Beranda Cerbung Kota Pertama-Chapter 3

Kota Pertama-Chapter 3

BERBAGI
Ilustrasi Kota Pertama. (Yaumil Farah Alyssa [AM]/DETaK)

Cerbung | DETaK

Rania terdiam, semuanya terhenti dan dia pun menuju tempat Oliver tergeletak tidak jauh dari sana.

Eh, Oliver hidup, ah tidak maksudnya dia bergerak juga padahal aku berpikir Oliver juga terkena pemberhentian waktunya. Rania bergumam dalam hati dan langsung mencoba membantu Oliver agar berdiri dan melepaskan beberapa sulur yang menempel pada dirinya namun tidak lagi mengikat dengan kuat.

Mereka terus berjalan meski Oliver terlihat sangat lemah mengikuti posisi GPS Fig dan Yuzu berada yang ternyata telah berada di satu tempat yang sama.

“Apa kau bodoh mengajak Cherry naik sepeda sejauh ini? Bosan hidupkah?” Melihat Oliver memarahi Yuzu seperti melihat seorang kakak yang memarahi adiknya karena membawa adik terkecil mereka dalam bahaya, tidak terlihat sedikit pun bahwa Oliver terluka padahal tadi untuk berjalan saja dia hampir tidak sanggup.

“Kalau kita duel, aku yang bakal menang, bakatmu lemah.” Yuzu membalas Oliver dengan sarkasnya.

Kemudian terjadilah baku hantam antara dua remaja itu di saat Cherry dan Rania diajak pulang oleh Fig dengan dua sepeda di mana Cherry menebeng bersama Fig yang sesekali dikatain berat atau gendut oleh Fig yang hanya dianggap angin lewat oleh Cherry.

Dalam perjalanan Rania bertanya apa tidak bahaya meninggalkan Yuzu dan Oliver di sana, Fig hanya menjawab bahwa mereka pasti akan pulang nantinya, mau jalan kaki atau naik bus jika ada.

***

Dari kejadian itu bisa disimpulkan bahwa Rania bisa mengeluarkan kekuatannya sekarang secara sadar, dan hanya Oliver yang tidak terpengaruh, sangat mungkin karena mereka adalah tipe yang sama yaitu waktu. Jika Oliver bisa mengendalikan waktu sesuka hatinya, maka Rania tidak, setelah melakukannya dia tidak tau cara membatalkan efeknya, namun Oliver menganalisis bahwa karena efek kekuatan Rania itu kuat maka waktunya hanya bisa digunakan sangat singkat.

Setelah beberapa hari latihan bersama Oliver di panti, Rania hanya bisa menghentikan waktu selama lebih kurang 7 menit, dengan range diperkirakan 100 meter karena saat mereka kabur kemarin, Cherry, Yuzu, dan Fig tidak terkena efek waktu dalam jarak 100 meter lebih dari GPS pena Oliver.

Seminggu telah terlewati oleh Rania dengan versi liburan yang sangat jauh dari bayangannya, saatnya dia kembali ke Indonesia dan berpamitan dengan semua teman barunya.

“Kami semua akan merindukanmu,” ucap Peaches dan Berry sambil memeluk Rania juga anak-anak yang lain tersenyum dan melambaikan tangan padanya.

“Ketika kamu kembali ke sini lagi, ini rumahmu, tidak perlu ke hotel,” ucapan perpisahan dari ibu panti kepada Rania yang membuat Rania merasa memiliki keluarga baru di negeri yang bahkan tidak pernah terpikir olehnya.

Sesampainya di bandara, Oliver, Cherry dan Yuzu yang mengantarkannya membeli beberapa oleh-oleh untuk Rania seperti gantungan kunci, kaos, ataupun makanan.

Iklan Souvenir DETaK

“Hei Rania, tau nama yang ada di gelang tanganku ketika aku diletakkan di depan gerbang panti 16 tahun yang lalu ketika aku berumur 1 tahun?” Oliver berbisik pada Rania saat mereka berempat duduk di ruang tunggu bandara menunggu jadwal flight Rania.

“Apa?”

“Glodia, tidak ada yang tau nama ini kecuali aku dan ibu panti, itulah kenapa kamu langsung diizinkan tinggal di sana.”

Rania terkejut tentu saja, nama mereka sama.

Perhatian, para penumpang pesawat AAA dengan nomor penerbangan BT021 tujuan Indonesia dipersilahkan masuk melalui pintu A7.

Pengumuman flight Rania membuatnya segera bergegas untuk masuk pesawat, tetapi sebelumnya dia memeluk Oliver dan berkata

“Aku kabur ke New York ketika tau bahwa aku bukan anak kandung orang tuaku di Indonesia, mereka menemukanku di New York 15 tahun lalu ketika aku masih bayi, see you brother.” Rania tersenyum dan berlari menuju gate pesawatnya.

Mungkin ada banyak hal yang belum terungkap, hanya saja takdir sangat indah bukan ketika banyak hal secara kebetulan terjadi yang menuntunmu menuju takdir siapa dirimu sebenarnya.[]

-Tamat-

Penulis adalah Marsa Nurmalisa, mahasiswi Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala. Ia juga merupakan anggota magang di UKM Pers DETaK.