Beranda Artikel Teladan dan Motivasi Hidup dari Asy-Syahid Al-Imam Dr. Al-Buthi

Teladan dan Motivasi Hidup dari Asy-Syahid Al-Imam Dr. Al-Buthi

BERBAGI
Ilustrasi. (M. Talal/DETaK)

Artikel | DETaK

Syaikh Dr. Al-Buthi adalah seorang ulama kebanggaan masyarakat Syam, Al-Azhar Asy-Syarif, dan umat islam seluruh dunia, yang mana beliau dijuluki sebagai “sang sufi yang aktif ”. Nama lengkap-nya ialah Syaikh Dr. Muhammad Sa’id Ibn Mulla Ramadhan Ibn Umar Al-Buthi, dilahirkan pada 1929 M dikepulauan Buthan, desa Jilika yaitu wilayah perbatasan negara Turkeye dan Irak.

Sekte keras sekularisme Kemal Attaturk  pada tahun 1933 M, dalam kudeta Attaturk tahun 1933 mengharuskan keluarga Al-Buthi berhijrah ke Damaskus Syiria hingga bermukim di dekat masjid Rukn al-Din. Di usianya yang muda Al-Buthi kecil harus berjuang demi mempertahankan hidup dari penjarahan sekularisasi Kemal.

Iklan Souvenir DETaK

Salah satu wujud dari cintah Allah Swt, kepada kita umat akhir zaman adalah melahirkan penerus-penerus para Nabi yang saleh di zaman ini. Dengan khasanah ilmu yang luas dan mendalam sehingga menjadi nikmat yang tiada duanya, terlebih lagi karya-karya Imam Dr. Al-Buthi kini telah banyak di terjemah kedalam bahasa-bahasa termasuk bahasa Indonesia. Dari salah satu karya nya yang cukup monumental yang berjudul  Al-Lamadzahabiiyah Akhtaru Bid’ah Tahuddidu asy-Syari’ah al-Islamiyyah” (paham anti mazahab: Bid’ah yang paling berbahaya mengancam syariat islam”. Kurang lebih dalam buku tersebut asy-Syaikh menjelaskan kesesatan para pembelot dari Mazhab (anti mazhab).

Berikut penulis menguraikan beberapa teladan dan motivasi hidup dari al-Imam al-Buthi.

Petama, di umur yang dini al-Buthi harus berlindung diri dengan berhijrah bersama keluarga menghindar dari kejamnya rezim penguasa yang membenci akan kehadiran agama. Usia dini beliau harus menelan pahitnya huru-hara perang, tidak membuat al-Buthi patah semangat justru dimasa hijrahnya ia terus-menerus membaca Al-Qur’an, menunaikan ibadah dengan khusyuk, berzikir dengan terus bermunajat kepada Allah SWT.

Kedua, keberkahan ilmu Syaikh Ramadhan Mulla ayahanda dari Dr. Sa’id al-Buthi merupakan ulama yang cerdas dan sholih, dimana dengan sagala ilmu yang ada pada dirinya dia tetap berkhidmat kepada para ulama dan masyarakat Buthan dengan menyediakan kebutuhan air bagi mereka. Inilah yang disebut keberkahan ilmu, membentuk karakter yang rendah hati tidak merasa malu dengan pangkat untuk melayani masyarakat. Dengan khidmat itu pula Allah SWT menganugerahkan Syaikh Mulla anak yang hebat yakni Dr. Sa’id al-Buthi.

Ketiga, pencinta sunnah rasulullah Dr. Sa’id al-Buthi menjadi kiblat ulama-ulama di eranya sebagai acuan dalam meneladani sunnah rasull, dan juga keahlian nya dalam Ilmu Syariah menjadikan dia sebagai “sang sufi yang aktif”dalam mendakwahkan sunnah Nabi dengan pemahaman yang benar sejalan dengan pemahaman ulama-ulama Ahlussunnah wal jama’ah. Kepiawaiannya mampu membungkam kesesatan para kaum Puritan dalam memahami hadits Nabi, sehingga sosoknya juga sering menerima cibiran dari kalangan-kalangan puritan dengan julukan-julukan yang tak pantas disandingkan kepadanya.

Keempat, al-faqih al-adib wa al-ushuli al-arib produktif sebagai ulama yang ulung dalam bidang fiqih, sastra dan ushul al-fiqh. Tentu akan banyak persoalan-persoalan kontemporer yang tidak pernah henti terjadi. Dr. Sa’id al-Buthi menjadi sosok pembaharu (mujahiddin) islam yang menjadi sumber dalam penyelesaian persoalan umat dalam pekara muamalah dll. Pemilihan bahasa, gaya berbahasa dan penulisan, membuat karya dan khuliyah-khuliyah nya begitu menarik yang tidak mampu digerus oleh waktu. 

Imam Dr. Sa’id al-Buthi, wafat pada 20 Syawal 1410 H/15 1990 M. Wafatnya Imam Dr. Sa’id al-Buthi, masih menyisakan bekas luka yang dalam bagi seluruh umat islam, dan sekaligus memperlihatkan masih maraknya praktek-praktek khawarij modern di Syiria. Dr. Sa’id al-Buthi menjadi salah satu korban dalam praktek puritanism jihadis ala khawarij modern dengan meledakkan bom bunuh diri didalam salah satu masjid di Damaskus. Pada masa peristiwa itu terjadi Dr. Sa’id al-Buthi, sedang memberikan khuliyah nya kepada para murid dan masyarakat namun penyusup jihadism ekstrim dengan tega hati memasang bom bunuh diri dan menyusup dalam khuliyah itu sehingga terjadi ledakan yang menewaskan Dr. Sa’id al-Buthi, maka beliau disebut sebagai Asy-syahid.

Politisasi agama, yang dibangun atas pemahaman yang salah mampu membentuk karakter beragama dan bernegara yang salah pula. Tak ayal banyak yang berdalih sebagai bentuk hijrah dan jihadisme demi menyebarkan pemahaman islam tekstual kepada masyarakat, dan memandang perbuatan itu layak dipraktikan. Sehingga penting bagi kita generasi muda memilih jalan berhijrah dan jihad dengan pandangan yang benar, agar kejadian-kejadian ekstrimisme dalam beragama tidak lagi menelan jiwa yang bersalah. []

Penulis adalah Sahimi Ibn Ishak, mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala. Ia juga merupakan salah satu anggota di UKM Pers DETaK USK.

Editor: Della Novia Sandra