa yang hadir di Gedung Dayan Dawood, Unsyiah, Banda Aceh.
Pembukaan itu diawali dengan hentakan band, tari guel, dan berlanjut dengan pidato singkat dari ketua panitia, ketua Keluarga Negeri Antara (KNA) Jamhuri, dan dibuka oleh Bupati Aceh Tengah yang diwakilkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Tengah, Amir Hamzah.
“Tujuan acara ini adalah untuk menyuarakan perdamaian, perempuan, dan hutan yang akan berdampak pada masyarakat, dirinya sendiri serta Bangsa Indonesia,” ujar Rizki Hawailena, ketua panitia memberikan kata sambutan,
Gayo Art Women adalah kali pertama dilaksanakan yang melibatkan seniman perempuan Gayo yang merupakan pertemuan seniman perempuan untuk membahasakan lingkungannya, dan bersuara untuk masa depan Aceh. Bebebrapa seniman Gayo yang selama ini berkiprah diluar Gayo turut terlibat dalam penggarapan seni pertunjukan tersebut.
“Tidak ada istilah untung dalam kehidupan ketika kita berbicara seni, karena seni adalah kasih sayang, dan kasih sayang adalah cita-cita dan harapan tertinggi dalam kehidupan manusia,” kata Jamhuri, dalam sambutan singkatnya.
Suasana kemudian bergemuruh dengan tepuk tangan penonton menyambut pendekar Leuser Abu Kari, Aman Jarum yang menyampaikan amanah pentingnya menjaga hutan. Dengan gayanya yang khas yaitu menggunakan sarung serta menggunakan bahasa yang tak beraturan, aman Jarum mampu memikat penonton. Sebab inilah pertama kali laki-laki asal Pining, Gayo Lues tersebut tampil dihadapan ribuan massa dari berbagai kalangan, yang tentunya mayoritas generasi muda.
Penyampaian pesan tentang perdamaian, perempuan, anak, dan hutan lewat tarian seperti pepongotan, tari guel, lantunan lagu tradisional diiringi dengan para penari mampu membius massa yang menyaksikan pertunjukan ini.
“Sebagai wanita saya sangat bangga, karena dengan diselanggarakannya Gayo Art Women ini meningkatkan kesetaraan gender, jadi wanita juga tidak kalah dalam mengambil peran penting seperti yang dilakukan pria.” Kata Inong Favorit Banda Aceh 2015, kepada detakusk.com yang hadir pada acara tersebut.
Selain itu, tim ekspedisi dari Jakarta Van Daalen 1904 Iwan Gayo, LK Ara, dan Oedin dela Rosa yang menghadiri acara mengaku kegiatan tersebut adalah inspirasi anak muda.
“Sangat positif ya, disaat-saat ada degoyodisasi terhadap kebudayaan gayo, ini adalah inspirasi untuk generasi muda,” ujar Iwan Gayo, yang juga sebagai purnawirawan wartawan yang datang ke Aceh untuk ekspedisi Van Daalen 1904 sampai 23 Juli mendatang, saat ditanyai tanggapannya tentang helatan Gayo Art Women.[]
Editor: Riyanti Herlita