Beranda Opini AI dalam Pendidikan: Solusi atau Tantangan?

AI dalam Pendidikan: Solusi atau Tantangan?

BERBAGI
Ilustrasi. (Adila Desina Fitri [AM]/DETaK)

Opini | DETaK

Pertama kali diciptakan di tahun 1956, Artificial Intelligence (AI) telah membawa pengaruh yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Pencarian online, media sosial, asisten virtual dan online shop adalah beberapa contoh bagaimana dampak AI telah memengaruhi kehidupan sehari-hari banyak orang. Kini, jika ingin berbelanja sesuatu, kita tidak perlu lagi pergi ke pasar dan mencari-cari barang yang kita inginkan selama berjam-jam. Cukup dengan menggunakan smartphone, kita dapat membeli barang apapun, di mana pun, dan kapan pun. Begitu pula dengan informasi yang dapat kita akses, siapa pun dapat mengakses informasi yang diinginkan. Keberadaan AI telah merubah banyak aspek kehidupan, salah satunya adalah dalam dunia pendidikan, terutama pada perguruan tinggi.

AI sendiri memberikan banyak manfaat positif bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Salah satu contohnya adalah kemudahan dalam mengakses sumber informasi yang dibutuhkan untuk menyusun sebuah makalah dan Power Point Presentasion (PPT). Sekarang mahasiswa tidak lagi membutuhkan waktu yang lama untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Mahasiswa juga dapat menggunakan AI untuk mengembangkan keterampilan mereka seperti, keterampilan berbahasa asing, keterampilan public speaking dan keterampilan lainnya. Terlebih lagi AI juga dapat membantu mahasiswa untuk mengelola waktu agar lebih efesien dalam mengatur jadwal mereka seperti, mengingatkan tenggat waktu, dan menyarankan prioritas belajar. Hal-hal tersebut dapat mengurangi tekanan yang dirasakan mahasiswa selama masa perkuliahan.

Iklan Souvenir DETaK

Selain mahasiswa, pihak universitas juga dapat menggunakan manfaat AI dalam banyak kegiatan operasional seperti, peningkatan efiesiensi administrasi yang dapat mengotomisasi tugas-tugas administratif, seperti pengelolaan data mahasiswa, jadwal kuliah, dan keuangan, yang dapat menghemat waktu dan sumber daya. Kemudian, penelitian yang lebih cepat. Sama halnya dengan mahasiswa yang dapat mengerjakan tugas mereka lebih cepat, universitas juga dapat mempercepat proses penelitian. AI dapat membantu dalam analisis data yang kompleks sehingga, dapat menghemat waktu dalam penelitian. Selanjutnya adalah untuk rekrutmen mahasiswa. AI dapat digunakan untuk membantu dalam proses rekrutmen mahasiswa dengan menganalisa data penerimaan, memprediksi kandidat yang cocok, dan meningkatkan efisiensi. Manfaat-manfaat tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat memudahkan mahasiswa dalam kegiatan sehari-hari mereka selama masa perkuliahan.

Namun, AI tak sepenuhnya menawarkan solusi tetapi juga tantangan bagi mahasiswa.  AI dapat mendorong mahasiswa menjadi malas dan tidak jujur dalam mengerjakan tugas-tugas mereka. Salah satu efek negatifnya adalah menyebabkan ketergantungan, di mana mahasiswa terlalu mengandalkan AI untuk menjawab pertanyaan dan menyelesaikan tugas. Hal ini dapat mengurangi kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah sendiri. Kecurangan akademik adalah efek negatif lain dari AI. Beberapa contohnya adalah mencontek dari internet, dan menjiplak karya orang lain. Kemudian kehilangan keterampilan esensial. Jika mahasiswa terlalu bergantung pada AI untuk perhitungan matematika sederhana atau pengejaan, mereka mungkin kehilangan keterampilan dasar yang sebelumnya dikuasai. Terakhir adalah gangguan perhatian. Terlalu banyak notifikasi dan pengingat dapat mengganggu konsentrasi mahasiswa dan menghambat kemampuan mereka untuk fokus pada pembelajaran.

Penulis sendiri selaku seorang mahasiswa telah melihat secara langsung dampak-dampak negatif yang disebabkan AI bagi mahasiswa. Rasa minat belajar mahasiswa kini turun drastis atau bahakan tidak ada sama sekali. Rasa tanggung jawab akan tugas-tugas yang dosen berikan kini hanyalah sebatas gangguan kecil saja, cukup dengan searching atau Chat GPT masalah tugas pasti selesai. Rasa ingin menuntut ilmu kini sepenuhnya digantikan oleh rasa ingin bersantai di warung kopi. Duduk dari pagi hingga malam, dengan sedikit atau tidak ada rasa peduli untuk belajar, yang merupakan tujuan utama perkuliahan.

Kemudahan-kemudahan ini disalahgunakan oleh banyak mahasiswa, penurunan kualitas mahasiswa adalah salah satu dampak terburuk AI bagi pendidikan di perguruan tinggi.  Meningkatnya rasa malas, menurunnya rasa ingin tahu, kemudian hilangnya kemauan untuk membaca. Jika hal ini tidak segera dibenahi maka, akan berdampak tak hanya bagi individu, tetapi juga pendidikan dan negara Indonesia secara umum. Bayangkan di masa depan jika pemimpin-pemimpin kita tidak mengerti tugas dan tanggung jawab mereka. Dokter-dokter yang merawat kita tidak mengerti prosedur-prosedur kesehatan dan guru-guru yang tidak mampu mengajar murid mereka. Hal ini akan berakibat fatal bagi masyarakat, yang dapat merusak negara. Semua unsur-unsur pendiri negara ini akan rusak karena tidak kompetennya penggerak unsur-unsur negara.

Para dosen juga sudah mulai memahami akan bahayanya AI dalam pembelajaran. Beberapa dosen dapat membedakan antara karya asli seorang mahasiswa dan jiplakan yang diambil di internet secara tidak bertanggung jawab. Dengan pengawasan seperti ini diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk terus mencari solusi dan terus berpikir secara kritis untuk menyelesaikan maslah-masalah mereka.

Sebagai seorang mahasiswa sudah sepatutnya kita menggunakan AI secara bijaksana. AI sejatinya hanyalah alat yang dirancang untuk memudahkah kita dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Jangan sampai kemudahan yang disediakan AI membuat kita menjadi malas dan tidak produktif. Karena baik buruknya AI bagi diri sendiri ditentukan oleh pribadi kita masing-masing, jika kita dapat menggunakan AI secara bijaksana, maka manfaat-manfaat yang ditawarkan oleh AI dapat kita rasakan secara maksimal. Namun sebaliknya, apabila kita menggunakan AI secara tidak bertanggung jawab maka, hal tersebut akan berdampak negatif bagi diri sendiri yang kemudian akan memengaruhi masa depan dan karir. Indonesia membutuhkan mahasiswa yang kompeten, bertanggung jawab dan jujur tentunya. Maka pastikanlah selama berkuliah kita telah menggunakan AI dengan cara yang semestinya. Sebagai penerus bangsa, kita berkewajiban untuk terus memastikan bahwa Indonesia dapat terus berkembang maju, serta menyejahterakan rakyatnya.

Menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah usaha dan tanggung jawab yang mampu kita hadapi secara jujur. Seorang mahasiswa yang baik adalah mereka yang ingin terus belajar, yang tak pernah bosan akan menuntut ilmu, yang selalu jujur dan bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya, yang berani mengaku salah dan terus berkembang akan kesalahnnya. Jangan jadikan AI sebagai alat untuk melepaskan kita dari tanggung jawab kita sebagai mahasiswa, tapi jadikanlah sebagai alat yang dapat membantu kita dalam menggapai cita-cita, untuk terus berjuang demi diri sendiri, keluarga dan bangsa Indonesia.

Dalam menggunakan AI seorang mahasiswa harus mampu menerapkan moderasi. Tidak terlalu bergantung akan AI, tetapi juga menggunakan manfaat-manfaat yang ditawarkan oleh AI dalam batas wajar. Pengetahuan dan kesadaran bahwasanya AI tidak lebih dari alat yang dapat digunakan mahasiswa untuk membantu proses belajar, bukan sebagai sumber utama pembelajaran.

Penulis bernama M. Iqmal Pasha, mahasiswa Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala.

Editor: Masya Pratiwi