Beranda Opini “Ayo Bawa Tumbler” di USK: Gerakan Kesadaran Lingkungan dengan Banyak Tantangan

“Ayo Bawa Tumbler” di USK: Gerakan Kesadaran Lingkungan dengan Banyak Tantangan

BERBAGI
Ilustrasi (Jihan Nabilah [AM] /DETak)

Opini | DETaK

Sampah botol plastik telah menjadi masalah serius dalam konteks lingkungan dengan menciptakan dampak yang signifikan pada ekosistem kita. Botol plastik sekali pakai yang dibuang dengan sembarangan atau tidak dikelola dengan baik membahayakan lingkungan secara langsung maupun tidak langsung.

Botol plastik, sebuah inovasi yang dianggap sebagai kemudahan, kini telah menjadi ancaman serius bagi kelestarian lingkungan. Setiap tahun, miliaran botol plastik sekali pakai diproduksi dan banyak diantaranya berakhir sebagai sampah. Dampaknya sangat terasa apalagi bagi ekosistem laut. Botol plastik yang mencemari lautan dan sungai berdampak pada kehidupan laut. Hewan laut seperti ikan, burung laut, dan mamalia sering kali memakan atau terperangkap oleh plastik yang mengakibatkan cedera atau bahkan kematian. Selain itu, botol plastik yang terurai menjadi mikroplastik merusak ekosistem laut yang lebih kecil, serta mengganggu rantai makanan.

Iklan Souvenir DETaK

Namun, dampaknya tidak terbatas pada lingkungan laut saja. Sampah botol plastik juga merusak ekosistem darat. Botol plastik yang menumpuk di daratan dapat mengubah kualitas tanah, menghambat pertumbuhan tanaman, dan mengancam hewan yang mungkin memakan atau terperangkap dalam plastik tersebut. Dampaknya tidak hanya berdampak pada kelestarian alam, tetapi juga pada kesejahteraan manusia.

Selain itu, produksi botol plastik memerlukan bahan bakar fosil dan energi, yang berkontribusi pada emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Pembakaran plastik dalam pembuangan sampah juga menghasilkan emisi gas rumah kaca berbahaya. Dengan perubahan iklim yang semakin memburuk, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai telah menjadi suatu kewajiban bersama.

Kita juga harus mempertimbangkan dampak lainnya, seperti penghambatan drainase yang dapat menyebabkan banjir dan penggenangan di perkotaan. Plastik yang tersumbat di selokan dan sungai dapat mengganggu aliran air, menciptakan masalah lingkungan dan infrastruktur. Selain itu, plastik yang terurai atau terkena sinar matahari dapat menghasilkan zat kimia berbahaya yang mencemari udara dan air, berkontribusi pada polusi udara dan air yang merugikan kesehatan manusia. Ini adalah masalah serius yang perlu diatasi.

Selain dari perspektif lingkungan, sampah botol plastik juga merusak estetika lingkungan. Lingkungan yang tercemar plastik, termasuk pantai, hutan, dan perkotaan, menjadi kurang menarik dan mengurangi daya tarik. Untuk mengatasi masalah sampah botol plastik ini, langkah-langkah perlu diambil secara serius. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang botol plastik, mengedukasi masyarakat tentang bahaya sampah plastik, serta menerapkan kebijakan lingkungan yang mendukung adalah langkah penting dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Beberapa tahun terakhir, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan telah semakin berkembang. Salah satu langkah sederhana tetapi memiliki dampak besar yang dapat diambil untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan adalah dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Di Universitas Syiah Kuala (USK) sendiri, gerakan “Ayo Bawa Tumbler” telah muncul sebagai upaya untuk mendorong kesadaran mahasiswa dan staf kampus untuk mengurangi penggunaan plastik dengan membawa tumbler atau botol minum pribadi ke kampus. Pertanyaannya adalah apakah gerakan ini memiliki pengaruh yang signifikan.

Gerakan “Ayo Bawa Tumbler” sejalan dengan tren global sekarang yang mengutamakan kesadaran lingkungan. Dengan maraknya isu perubahan iklim dan buruknya pengelolaan sampah plastik di Indonesia, banyak orang telah mulai mempertimbangkankan peran kecil mereka dalam melindungi Bumi ini. Di USK, gerakan ini tampaknya telah berhasil mengubah perilaku sebagian besar mahasiswa dan staf dalam hal pembenahan diri untuk mengurangi penggunaan plastik.

Pengaruh positif yang pertama dan utama adalah pengurangan sampah plastik. Dengan mendorong orang untuk membawa botol minum mereka sendiri, USK telah mengurangu jumlah sampah plastic sekali pakai yang dihasilkan di kampus. Hal ini berdampak positif pada lingkungan sekitar kampus dan mengurangi kontribusi USK terhadap masalah sampah plastic secara keseluruhan.

Selain itu, gerakan ini juga mempengaruhi kesadaran lingkunagn di kalangan mahasiswa. Dengan terlibat langsung dalam gerakan ini, mereka menjadi lebih sadar akan dampak negative penggunaan plastik sekali pakai. Ini dapat mengubah cara pandang dan berpikir tentang palstik dalam kehidupan sehari-hari, dan mendorong mereka untuk mengadopsi perilaku yang lebih ramah lingkungan.

Gerakan ini juga mencipatakan kesempatan untuk pendidikan advokasi lingkungan. Melalui kegiatan yang terkait, sepeti seminar dan workshop lingkungan dan perubahan iklim, manajemen sampah, dan alternative ramah lingkungan lainnya. USK dapat membangun kesadaran dan pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu lingkungan di antara mahasiswa dan staf. Dengan demikian, gerakan ini memiliki potensi untuk memberikan dampak jangka panjang dalam upaya melindungi lingkungan.

Namun, walaupun gerakan “Ayo Bawa Tumbler” telah membawa perubahan positif di USK, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah memastikan gerakan ini untuk terus berlanjut. Agar pengurangan penggunaan plastik tidak hanya menjadi tren sementara, USK perlu terus mendukung gerakan ini dengan kampanye edukasi yang berkelanjutan, pemahaman bagi yang berpartisipasi dan bersinggungan, dan infrastruktur yang memudahkan penggunaan botol minum pribadi.

Selain itu, perlu juga mendukung inovasi dalam pengurangan penggunaan plastik di kampus. Misalnya, mempertimbangkan solusi ramah lingkungan dalam penyediaan makanan dan minuman minuman di kantin kampus, atau mengurangi penggunaan plastik dalam berbagai kegiatas universitas.

Meskipun gerakan ini memiliki banyak pengaruh positif dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di kampus dan meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan mahasiswa dan staf. Namun, untuk menjaga dampak positif ini, perlu upaya berkelanjutan dan inovasi dalam pengurangan penggunaan plastik di lingkungan universitas. Meskipun gerakan ini telah membawa perubahan yang baik, masih ada tantangan yang perlu diatasi.

Salah satu tantangan utama yang masih dihadapi adalah kurangnya kesadaran dan partisipasi mahasiswa dalam membawa upaya membawa botol minum mereka sendiri. Ini mengindikasikan bahwa perubahan perilaku tidak selalu terjadi dengan cepat. Kendati demikian, gerakan ini adalah langkah positif yang mencerminkan perubahan yang sedang terjadi di masyarakat. Kesadaran lingkungan semakin meningkat, dan lebih banyak orang menyadari pentingnya bertindak untuk melindungi lingkungan.

Tantangan lain adalah air minum dalam kemasan plastik masih disediakan di kantin-kantin kampus. Untuk mengatasi ini, universitas perlu bekerja sama dengan penyedia makanan dan minuman di kampus untuk menghadirkan alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Dengan kesadaran yang terus berkembang dan kolaborasi yang kuat antara universitas, mahasiswa, staf, dan penyedia makanan, gerakan “Ayo Bawa Tumbler” di USK dapat menjadi lebih efisien dan memberikan dampak positif yang lebih besar, bukan hanya di USK, tetapi juga sebagai inspirasi bagi institusi lain dan masyarakat umum dalam menjaga lingkungan. Semua ini adalah langkah awal yang penting menuju perubahan perilaku yang lebih baik dan berkelanjutan dalam mendukung kelestarian lingkungan kita.

Penulis bernama Jihan Nabilah, mahasiswi jurusan Informatika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ia juga merupakan anggota magang di UKM Pers DETaK USK.

Editor: Aisya Syahira