Beranda Cerbung My Ekstrovert Twin Part 2

My Ekstrovert Twin Part 2

BERBAGI
My Ekstrovert Twin (Wendi Amiria/DETaK)

Cerbung | DETaK

Belum lepas dari rasa keterkejutanku dengan isi surat wasiat papa, bu Anindha kembali berbicara. Kali ini mama terlihat sangat marah dan gelas di meja pun jatuh karena di tepis tangan mama, aku tau mama bukan sengaja menepis gelas itu.

“Sepertinya akan lebih baik kalau Tasya dan Sherly berkuliah bersama di Australia,” Kata-kata bu Anindha itu membuat mama sangat terkejut dan menjatuhkan gelas di meja.

Iklan Souvenir DETaK

“Tidak, Tasya akan berkuliah tetap di Medan,” mama dengan nada tegas mengatakan itu di depan kami semua. Suasana yang riang dan ramah berubah menjadi sangat tegang.

“Kami tidak butuh harta ayahnya Tasya, insyaAllah saya sanggup membiayai kuliah Tasya di Medan, jadi Tasya tidak harus ke mana-mana.” Kini kata-kata mama terlihat semakin tegas. Dalam keadaan seperti ini aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku memilih diam, mungkin memang keputusan mama adalah yang terbaik pikirku.

Selama ini mama telah banyak berjuang demi kehidupanku, kami memang bukan keluarga kaya tapi mama sudah menabung dari dulu untuk biaya kuliah ku. Hal itu selalu menjadi motivasi mama dalam membangun usaha catering nya.

“Mama kalau memang Tasya gak boleh kuliah di Australia sama Sherly gak papa, tapi tolong sebelum Sherly berangkat ke Australia, Sherly harap mama dan Tasya pergi ke Jakarta untuk menemani Sherly sebelum berangkat,” Perkataan Sherly sedikit mencairkan suasana, akhirnya mama yang tadinya marah langsung memeluk Sherly.

“Tentu saja, kami akan menemanimu sebelum berangkat,”  ucap mama sambil memeluk Sherly.

***

Dari Medan kami terbang ke Jakarta, ini adalah kali pertama aku ke Jakarta bahkan kali pertama aku ke luar kota. Di sana kami tiba di kompleks perumahan besar, aku menyoroti bangunan rumah saat di dalam mobil, dan tibalah kami di sebuah rumah yang megah, tak kalah megah dengan rumah-rumah besar lainnya di kompleks yang sama.

Setelah masuk ke dalam rumah, salah seorang pelayan pun membawaku dan mama ke kamar yang begitu mewah, kamar yang akan kami tinggali selama disini.

***

Keesokan harinya, pada pagi hari aku berniat keluar rumah untuk berolahraga keliling kompleks. Aku di kejutkan dengan kedatangan seorang laki-laki, sepertinya teman Sherly, dia agak tinggi, berkulit putih, dan terlihat tersenyum dan menghampiri ku.

“Sherly, lo mau kemana?, kok gak ajak gue?,” laki-laki itu berhasil membuat ku terkejut dengan kata-kata nya apalagi dia mengira aku adalah Sherly.

“Maaf aku bukan Sherly,” aku yang tidak tau harus mengatakan apa tiba-tiba minta maaf dan langsung berjalan pergi meninggalkan laki-laki itu.

“Tunggu-tunggu,” dia lalu mengikuti ku dari belakang, yang membuatku risih dan menghentikan langkah ku.

“Kamu temannya Sherly kan, tapi aku bukan Sherly, Sherly ada di rumah, aku Tasya saudara kembar Sherly,” aku pun menjelaskan padanya agar kesalahpahaman tidak berlarut-larut.

Dia terlihat sangat terkejut namun sepertinya dia tidak mempercayai perkataan ku.

“Eh, Sher, gak usah kebanyakan becanda deh loh, sejak kapan gaya pakaian lo gini?, sejak kapan lo diam kalem gitu?, terus ngapain lo pakek ngaku-ngaku siapa itu Tasya?,” tegasnya kemudian dengan menyeret tangan ku sampai ke taman di kompleks itu. Aku yang terkejut pun hanya bisa berusaha melepas kan tangan nya tapi tidak berhasil.

“Eh, lepas tolong lepas.” Aku terus berusaha melepaskan tangan ku tapi tidak berhasil.

Di taman dia mulai berbicara dengan hal yang tidak aku mengerti.

“Sebenarnya gue mau ngomong sesuatu sama lo, Iqbal dia udah putus sama Rani, dan sekarang saatnya kita menjalankan misi kita selanjutnya, saran gue jangan deh lo kuliah di Australia, lebih baik lo kuliah disini aja di Jakarta, karena gue denger Iqbal bakalan kuliah di Universitas Nasional Indonesia, dan akan lebih mudah kita untuk menjalankan misi kita selanjutnya.” Dia terus berbicara dengan menyebut kan nama-nama yang aku tidak kenal dan sama sekali aku tidak mengerti maksud dan pembahasannya. Aku yang sedari tadi diam saja pun kembali di kejutkan olehnya.

“Hey, Sherly, lo hari ini kenapa sih? Diam aja gak kaya biasanya, Gue udah bayangin dari rumah kalau lo bakalan senang banget dengar kabar ini, tapi kok ternyata lo malah gini ya?, jadi apa lo gak senang?, atau lo serius banget pengen kuliah di Australia?.” Dia terus menghujani ku pertanyaan yang bahkan tidak aku mengerti, ingin rasanya aku pergi dari tempat itu aku sudah tidak tahan lagi dengan kelakuannya.

“Aku bilang sekali lagi aku bukan Sherly, aku Tasya,” aku kembali berkata dengan nada sedikit tegas.

“Kok lo aneh banget sih, eh lo sering ya emang becanda gini, tapi gak usah gini kali juga, pakek acara ubah penampilan sama gaya segala, biar apa coba?.” Dia terus berbicara kepadaku di taman itu hingga tiba-tiba suara seseorang mengejutkan kami.

“Andre, Tasya, kalian ngapain disini?.” Sherly ternyata memanggil kami dan dia sedikit keheranan dan mendekati kami berdua. Tapi di balik itu semua, ternyata teman Sherly yang ternyata bernama Andre bahkan terlihat lebih syok dari Sherly, dia seperti kebingungan melihat wajah kami begitu mirip dan tak tau harus berkata apa.

“Eh, Andre, lo kenapa kok diam gitu? Oh ya, pasti udah kenal kan? Ini kembaran aku Tasya dari Medan, Tasya ini sahabat aku Andre.” Sherly saling memperkenalkan kami berdua dan aku hanya tersenyum tipis berbeda hal nya dengan Andre yang belum pulih dari keterkejutan nya dan belum bisa berkata apa-apa terlihat dia sangat terkejut dengan apa yang ada di depan matanya.

“Kok kaya terkejut gitu? Belum kenal ya? Atau tadi lo ngira Tasya itu gue?, oh ya maaf, selama ini gue gak pernah cerita gue punya kembaran,” Sherly kembali berbicara kepada sahabatnya itu.

“Gue gak habis pikir aja, pantes kok kaya lain gitu dan tadi maaf ya.” Itulah kata-kata pertama dari Andre dan dia terlihat sangat menyesal dan meminta maaf kepadaku.

“Iya gak papa,” aku hanya bisa menjawab santai dan aku tinggalkan mereka berdua di taman itu. Dalam perjalanan aku memikirkan semua perkataan Andre tadi, dan apa nanti Sherly benar-benar membatalkan keberangkatannya ke Australia?, Dan apa maksud perkataan Andre tadi? pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus berkecamuk di hati ku.

Bersambung ke part 3

Penulis adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Unsyiah angkatan 2018 bernama Nana Dahliati. Ia juga anggota aktif di UKM Pers DETaK Unsyiah.