Beranda Opini Lewati Tanggal 6 Juni, Apa Kabar IPK?

Lewati Tanggal 6 Juni, Apa Kabar IPK?

BERBAGI
Ilustrasi. (Yaumil Farah Alyssa/DETaK)

Opini | DETaK

Semester genap di Universitas Syiah Kuala (USK) selesai pada tanggal 6 Juni 2022. Di mana pada tanggal tersebut batas akhir upload nilai di KRS. Banyak dari mahasiswa yang mencemasi nilai di semester ini, mengingat perkuliahan yang dilakukan secara luring.

Beberapa jurusan terutama rumpun sains dan kesehatan, aga kewalahan ketika praktikum. Mengingat sebelumnya praktikum dilakukan secara daring. Skill dasarpun sebenarnya belum dikuasai, ya jadi keteteran di beberapa praktikum, seakan tangan kaku gemetaran takut gelas kaca jatuh berdering. Belum lagi mencari preparat, yang sebelumnya ketika daring, preparat sudah disediakan oleh asisten dan diperagakan melalui video dan akun youtube masing-masing.

Iklan Souvenir DETaK

Selain itu, hal yang lain yang membuat mahasiswa camas adalah ujian secara luring. Ya, maklum ujian secara daring memudahkan mahasiswa mendapat sumber ‘ehem,,, contekan’ dan bisikan tetangga. Sedangkan ujian luring, jangankan bisikan tetangga, tolehan kepalapun dapat mengancam lembaran ujian tidak diterima.

Lantas apa kabar dengan IPK? Banyak mahasiswa yang kerap kali kecewa dengan nilai yang diperoleh. Merasa IP semester ini turun dari semester sebelumnya, merasa semester ini sangat sulit dari semester sebelumnnya, dan asumsi lainnya. Faktor organiasai tak luput dari salah satu alasan turunnya IP mahasiswa. Karena sebelumnya organisasi lebih banyak dilaksanakan secara daring dan tiba tiba hampir semua kegiatannya secara luring membuat mereka kesulitan dalam membagi waktu.

Kalau kata pepatah, nasi telah menjadi bubur. IPK yang diperoleh tidak lagi bisa di ubah. Lalu bagaimana mengobati rasa kecewa mahasiswa?, Jawabannya adalah tekad. Terkadang, Ketika kita merasa gagal, akan muncul keinginan untuk berubah labih menjadi lebih  baik. Bertekad akan belajar dan berusaha lebih giat lagi di semester berikutnya. Tapi masalahnya, sejauh mana tekad itu berada dan seberapa kuat ia bertahan?

Seringkali tekad itu bertahan diawal semester saja, seiring berjalannya waktu beriringan pula dengan memudarnya tekad untuk mendapat IP lebih baik. Merasa lelah dengan penuhnya kegiatan, kecewa dengan dosen bimbingan, dan putus asa dengan revisian. Menjadi faktor, kembalinya mahasiswa menjadi manusia yang berpasrah dengan keadaan dan akhirnya menyesali nilai akhir semesteran.

Jadi, faktor penting yang perlu dilakukan adalah mencari lingkungan pertemanan yang “rajin belajar”. Setidaknya kita akan terbawa rasa rajin mereka. Ketika mereka sudah melangkah dahulu, tentulah kita tak ingin tertinggal melulu. Jadi kita akan berupaya mengejar walau jari sudah lelah menulis, mengetik, dan sendi sendi mulai kaku.

Terakhir, emang seberapa penting IPK sampai selalu dipikirkan?. Baik, IPK akan menjadi syarat dibeberapa beasiswa unggulan, menjadi syarat pula batas SKS yang dapat diambil pada semester depan, salah satu faktor penting mahasiswa dapat lulus diawalan, dan menjadi pendorong orang tua lancar mengirimkan uang bulanan.

Penulis bernama Uswah Zilhaya, mahasiswi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala. Ia juga merupakan salah satu anggota di UKM Pers DETaK.

Editor: Della Novia Sandra