Marini Koto | DETaK
Siapa yang tak mengenal Dataran Tinggi Gayo, daerah yang dikenal penghasil kopi dengan cita rasa yang khas. Namun, selain dikenal akan kopi dan wisata alamnya, Dataran Tinggi Gayo juga memiliki sejarah tersendiri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah.
Salah satunya adalah tokoh Aman Dimot yang kisah perjuangannya kemudian dijadikan sebagai monumen sejarah, yakni tugu yang berdiri tegak tepat berada di tengah kota sebagai salah satu ikon dan tempat wisata di pusat kota Takengon, Aceh Tengah.
Lantas, siapakah Aman Dimot sampai kisah perjuangannya dijadikan memorial oleh rakyat Gayo?
Abu Bakar, kerap disebut dengan julukan Aman Dimot (Sang Pemberani) merupakan pemuda kelahiran Tenamak, Kecamatan Linge, Aceh Tengah. Ia dikenal karena keberaniannya dan ketangguhannya sebab memiliki ilmu kanuraga, yakni kebal ketika disabet pedang ataupun ditembak peluru saat perang gerilya melawan penjajah Belanda pada 1940-an.
Perjuangan heroiknya ketika Aman Dimot bergabung dengan pasukan Barisan Gurilla Rakyat (Bagura) yang dipimpin oleh Ilyas Leube untuk menghadang pasukan Belanda dan mempertahankan wilayah.
Dalam penyerangan tersebut, karena terdesak oleh pasukan musuh dan senjata beratnya, pasukan Bagura memutuskan mundur untuk mengatur strategi, namun tidak dengan Aman Dimot dengan kedua rekannya Pang Ali Rema dan Pang Edem. Mereka terus maju melawan pasukan militer belanda.
Pertempuran sengit pun terjadi, sampai kedua rekannya gugur hingga hanya tersisa Aman Dimot seorang. Ia pun ditangkap oleh tentara Belanda.
Pasukan musuh sempat kebingungan karena serangan dan tembakan peluru tidak mempan untuk melukai Aman Dimot, hingga akhirnya pasukan Belanda memutuskan untuk memasukan granat ke mulut Aman Dimot dan menggilasnya dengan tank untuk menewaskannya. Aman Dimot pun gugur pada tanggal 30 Juli 1949, jenazahnya kemudian di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kabanjahe, Sumatra Utara.
Atas perjuangan heroiknya tersebut, pemerintah Aceh Tengah membangun tugu Aman Dimot sebagai bentuk memorial bagi masyarakat Aceh.
Walaupun tugu ini sempat berdiri tanpa makna, di mana bagian dalam tugu tak terawat, lukisan di sisi utara dan selatan dalam tugu yang syarat akan makna seperti kehilangan eksistensinya akibat penuh coretan, dan bagian luar tugu yang terabaikan. Kemudian sampai pada tahun 2019, Tugu Aman Dimot direhab dan diperindah halaman di sekitar tugu dengan membangun taman di sekelilingnya, sehingga kini menjadi ruang terbuka publik untuk warga dan destinasi wisata.
Dengan adanya tugu ini adalah untuk mengenang jasa pahlawan dengan keteguhan dan keberanian perjuangan Abu Bakar Aman Dimot, sehingga dapat memantik rasa semangat anak negeri.
Seperti yang dikatakan oleh Ir. Seokarno, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya”.[]
#30HariKilasanSejarah
Editor: Indah Latifa