Beranda Artikel Brainrot dan Penurunan Fungsi Eksekutif Otak Akibat Konsumsi Konten Digital Cepat

Brainrot dan Penurunan Fungsi Eksekutif Otak Akibat Konsumsi Konten Digital Cepat

BERBAGI
Ilustrasi brainrot (Dok.Ist)

Artikel | DETaK

Di era digital sekarang ini, pengunaan media sosial atau internet setiap harinya sudah menjadi suatu kebutuhan bagi manusia baik sebagai hiburan, media komunikasi ataupun kebutuhan hidup lainnya. Salah satu media hiburan atau aplikasi yang banyak digunakan adalah Tik-Tok dan Instagram. Konsumsi video atau konten hiburan akan menjadi kebiasaan yang terus menerus dilakukan setiap harinya. Namun ternyata kebiasaan yang dilakukan ini memunculkan resiko yang dinamakan dengan Brainrot atau pembusukan otak. Fenomena ini menggambarkan penurunan fungsi kognitif, khususnya fungsi eksekutif otak, akibat paparan konten digital yang cepat, repetitif, dan dangkal.

Apa itu Brainrot?

Iklan Souvenir DETaK

Brainrot sebenarnya bukanlah sebuah istilah atau penjelasan yang diberikan dalam medis, namun hal ini lebih menyangkut pada kondisi penurunan kemampuan berpikir kritis, daya ingat, fokus, dan pengendalian diri akibat konsumsi konten digital berkualitas rendah secara berlebihan. Beberapa konten yang muncul di sosial media mungkin bukanlah konten edukasi yang kita perlukan namun kebanyakan berupa konten lucu dan hiburan.

Penggunaan atau mengabiskan waktu dengan menonton video pendek secara berlanjut dalam waktu yang lama dapat menurunkan tingkat kefokusan. Ketika diri sudah terbiasa menonton video singkat yang praktis dan tidak membutuhkan kefokusan karena video tersebut pendek. Namun ternyata kebiasaan ini membuat kita bosan Ketika menonton film atau video yang berdurasi lama dan hal ini membuat fokus kita pecah, termasuk juga saat ketika sedang belajar dengan waktu yang lama. Hal ini di karenakan otak sudah dibiasakan dengan konsumsi video pendek tersebut.

Selain durasi yang pendek, isi konten atau video yang cenderung sama juga membuat otak tidak memberikan ruang untuk berpikir dan memahami secara mendalam suatu topik atau hal yang disorot. Yang berdampak pada gangguan memori jangka pendek dan jangka panjang. Akibatnya otak menjadi terbiasa dengan stimulasi instan dan kehilangan kemampuan untuk menikmati konten yang lebih kompleks dan bermakna dibanding konten yang membutuhkan fokus dan pemikiran dalam menontonnya.

Bagaimana cara mengatasi dan mencegah Brainrot?

  1. Kurangi mengonsumsi konten atau video pendek, batasi pengggunaannya di setiap harinya dan mulailah menonton atau melakukan hal yang membutuhkan kefokusan dan pemikiran yang mendalam
  2. Luangkan waktu untuk melakukan hal yang melatih otak, jika terbiasa dengan hal hal seperti ini maka pemikiran kita akan semakin berkembang dan kritis.
  3. Mengatur pengggunaan teknologi dengan bijak, mulai dari waktu penggunaan hingga konten atau hal yang akan dilakukan dengan teknologi.

Fenomena Brainrot ini dapat menjadi sebuah pengingat kita untuk tetap bijak pada penggunaan teknologi dan media sosial. Dengan penggunaan yang benar dan bermanfaat maka teknologi akan sangat menguntungkan. Dengan kesadaran dan pengelolaan waktu yang baik, kita dapat memanfaatkan teknologi secara optimal tanpa kehilangan kemampuan berpikir kritis, fokus, dan kreativitas yang menjadi kunci keberhasilan di masa depan.

Penulis bernama Wanda Amelia Hutasuhut, mahasiswi program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.

Editor: Pramudiyanti Saragih