Beranda Terhangat Ini Kata Mahasiswa USK Terkait Perubahan Kurikulum MBKM

Ini Kata Mahasiswa USK Terkait Perubahan Kurikulum MBKM

BERBAGI
Ilustrasi. (Neira Salsabila/DETaK)

Indah Latifa | DETaK

Darussalam- Universitas Syiah Kuala telah melakukan pembaharuan kurikulum secara serentak di seluruh program studi di lingkungan universitas. Pembaharuan kurikulum ini sesuai dengan instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim, tentang kebijakan pembelajaran yang berbasis Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Pengimplementasian kurikulum perguruan tinggi MBKM ini mulai diterapkan Universitas Syiah Kuala mulai awal semester ganjil tahun 2021.

Berdasarkan hal ini, mahasiswa USK mulai dari angkatan 2017 sampai angkatan 2021 menyampaikan argumennya. Beberapa mahasiswa yang diwawancarai via WhatsApp mengaku mendapat banyak keuntungan dengan adanya perubahan kurikulum ini, namun di sisi lain juga terdapat mahasiswa yang merasakan dampak negatifnya.

Iklan Souvenir DETaK

Salah satu mahasiswi Jurusan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USK, Anisah, mengatakan beberapa keuntungan yang ia rasakan dengan adanya perubahan kurikulum ini.

“Keuntungan perubahan kurikulum ada beberapa kegiatan di luar kampus diakui jadi SKS bahkan lebih difokuskan sekarang berbeda dengan sebelumnya. Jumlah MK jadi sedikit karena lebih difokuskan kepada kampus merdeka. Ada beberapa MK matematika yang dulunya 6, 4, 3 sks sekarang menjadi lebih sedikit,” ujarnya pada Jum’at, 13 Agustus 2021.

Alkausar Yudiansyam, mahasiswa Prodi Kehutanan, Fakultas Pertanian, mengatakan bahwa kurikulum saat ini tidak berpengaruh bila nilai praktikum dan teori berbeda.

“Kalo kurikulum sekarang mata kuliah yang ada praktikum udah gak 3 sks lagi, kalo teori 2 sks, praktikumnya 1 sks. Jadi kalo nilai praktikum kurang, teorinya tinggi, ngak berpengaruh, kalo kurikulum dulu sangat berpengaruh,” ujarnya.

Riska Noviana, mahasiswi Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik angkatan 2019, mengatakan bahwa perubahan kurikulum ini memiliki dampak positif dan juga dampak negatif bagi mahasiswa.

“Kalau kita lihat dari sisi positif pastinya kita semua ini bisa belajar sesuai dengan perkembangannya zaman tetapi tak sedikit juga timbulnya dampak negatif dari perubahan kurikulum ini. Sebelum terjadinya perubahan kurikulum ini kemungkinan besar yang leting 19 di semester 6 nanti sudah bisa mengambil MK seminar tetapi karena perubahan kurikulum ini kemungkinan besar yang leting 19 baru bisa mengambil MK seminar di semester 7.”

“Sebenarnya perubahan kurikulum ini sangat berdampak positif untuk leting 20 dan 21. Karena dengan perubahan kurikulum ini leting 20 dan 21 di semester 5 sudah bisa mengambil MK seminar sebagai langkah awal untuk bisa menyusun tugas akhir (skripsi) nanti. Di sini saya juga berharap jangan hanya mahasiswanya saja yang harus diwajibkan mampu mengikuti perubahan kurikulum ini tetapi dosen juga harus bisa meningkatkan kualitas diri pada saat mengajar,” sambungnya.

Sementara itu mahasiswi Prodi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Nur Andrian Dayana, mengatakan dengan adanya perubahan kurikulum ini mata kuliah wajib bisa jadi lebih cepat selesai. Namun karena ada beberapa mata kuliah yang berpindah antar semester, kemungkinan mahasiswa berbeda angkatan akan rebutan kelas.

“Nggak tau mau bilang gimana karena kita belum ngejalani perkuliahannya, tapi bisa jadi lebih cepet selesai untuk MK wajib. Karena kalau nggak salah katanya semester 5 ini udah dihabisin terus mk wajibnya, jadi di semester 6 bisa fokus ke MK pilihan per grup angkatan bidang minat kita. Kalau kesulitan mungkin ada beberapa MK semester yang berubah letaknya kek struktur MK-nya tu jadi pindah-pindah. Misal ada MK yang belum kita ambil di semester 5 ni karena perubahan kurikulum jadi diletakkan di semester 3. Jadi mungkin kalau nggak dibuka banyak kelas kita bisa berebut kelas sama adek leting. Tapi tergantung pihak kampusnya juga, kalau kebijakan pihak kampus buka banyak kelas jadi kita nggak berebut,” jelasnya.[]

Editor: Della Novia Sandra