Artikel | DETaK
Alue Sungai Pinang adalah nama dari sebuah kampung yang berada di Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Aceh Barat Daya. Kampung ini dikenal oleh masyarakat Aceh Barat Daya karena memiliki sungai dengan air yang sejuk serta dikelilingi oleh banyaknya pohon-pohon dengan daun yang rimbun.
Cerita yang terkenal di daerah ini ialah tentang Malem Diwa, Putroe Bungsu dan Putroe Aloeh. Selain ceritanya yang melegenda, Alue Sungai Pinang (Pucok Krueng) ini terletak di hulu sungai, di sungainya terdapat air terjun dan tempat yang tenang sehingga menarik minat masyarakat untuk berkunjung dan melepaskan penat.
Berdasarkan cerita-cerita orang zaman dahulu, di Alue Sungai Pinang ini hiduplah seorang pria bernama Teungku Malem Diwa yang mempunyai istri dari salah satu putri kayangan bernama Putroe Bungsu dan Putroe Aloeh yang memiliki kuda terbang. Malem Diwa memiliki kupu-kupu, rayap, elang dan tupai berbulu kuning. Suatu hari, Malem Diwa rindu dengan Putroe Bungsu dan ingin mengunjunginya tetapi ia tidak memiliki kendaraan untuk datang ke kayangan.
Di kampong tersebut, hanya Putroe Aloeh yang memiliki Kuda Terbang. Saat Malem Diwa mengutarakan keinginannya untuk meminta kuda terbang tersebut, Putroe Aloeh mengajukan syarat dengan menikahinya dan mengambil tiga buah pinang di sebuah pohon tinggi miliknya yang berisi emas, perak dan intan. Pohon tersebut dijaga oleh hewan berbisa dan sebelumnya tidak pernah ada yang sampai untuk mengambil pinang tersebut. Malem Diwa meminta Putroe Aloeh agar tidak melihat dirinya saat proses mengambil tiga buah pinang dengan mengutus kupu-kupu peliharaannya untuk mengalihkan perhatian sang empunya pohon.
Setelah itu, rayap peliharaannya membuat tempat duduk untuk Malem Diwa. Saat proses mengambil pinang, ia dibantu oleh elang yang mengangkat kursi tempatnya duduk yang dibuatkan oleh rayap sementara tupai berbulu kuning berkelahi dengan hewan berbisa yang ada di pohon. Tupainya terluka, kemudian Malem Diwa mengobatinya dengan air sirih sehingga bulu tupai yang tadinya kuning berubah menjadi merah. Sang tupai diberi perintah untuk mengatakan kepada hewan-hewan yang berada di pohon itu bahwa ia datang atas perintah Malem Diwa dan disuruh mengambil buahnya atas suruhan Putroe Aloeh. Akhirnya tupai itu berhasil mendapatkan 3 buah pinang dan Putroe Aloeh menikah dengan Malem Diwa serta menyerahkan kuda terbangnya.
Setelah Malem Diwa pergi ke kayangan, pohon pinang itu rubuh karena kehilangan buahnya dan mengalir mengikuti aliran sungai yang bermuara di Pulau Kayee.[]
Referensi:
Isminurfalinafaqad. 2012. “Sepenggal Kisah Alue Sungai Pinang, Aceh Barat Daya (Abdya)”. Dilansir dari inafaqad.wordpress.com
Cerita ini juga pernah penulis dengar di MTsN 1 Aceh Barat Daya saat guru Bahasa Indonesianya mengajar dan mempersiapkan temannya untuk mengikuti lomba cerita rakyat.
Penulis adalah Rani Mauizzah, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala. Ia juga merupakan salah satu anggota magang di UKM Pers DETaK USK.
Editor: Indah Latifa