Beranda Cerbung Heaven Kingdom dan Realita Kehidupan-Episode 1: Hukuman bagi Pendosa

Heaven Kingdom dan Realita Kehidupan-Episode 1: Hukuman bagi Pendosa

BERBAGI
Heaven Kingdom dan Realita Kehidupan. (Wendi Amiria/DETaK)


Cerbung | DETaK

– Ini adalah kisah seorang gadis yang berusaha untuk meraih impiannya di tengah carut marut dunia –

Hawa dingin di bawah langit gelap Kota Gazastan menyelimuti para Lafitters yang sedang melangkah. Mereka mengenakan pakaian abu-abu tebal, menuju ke depan gerbang kastil putih yang berjenis portcullis, yaitu pintu gerbang berbentuk jeruji besi yang runcing di bagian bawah. Para prajurit di benteng memutar katrol untuk menaikan gerbang itu dan para Lafitters memasukinya.

Iklan Souvenir DETaK

Alun-alun kastil telah didekor dengan sebuah keranjang rotan yang diletakkan di atas panggung kayu. Tepat di belakang keranjang itu ada guillotine, sebuah alat pancung yang memiliki pisau besar menggantung setinggi tujuh meter. Di samping kiri panggung ada sebuah tenda yang menaungi pemimpin kota Gazastan; Adipati Sedler Alaska beserta para kabinetnya.

“Hahahaha,” tawa keras dari wanita dengan rambut berantakan yang menutupi sebagian matanya. Tangan wanita itu terikat ke belakang dengan rantai besi, dituntun oleh prajurit berbaju zirah besi dengan simbol kristal salju di dada, menuju ke atas panggung kayu.

Mata picik wanita itu melirik ke arah tenda, mulutnya meledak mengeluarkan amarah, “Dasar para pendusta, kalian akan dikutuk oleh dewa!”

Kemudian ia melihat ke arah para Lafitters yang sedang ketakutan di depan panggung. “Keluarlah!” pekik wanita itu. “Kalian akan menemukan kebenaran tentang kota ini!”

Seketika mulut wanita itu dibekap oleh sang prajurit, lalu meletakkan lehernya di antara dua balok kayu guillotine. Tak ada lagi suara, hanya pupil mata yang bergerak kesana kemari. Rahib Kota Gazastan berdiri di samping guillotine untuk membacakan surat pengakuan dosa.

“Merry dari klan Gifford telah melakukan dosa besar bagi kalangan Latiffers, yaitu keluar dari kota Gazastan. Dia ditangkap oleh prajurit di Kota Genova dalam keadaan gila. Atas perintah sang Adipati ‘Penjaga Bagian Utara Heaven Kingdom,’ Tuan Sedler Alaska, maka Merry Gifford akan diberikan hukuman mati berdasarkan Kitab Perjanjian 6 Dewa.”

Nicolas Gifford, bocah laki-laki berusia 12 tahun, berdiri di barisan paling depan kerumunan sambil memegang lengan pakaian laki-laki tua agak gemuk berambut putih tipis. Nicolas adalah anak satu-satunya pasangan Theodore Gifford dan Merry Gifford, hari ini harus rela menyaksikan orang tua terakhir yang dia miliki di dunia ini meninggalkannya.

Tangan kiri si rahib kota memegang surat pengakuan dosa pada dadanya, tatapannya lurus ke depan. Para Lafitters yang menonton terdiam, hening beberapa detik. Ketegangan itu diakhiri dengan ayunan isyarat tangan rahib kota, diikuti oleh sang prajurit yang mengayunkan pedang, memotong tali pengikat pisau guillotine. Seperti yang dikatakan, hanya tiga detik, kepala Merry Gifford telah jatuh kedalam keranjang.

Terdengar banyak suara tarikan nafas panjang dari kerumunan penonton, sebagian sempat melangkah mundur di atas tanah alun-alun yang berlumpur.

Nicolas tak bergeming, menatap dalam-dalam leher ibunya yang masih menyemprot darah. Dalam pikirannya terlintas pertanyaan, Apa kamu ingin membalas mereka?

-Bersambung-

Cerita ini adalah bagian dari proyek novel yang sedang digarap oleh penulis. Bagi teman-teman yang tertarik ingin berdiskusi mengenai cerita lebih lanjut, bisa hubungi penulis melalui surel: heavenkingdom.author@gmail.com.