Artikel | DETaK
Tercatat ada 336 kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV ) di Aceh dan 105 kasus Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) berdasarkan laporan Dinas Kesehatan di tahun 2008 hingga Mei 2024. Mengapa di Aceh, yang dikenal sebagai daerah dengan nilai religius yang kuat, terdapat kasus HIV/AIDS?
Hal ini terjadi karena pergaulan generasi muda yang semakin bebas serta kurangnya edukasi tentang penyebab penyakit HIV/AIDS. Di masyarakat, topik ini masih dianggap tabu dan tidak pantas untuk dibicarakan. Faktanya, edukasi tentang HIV/AIDS ini sangat penting agar masyarakat, terutama bagi generasi muda tidak terjerumus ke hal-hal yang menyimpang secara sosial maupun secara agama serta merugikan diri sendiri.
Faktor lain penyebabnya adalah rendahnya kontrol diri, kurangnya pegangan dalam hal kayakinan dan agama, gaya hidup yang kurang baik serta rendahnya kontrol orangtua terhadap perkembangan anak sejak remaja, ketika emosi masih labil dan rasa ingin tahu tinggi.
Peran orangtua sangat diperlukan, namun masih banyak orangtua yang kurang peduli tehadap perkembangan remaja dan tidak memantau apa yang ditonton oleh anak-anak, yang mungkin terpapar konten media sosial. Seperti yang diketahui, tidak semua hal di media sosial itu positif, bahkan cenderung ke arah negatif.
Lalu, apa sebenarnya HIV/AIDS ini, dan mengapa disebut sebagai penyakit mematikan ?
HIV adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyebar lewat cairan tubuh orang yang terinfeksi, misalnya darah, air susu ibu (ASI), air mani serta dapat juga ditularkan oleh ibu kepada janinnya. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi lebih rentan terserang infeksi lainnya. Mirisnya, sebagian besar pengidap penyakit ini berada pada usia yang terbilang produktif, yaitu rentang umur 25 hingga 40 tahun.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, gejala awal HIV biasanya berupa demam, sakit tenggorokan, sariawan, ruam, nyeri otot dan sering merasa kelelahan, serta pembengkakan pada kelenjar getah bening.
HIV disebut sebagai penyakit yang tidak ada penawarnya, namun bisa diminimalisir melalui pencegahan, pengobatan, dan perawatan intensif. Tindakan ini dapat membuat pengidapa HIV tampak sehat. Namun, jika seseorang terdiagnosis HIV tetapi tidak menjalani pengobatan, maka HIV dapat berkembang biak menjadi AIDS karena sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah.
Perkembangan virus HIV menjadi AIDS dipengaruhi oleh jenis dan virulensi virus serta tingka kekebalan tubuh. Ada tiga jenis progresi infeksi HIV ini, yaitu : rapid progressor (berlangsung selama 2 hingga 5 tahun), average progressor (berlangsung selama 7 hingga 15 tahun), dan slow progressor (lebih dari 15 tahun setelah infksi menjadi AIDS).
Tentunya kita ingin terhindar dari penyakit mematikan ini. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko tertular penyakit ini, yaitu : membentengi diri dengan keyakinan dana agama yang kuat, menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh orang lain, tidak berhubungan intim sebelum terikat dalam hubungan yang sah, tidak menggunakan jarum suntik bekas, menghindari narkoba, dan mengedukasi diri sendiri tentang bahaya HIV/AIDS.
Selama kita mempunyai tingkat pemahaman yang rendah tentang virus ini dan tidak berhati-hati dengan apa yang terjadi di sekitar seperti melakukan kontak lansung dengan cairan tubuh seseorang maka tingkat tertular akan menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, kita harus berhati hati dan selalu menjaga kesehatan kita. Semoga kita selalu berada dalam keadaan sehat. Stay safe and stay healthy. []
Penulis bernama Sara Salsabila, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) , Universitas Syiah Kuala (USK). Ia merupakan salah satu anggota magang DETaK.
Editor : Raisa Amanda