Beranda Headline Aliansi Rakyat Menggugat Tolak Pengesahan RUU TNI

Aliansi Rakyat Menggugat Tolak Pengesahan RUU TNI

BERBAGI
Salah satu orator menyampaikan tuntutan demonstran di teras gedung DPRA. 21/03/2025. (Masya Pratiwi/DETaK)

Zikni Anggela & Selvi Dianingsih | DETaK

Darussalam-Sejumlah mahasiswa dan elemen masyarakat sipil yang tergabung dalam “Aliansi Rakyat Menggugat” menggelar aksi demonstrasi penolakan pengesahan Revisi Undang-Undang (RUU) Tentara Nasional Indonesia (TNI). Massa yang mengenakan pakaian serba hitam tersebut memenuhi halaman gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) pada Jumat 21 Maret 2025. Aksi ini diwarnai dengan orasi, pembacaan puisi, melantunkan shalawat, hingga menyanyikan beberapa lagu nasional. 

Juru bicara aksi, Muhammad Resqi, menyatakan bahwa pengesahan UU TNI ini dilakukan tanpa adanya partisipasi publik serta tanpa memperhatikan suara masyarakat kalangan bawah.

Iklan Souvenir DETaK

“Kami mengkhawatirkan UU TNI ini akan mengembalikan supremasi militer yang menjadi ketakutan kita pada era sebelumnya, pada masa-masa yang kita khawatirkan,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menegaskan bahwa aksi ini bukan hanya sebagai bentuk penolakan terhadap pemerintah, tetapi juga bukti bahwa masyarakat Aceh masih memiliki pengalaman dan trauma mendalam yang belum selesai terhadap institusi militer. 

“Melalui aksi ini, kami menyerukan bahwa rakyat Aceh tetap dengan tegas menolak UU TNI yang berpeluang besar mengembalikan supremasi militer di ranah publik,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua BEM USK, Muhammad Ikram, menyatakan bahwa situasi Indonesia semakin tidak stabil dan jumlah massa harus terus bertambah. Ia juga menegaskan untuk mengajak lebih banyak orang agar semuanya dapat ikut merasakan kondisi yang saat ini terjadi.

“Negeri ini sudah rusak. Pemimpin yang kita dukung pada akhirnya meninggalkan dan melupakan kita semua. Gelombang massa ini harus terus meningkat, tidak hanya hari ini. Kita harus mengajak lebih banyak orang agar semua ikut merasakan,” ujarnya.  

Aksi yang berlangsung di sore hari ini sempat memanas ketika massa berusaha menerobos masuk ke gedung DPRA. Aparat keamanan yang berjaga menghalau massa menyebabkan kejadian semakin ricuh. Selain itu, para demonstran membakar ban sebagai simbol perlawanan dengan diiringi pembacaan puisi. Hingga aksi berakhir pukul 18.00 WIB, tidak ada satu pun perwakilan DPRA yang menemui massa dengan alasan reses. Sebelum membubarkan diri, para demonstran melakukan buka puasa bersama di halaman gedung DPRA.[]

Editor: Amirah Nurlija Zabrina