Cerbung | DETaK
Akhirnya hari itu datang, hari di mana aku benar-benar dipertemukan dengan kembaranku. Sebenarnya sejak kecil aku sangat ingin bertemu dengannya, mama selalu bercerita bahwa aku punya kembaran dan kami terpisah sejak bayi karena kedua orang tua kami bercerai. Mereka memutuskan agar anak pertama tinggal bersama dengan mama sedangkan anak kedua bersama dengan papa. Sedari kecil aku tidak pernah merasakan kasih sayang dari papa sedikit pun. Mungkin itulah yang dirasakan kembaranku pikirku. Dia pasti kekurangan kasih sayang dari sosok ibu juga. Dan pada akhirnya, dia tetap lebih beruntung dari pada aku. Seterusnya mungkin dia bisa mendapatkan kasih sayang dari mama. Tapi aku, papa telah meninggal 4 bulan yang lalu, sebelum mereka menemukan kami. Dan harapanku sedari kecil untuk bersama papa benar-benar tidak akan pernah terjadi. Tapi aku tetap bersyukur setidaknya aku akan benar-benar bertemu dengan kembaranku yang juga merupakan harapanku dari dulu.
Di tengah lamunan merenungi kisah hidupku, tiba-tiba dua orang perempuan mendekat ke arahku. Dan benar saja mereka benar-benar datang hari ini. Sosok yang memiliki wajah sangat mirip denganku ada di hadapanku, dia nyaris sama denganku, hanya saja gaya kami berbeda, aku menyoroti gaya rambutnya yang dikuncir, sedangkan aku hampir selalu menggerai rambut. Dia yang memiliki wajah begitu mirip denganku memelukku erat. Aku terbungkam, tangis kami pecah. “Maafkan aku kak,” kata-kata itu yang keluar pertama dari mulutnya. Tapi aku tetap diam membisu.
“Ibu mana, Tasya,?” seorang wanita di samping kembaranku berbicara ke arahku.
“Ibu di dapur,” kami langsung melepas pelukan dan aku menjawab pertanyaan dari wanita yang belum aku kenali tersebut.
Tak seperti biasanya, mama memasak banyak makanan, meski di meja makan telah tertata rapi begitu banyak makanan, mama tetap melanjutkan untuk memasak beberapa lagi. Wajar saja, kedatangan pertama kali anak yang terpisah 18 tahun dengan mama pasti membuat mama sangat senang. Meskipun ini bukan pertama kalinya mama bertemu dengannya, ini adalah kali kedua. Tetapi pertama kalinya untukku. Sebelumnya mama dan kembaranku telah lebih dulu bertemu dan kegembiraan mama begitu tergambar saat menceritakan hal itu kepadaku.
Akhirnya, mama datang dari dapur setelah menaruh beberapa makanan, mama memeluk kembaranku dan tangisan haru keluar dari mata mereka. Aku dan wanita yang tadi bertanya tentang mama pun ikut terharu melihatnya. Akhirnya, aku mempersilakan mereka untuk langsung duduk di meja makan tersebut.
“Maaf sebelumnya, saya belum memperkenalkan diri. Saya Anindha, Ibu tiri Sherly,” wanita itu kemudian memperkenalkan dirinya.
“Dan Namaku Sherly Susantoe mungkin kakak sudah tau dari ibu, tapi aku tetap akan memperkenalkan diriku secara khusus dengan kakak,” dia mengulurkan tangan sambil tersenyum kepadaku, aku menangkap dia adalah sosok yang ceria dan ramah hal itu sangat terlihat dari cara dia berbicara.
“Aku Tasya Keumala,” aku menerima tangannya, dan kami saling berjabat tangan, aku terus melihat ke arahnya dan dia terus-terusan tersenyum kepadaku.
“Alhamdulillah, mama sangat senang akhirnya kalian berdua bisa dipertemukan seperti ini, mama harap kalian bisa selalu saling menjaga,” mama dengan senyum yang merekah berbicara kepada kami berdua.
Kami pun mulai makan hidangan yang ada di meja. Makanan yang tertata rapi itu cukup membuatku terkejut karena selama ini di meja kami tidak pernah ada masakan dengan jenis sebegitu banyak.
“Wah ma! Masakan mama sangat enak,” Sherly makan dengan lahap, dia juga menuangkan berbagai lauk ke dalam piring nasiku. Aku hanya memandangi lauk itu dan terdiam.
“Kenapa diam saja? Tasya gak mau makan?,” dia melanjutkan perkataan dan aku tetap terdiam
“Sebenarnya……” saat aku ingin berbicara tiba-tiba ibu memotong dan seakan ingin melanjutkan kalimatku.
“Sherly, kakakmu ini alergi udang, dan kamu hanya menaruh masakan olahan udang di piringnya,” mama menjelaskan sambil tertawa kecil
“Sherly, kamu mau membunuh kembaranmu?.” Ibu Anindha pun bertanya sambil tertawa kecil
“Oh gitu ya, maafin Sherly gak tau, soalnya sherly pikir Tasya sama kaya Sherly bisa makan apa aja hahahaha,” dia pun meminta maaf dan dari kalimatnya sangat nampak bahwa dia berusaha mencairkan suasana. Dia mengambil piring lain dan kembali menaruh lauk untukku, kami bertiga hanya diam saja melihat tingkahnya. Dan kali ini untung saja dia tidak mengambil masakan olahan udang lagi. Akhirnya aku pun memakan makanan yang ada di depanku tersebut.
Setelah makan Bu Anindha memulai pembicaraan yang sepertinya agak serius.
“Saya dan Sherly sengaja ke sini bukan hanya untuk mempertemukan Tasya dan Sherly. Tapi saya ingin mengatakan beberapa hal bahwasanya sesuai dengan surat wasiat dari suami saya Tasya dan Sherly masing-masing mendapat warisan sebesar 50 persen. Selain itu saya juga mendapat amanah dari suami saya untuk mencari Tasya, Alhamdulillah saya bisa menemukan Tasya jadi sekarang baik Sherly maupun Tasya keduanya adalah juga anak saya dan tanggung jawab saya,” kata-kata Bu Anindha tersebut membuatku sangat terkejut, aku yang selama ini hidup sederhana dengan mama akan mendapat harta yang banyak dari almarhum papa yang memang pengusaha kaya raya, keluarga kami sekarang mungkin bukan keluarga kekurangan, tapi kami juga tidak kaya raya, aku dan mama hidup sederhana sebagai golongan menengah ke bawah selama ini. Begitu terkejutnya aku dengan ucapan Bu Anindha, seakan kata-kata itu akan langsung mengubah hidupku. Dan apa yang akan kulakukan dengan semua itu? Kami sudah terbiasa sederhana, berbeda dengan Sherly yang sudah biasa dengan kemewahan harta papa.
Bersambung ke part 2
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Unsyiah angkatan 2018 bernama Nana Dahliati. Ia juga anggota aktif di UKM Pers DETaK Unsyiah