Satria Liswanda | DETaK
Darussalam – Program kampus merdeka saat ini menjadi program yang sangat populer di kalangan mahasiswa Indonesia. Program yang digagas pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) telah menarik perhatian ribuan mahasiswa seluruh Indonesia untuk mengikutinya karena pemerintah telah menjamin mendapatkan sks yang setara dengan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Pasal 18.
Permendikbud tersebut membuat mahasiswa antusias untuk mengikuti program kampus merdeka. Ribuan mahasiswa Indonesia mendaftar program ini, mulai dari pertukaran mahasiswa merdeka, kampus mengajar, Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB). Dengan mengikuti program ini mereka berharap agar bisa merasakan manfaat yang ditawarkan dan menjadi peluang sukses setelah lulus kuliah.
Peserta kampus merdeka berharap agar program ini bisa diikuti dengan maksimal. Rizki Rahmadani Hasibuan, mahasiswa Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) USK peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) mengatakan dirinya merasakan manfaat pengalaman belajar di luar kampus dan belajar budaya daerah lain, dia juga berharap agar bisa secepatnya mengikuti perkuliahan luring di kampus yang menerimanya.
“Manfaat yang saya dapatkan berupa pengalaman belajar diluar kampus, kami juga dapat mengenal lebih banyak budaya yang ada di Indonesia yang tujuannya untuk membangkitkan rasa Nasionalisme dalam bermasyarakat. Semoga secepatnya kami bisa merasakan kuliah luring di kampus penerima dan bertemu dengan teman-teman dari daerah lain, diharapkan kedepannya program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) lebih baik dari angkatan pertama ini,” ujarnya ketika diwawancarai via WhatsApp.
Untuk program yang baru berjalan dalam satu angkatan tentu masih banyak kendala yang harus di hadapi. Seharusnya memberi manfaat penuh bagi mahasiswa untuk merasakan kemerdekaan belajar diluar kampus, namun terkendala sistem yang masih belum maksimal.
Khususnya di Universitas Syiah Kuala, terdapat mahasiswa yang belum bisa merasakan manfaat maksimal dari program ini. Sebagaimana dirasakan oleh Nurul Zahara Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang juga mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM). Nurul Zahara mengatakan dirinya harus mengikuti banyak perkuliahan dengan beban sks yang begitu banyak baik di kampus penerima maupun kampus asal sehingga memecah fokus dan mengalami kewalahan sehingga harus bisa membagi waktu. Dia berharap agar semuanya bisa dipermudah dan bisa lulus seperti mahasiswa pada umumnya.
“Sekarang saya dan teman-teman PMM lainnya memiliki beban sks yang dapat dikatakan lumayan banyak. Hal ini membuat saya kewalahan dalam mengerjakan tugas dan fokus. Tentu kami sangat berharap dapat dipermudah dan bisa cumlaude atau lulus sama seperti mahasiswa bukan PMM lainnya, mengingat ini merupakan program kampus merdeka seharusnya mahasiswa bisa merasakan secara maksimal kemerdekaan/kebebasan dalam mengikutinya,” ungkapnya.
Kendala serupa juga dirasakan oleh Mulia Etika Mahasiswi Fakultas Kedokteran yang mengikuti program Kampus Mengajar. Mulia Etika yang berasal dari Fakultas non pendidikan harus mengikuti perkuliahan seperti biasa karena kendala dalam konversi SKS, dia juga mengungkapkan terkendala biaya perjalanan ke Sekolah tempat mengajar dimana para mahasiswa masih mengharapkan uang saku yang belum kunjung dialokasikan.
“Selain pengalaman, kami juga diberikan bantuan uang saku, namun sudah tiga bulan berlalu kami belum kunjung mendapatkannya. Terlebih dahulu kami harus menggunakan biaya sendiri untuk bisa menuju ke sekolah yang lumayan jauh dari tempat domisili untuk biaya transportasi dan lainnya. Kendala lain di konversi SKS, saya bukan dari pendidikan sehingga harus mengikuti full perkuliahan. Karena saya sudah mengambil program ini, saya harus bisa bertanggung jawab dan harus menerima segala resiko dan konsekuensinya,” ungkap Mulia Etika ketika diwawancarai via Whatsapp.
Kendala ini menjadi pekerjaan rumah kedepan agar bisa mempersiapkan program ini secara maksimal dan seluruh mahasiswa benar-benar bisa merdeka mengikuti pembelajaran di luar kampus. Namun demikian, meski masih periode pertama bukan berarti tidak ada mahasiswa yang tidak merasakan manfaat penuh program ini serta merasakan kemerdekaan untuk belajar di luar kampus. Para mahasiswa berharap periode selanjutnya bisa lebih baik dari periode pertama.[]
Editor: Della Novia Sandra