Beranda Artikel Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Kesehatan Mental dan Cara Mengatasinya

Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Kesehatan Mental dan Cara Mengatasinya

BERBAGI
Ilustrasi. (Selma Alifah/DETaK)

Artikel | DETaK

Memasuki awal tahun 2022, aktivitas masyarakat berangsur-angsur kembali normal. Kuliah dan sekolah yang awalnya menggunakan sistem daring, kini mulai dapat melakukan pembelajaran kuliah secara tatap muka tanpa sesi.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Agustus 2021 terdapat 21,32 juta jiwa yang terdampak Covid-19. Terdiri dari 1,82 juta orang pengangguran akibat Covid-19, 1,39 juta orang yang sementara tidak bekerja akibat Covid-19, 700 ribu orang bukan angkatan kerja karena Covid-19 dan 17,41 juta orang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19.

Iklan Souvenir DETaK

Dari data tersebut, dapat kita lihat pandemi Covid-19 merenggut tidak hanya aktivitas pendidikan, tetapi juga pekerjaan. Alhasil, masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi pastinya memiliki tekanan dalam diri mengingat ada keluarga yang harus mereka nafkahi. Tidak hanya usia bekerja, remaja juga ikut merasakan dampak dari pandemi Covid-19 di mana semua aktivitas mereka harus dibatasi.

Pernyataan tersebut dengan nyata memperlihatkan pandemi Covid-19 berdampak besar pada kesehatan mental masyarakat. Tidak ada yang bisa dilakukan selain harus mencari pekerjaan baru untuk membiayai hidup sehari-hari. Namun, ketika merasa stres dan bosan terus-terusan harus berada di dalam rumah, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meredakan rasa stres.

1. Melakukan hobi atau kegemaran

Melakukan hal positif yang kita sukai dapat menciptakan rasa rileks pada tubuh dan pikiran. Hal tersebut dapat mengurangi atau meredakan rasa bosan dan stres ketika harus terus-terusan berada dalam rumah. Contohnya seperti menjahit, merajut, melukis, belajar memasak, berkebun, dan melakukan hal-hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

2. Berolahraga

Bekerja dan belajar di kampus ataupun di sekolah secara terus-menerus terkadang membuat tubuh merasa lelah dan letih. Kita dapat memanfaatkan waktu selama di rumah dengan berolahraga ringan seperti jogging dan bersepeda di sekitar rumah. Selain mengisi waktu kosong, berolahraga dapat menyehatkan tubuh.

3. Menerapkan pola hidup yang sehat

Stres juga didasari dan dipengaruhi oleh pola hidup tidak sehat, sehingga yang harus kita lakukan adalah memperbaikinya. Mengurangi kebiasaan bergadang dengan tidur yang cukup, makan makanan yang bernutrisi, bangun pagi dan berjemur di bawah sinar matahari pagi, dan mengonsumsi vitamin agar terhindar dari berbagai penyakit.

4. Bercerita tentang masalah

Terkadang rasa stres semakin berat terbentuk dari rasa yang terus dipendam. Ada baiknya kita membicarakan keluh kesah kepada orang yang kita percayai baik keluarga dekat maupun psikolog. Banyak yang mengira, seseorang harus pergi ke psikolog jika merasa dirinya depresi berat sehingga ia malu untuk melakukannya. Namun, tidak demikian. Jika kita merasa butuh bercerita dan tidak ada tempat untuk berkeluh kesah, maka tidak perlu malu untuk menemui psikolog. Dengan bercerita, sedikit rasa tekanan dalam diri kita akan berkurang.

Lingkungan sangat memengaruhi seseorang. Tentunya kita pasti merasakan bosan dan stres ketika berada di lingkungan yang sama dalam waktu yang lama. Beberapa kasus menimpa pasien Covid-19 yang melompat dari jendela rumah sakit. Ia diduga depresi karena terus-terusan berada dalam ruangan isolasi.

Pada permasalahan ini, peraturan pemerintah harus tetap dijalankan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19 dan menurunkan angka kasus Covid-19 di Indonesia. Pemerintah juga menganjurkan untuk keluar rumah jika perlu saja. Selalu menggunakan masker, cuci tangan, menjaga jarak dan menjaga kebersihan.[]

Referensi:
Badan Pusat Statistik (BPS). 2021. “Agustus 2021: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sebesar 6,49 Persen”. Diakses dari https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/11/05/1816/agustus-2021–tingkat-pengangguran-terbuka–tpt–sebesar-6-49-persen.html

Penulis adalah Selma Alifah, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala. Ia juga merupakan salah satu anggota di UKM Pers DETaK.

Editor: Della Novia Sandra