Beranda Opini Peran “Circle” Pertemanan di Kampus, Positif atau Negatif?

Peran “Circle” Pertemanan di Kampus, Positif atau Negatif?

BERBAGI
Ilustrasi (Natasya Sahira [AM]/DETaK)

Opini | DETaK

Banyak hal yang akan ditemukan dalam dunia perkuliahan, bagaimana terbentuknya kelompok-kelompok tertentu yang kerap disebut ‘circle’ adalah salah satunya, hal ini kini menjadi sesuatu yang lumrah dan normal kita lihat. banyak dari beberapa orang membagikan pengalaman bahwa circle membawa hal negatif dalam pola pertemanan dan pergaulan, namun tak sedikit juga yang berpendapat positif akan esksistensi circle ini. 

Singkatnya, circle dalam bahasa inggris merupakan lingkaran, yang bermakna dibentuknya lingkaran pertemanan berisikan orang-orang tertentu. setiap circle memiliki kegiatan dan kebiasaan nya sendiri. Jangankan dalam dunia perkuliahan, dalam kehidupan sehari-hari juga pasti kita memiliki kelompok pertemanan yang dibentuk karena adanya rasa persamaan antar sesama.

Iklan Souvenir DETaK

Contoh mudahnya, kita pasti akan bertemu banyak orang apalagi dalam dunia perkuliahan, bertemu orang baru mendorong kita untuk melakukan pengenalan dan pendekatan, namun tidak semuanya akan terasa cocok dan sejalan dengan kita. hal itu dapat mendorong kita untuk berkumpul pada orang orang yang sefrekuensi dengan kita, bayangkan jika kita curhat dengan orang yang tidak cocok dengan kita, tentunya kita tidak merasa puas dan merasa tidak nyaman akan hal itu, natural nya kita akan mencari orang yang memvalidasi rasa kita.

Jadi sebenarnya circle dunia kuliah itu memberikan dampak positif atau negatif?

Menurut saya, baik atau tidaknya suatu circle itu tergantung bagaimana orang itu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang lebih luas. apabila seseorang itu hanya berinteraksi lagi dengan orang-orang di circlenya dan menutup diri dengan sekitarnya karena merasa tidak cocok, hal ini juga merupakan tindakan yang salah. Dunia perkuliahan merupakan wadah kita untuk membentuk relasi sebanyak-banyaknya, karena kita tidak akan tahu kedepannya relasi mana yang akan membantu kita, bahkan ketika sudah tidak berada di bangku kuliah.

Hendaknya kita tetap berbaur dengan orang-orang diluar dari ‘circle’ pertemanan sendiri, walaupun hanya sekedar obrolan santai dan tegur sapa setidaknya kita saling mengenal dengan orang-orang lainnya, dengan menjaga agar masalah dan privasi tetap hanya dibagikan kepada teman-teman terdekat saja. Intinya jangan menutup diri dengan lingkungan luar, di zaman sekarang relasi sangat di perlukan. Banyak ‘circle’ yang terbentuk di awal kuliah tidak bertahan hingga akhir, karena munculnya rasa individualisme seiring dengan semakin beratnya tantangan dan masalah dalam perkuliahan.

‘Circle’ yang baik adalah yang berbagi masalah didalamnya namun tidak menutup dirinya dari pertemanan lain.
namun,tak di pungkiri juga bahwa masuk ke ‘circle’ yang salah akan membawa kita ke jalan dan pengaruh yang tidak baik.  Pilihlah lingkaran pertemanan yang sehat, terutama di dunia perkuliahan, circle pertemanan yang mampu membantu kita mengatasi permasalahan, membantu dalam pembelajaran dan dapat di ajak untuk melakukan hal-hal yang positif dengan tetap produktif. Lingkaran pertemanan toxic akan membuat kita kehilangan jati diri karena selalu berusaha untuk mengikuti tindakan mereka yang sebenarnya tidak kita inginkan.

Pilihlah ‘circle’ yang membawamu ke arah yang positif dan juga jangan batasi relasi pertemanan hanya karena terikat dalam satu ‘circle’ dan tidak ingin bersosialisasi dengan yang lain. karena kita tidak akan pernah tau, siapa yang akan menemani kita sampai akhir di dunia perkuliahan ini.

Penulis adalah Wanda Hutasuhut, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala. Ia juga merupakan salah satu anggota magang UKM Pers DETaK USK.

Editor : Zarifah Amalia