Artikel | DETaK
Sosok yang cinta pendidikan, religius, memiliki tekad yang kuat, dan pantang menyerah beliau adalah Teuku Moehammad Hasan. Semenjak kecil, ia telah dididik oleh keluarganya dengan dasar keagamaan (islam) yang kuat. Mohammad Hasan dikenal sebagai tokoh pendidikan Aceh. Karena berkat usaha dan kerja kerasnya, Hasan telah memberikan bantuan berupa pendidikan bagi masyarakat Aceh dengan mendirikan Universitas Serambi Mekah.
Sayangnya, banyak pemuda milenial tidak mengenal siapa itu Teuku Moehammad Hasan. Padahal banyak hal yang dapat dijadikan teladan dan contoh untuk diri kita dari sosoknya. Dapat kita lihat semenjak ia berumur delapan tahun, Hasan telah bersekolah di sekolah berbahasa Belanda Europeesche Lagere School (ELS), dilanjutkan ke Koningen Wihelmina School (KWS) di Batavia atau sekarang disebut Jakarta. Kemudian ia masuk Rechtschoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum).
Belum cukup sampai disitu, dengan keinginan yang besar Hasan pada umur ke 25, ia melanjutkan pendidikanya ke Leiden University, Belanda. Namun sayangnya kepergian Hasan untuk menuntut ilmu tidak berjalan seperti yang direncanakan, banyak sekali hambatan dan kendala yang dirasakan oleh Hasan. Ia tidak putus asa, tapi semakin yakin dengan keinginannya, sehingga dengan tekad yang kuat dan kerja kerasnya akhinya Hasan dapat menyelesaikan masternya.
Teuku Moehammad Hasan adalah sosok yang patut dikagumi karena ia telah membuktikan bahwa” kerja keras tidak akan pernah mengkhianati hasil,” sehingga dengan kerja keras dan usahanya yang ekstra Teuku Moehammad Hasan bisa melanjutkan mimpinya untuk bersekolah di Belanda. Disaat kesibukannya sebagai mahasiswa dengan tugas yang begitu banyak, Hasan masih menyempatkan diri untuk bergabung pada Perhimpunan Indonesia (PI). Walaupun Hasan sudah tinggal di negeri orang, tapi Hasan tetap peduli terhadap negaranya. Ia tidak lantas meninggalkan jati dirinya sebagai orang Indonesia malah ia semakin semangat untuk membuat negaranya maju dan di kenal oleh orang luar.
Semangat juang yang sangat tinggi adalah suatu sikap yang harus kita teladani dari Hasan. Ia begitu berjuang menyangkut dengan pendidikan di negaranya. Buktinya setelah Hasan mendapat gelar master di Belanda, Hasan langsung bergegas pulang ke Indonesia dengan berbekal ilmu dan banyak buku. Mirisnya, pemerintah kolonial Belanda mengambil buku tersebut, mereka takut buku itu akan membuat masyarakat Aceh menjadi berontak terhadap Belanda. Buku yang susah payah dibawanya pulang malah raib di tangan penjajah.
Saat Hasan sudah menetap di Indonesia, ia masuk dalam forum-forum pendidikan. Ia sangat antusias dengan segala hal yang berhubungan dengan pendidikan, ia banyak mengusulkan pembangunan sekolah-sekolah diantaranya yaitu Universitas Serambi Mekkah yang ada di Aceh.
Saat ia telah diangkat untuk menjadi gebernur Sumatera yang pertama kalinya, begitu banyak peristiwa yang telah terjadi akibat dari berselisih paham, namun hal itu tidak membuatnya goyah, ia tidak pernah takut dan resah karena beliau cukup mengandalkan Allah. Semua hal ia jalani dengan penuh kebijaksanaan, kesabaran dan ketabahan, sehingga ia mampu melewati masa-masa itu dengan baik. Mungkin ia pernah mengeluh dan bersedih, tetapi semangatnya akan timbul kembali dengan mengingat cita-citanya untuk memajukan negara ini dan mencerdaskan anak-anak bangsa. []
Penulis adalah Anis Monika, salah satu anak magang di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers DETaK. Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), prodi Biologi, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), angkatan 2020.
Editor: Sri Elmanita S