Beranda Cerbung Kota Pertama-Chapter 2

Kota Pertama-Chapter 2

BERBAGI
Ilustrasi Kota Pertama. (Yaumil Farah Alyssa [AM]/DETaK)

Cerbung | DETaK

-You can’t choose your family, but you can make a new one-

100% tempat ini adalah panti asuhan. Tidak ada yang menyadari kehadiran Rania di sana, selain karena ramai pada dasarnya aura Rania itu tipis.

Iklan Souvenir DETaK

Saat itu, anak laki-laki yang membawa dia ke situ ternyata bernama Yuzu lalu memperkenalkan Rania sebagai anggota baru mereka yang tentu saja membuat Rania protes karena dia ikut hanya ingin mencari tau kebenaran tentang dirinya, bukan ikut bermain api bersama anak-anak tidak jelas ini.

Yuzu akhirnya menitipkan Rania kepada temannya dan menyuruh Rania menanyakan apa saja yang ingin diketahui pada temannya itu.

“Hai, aku Cherry dan selamat datang!” ucapnya dengan senyuman secerah mentari pagi seperti matahari di luar sana yang memang baru memancarkan cahayanya sehingga Rania tidak ragu untuk bertanya tentang hal yang ingin diketahuinya.

“Sebenarnya ini hanyalah panti biasa, kami sudah di sini sejak kecil, ada yang dibuang oleh keluarganya, ada juga yang tidak sengaja membuat keluarganya dalam bahaya, dan ada yang sejak bayi telah di sini. Lagian ini bukan perkumpulan orang yang memiliki pengendalian, ini hanyalah panti biasa,” jelas Cherry tanpa berniat menyembunyikan sesuatu.

Hal yang sangat mengganggu bagi diri Rania adalah kejadian tadi malam di saat dia sadar bahwa kekuatan itu nyata layaknya seperti film animasi di televisi dan Cherry hanya menjawab bahwa itu hal kecil yang sering terjadi antara mereka dengan anak-anak yang memiliki kekuatan namun memakainya untuk hal yang tidak baik seperti mencuri, tetapi bukannya hal itu sangat biasa terjadi di manapun.

“Oya Ran, kekuatanmu apa?” sepertinya memang sifat Cherry sangatlah easy going karena langsung berani memanggil nama panggilan di 10 menit pertama setelah kenalan.

“Sepertinya aku pernah beberapa kali berhentiin waktu.”

“Waktu? Mirip sama Oliver dong, hmm pengendali waktu sepertinya memang cebol ya,” ucapnya sambil tertawa kencang tanpa rasa bersalah.

Cherry mengajak Rania berkeliling panti dan memperkenalkan Rania kepada anak-anak yang lain. Setelah berkenalan Rania tau bahwa anak yang memiliki kemampuan pengendali tidaklah banyak, hanya sekitar 10 orang di sana dan mereka punya Oliver sehingga lebih bebas menggunakan kekuatan mereka dibanding anak lain di luar sana.

Rania tiba-tiba terdiam dan berhenti berjalan, Cherry menatapnya heran “Cherry, jadi nama kalian itu…… Yuzu, Cherry, Peaches, Berry, Fig, Oliver, dan yang lain itu semua dari buah?”

“Hahaha, aku pikir apa yang membuatmu berhenti berjalan, ternyata cuma baru sadar nama kami. Itu mama yang kasi nama panggilan, dan jadi terbiasa bahkan lupa nama yang dikasi keluarga sendiri. Ah, tidak, ini keluargaku sekarang. Lagian kita ga bisa milih di keluarga mana kita lahir, tapi kita bisa membuat keluarga baru dengan orang-orang terdekat yang kita sayangi.”

Seperti yang kita tahu, rencana liburan yang dibuat Rania berbalik arah ikut kegiatan anak-anak di panti ini, lalu dia bertemu Oliver dan yap seperti kata Cherry, dia dan Oliver, dua pengendali waktu ini memang cebol.

Ada sesuatu di antara keduanya, namun mereka juga tidak mengetahui apa itu, mungkin kemampuan mereka mempunyai ikatan satu sama lain.

“Kalau kabur dari rumah jangan terlalu lama, apalagi hingga ke luar negeri.”

Mendengar kata-kata Oliver membuat Rania ragu apakah Oliver bisa mengendalikan waktu atau malah bisa membaca pikiran.

Sore di hari yang sama, Yuzu mengajak Rania untuk mengetes kemampuannya, “Tapi aku cuma bisa berhentiin waktu tanpa sadar.”

Dengan ide Yuzu untuk mengajak Oliver ikut melihat Rania karena mungkin saja dia menemukan cara agar Rania bisa memakai pengendaliannya secara sadar dan tetap tidak membuahkan hasil karena yang membuktikan Rania sama seperti mereka hanya karena dia juga tidak ikut terpengaruh pengendaliannya Oliver.

“Malam ini, aku sama Fig mau latihan, agak berbahaya, tapi sampai sekarang kami masih hidup, mau ikut?”

“Di mana?”

“Di gang dekat panti, siapa tau ada preman jalanan yang bisa dites, saat bahaya diri kita lebih waspada dan bisa mengendalikan kekuatan kita tiba-tiba, kalau keadaan tak terkendali tinggal teleport sama Fig.” Memahami maksud Oliver, Rania memutuskan ikut sekalian jalan-jalan pengganti liburannya.

“Lari bodoh!” teriak Oliver dalam kegelapan pada Rania yang di belakangnya saat mereka bertiga dikejar oleh sekelompok orang.

Saat ini mereka hanya bertiga dan Fig sedang berada di punggung Oliver karena pingsan setelah menatap salah satu pengejar mereka.

Pengendalian waktu Oliver hanya berfungsi bagi manusia biasa jadi tidak berguna di saat sekarang ini tanpa adanya tipe penyerang seperti api punya Berry atau bakat menghilang seperti Yuzu yang selain bisa mengintai juga bisa menyerang secara mendadak.

Mereka tertangkap dan tiba-tiba semuanya gelap. mereka diikat dan mata mereka ditutup lalu dimasukkan ke dalam mobil.

“Oliver, kau hidup?”

“Iya aku di sini.”

“Mereka ini siapa?”

Well, hanya sekelompok peneliti gila yang ingin menghapus kekuatan setiap anak namun sepertinya mereka selalu gagal dan berakhir membunuh anak-anak tersebut, dan sekarang kita jadi bahan uji coba mereka.”

Sepertinya kabur dari rumah tidaklah baik, karena sekarang Rania seperti menggali kuburannya sendiri dan tanpa sadar Rania menangis mengingat semua kesalahannya pada ibu dan ayahnya, betapa nakalnya dirinya padahal orang tuanya sangat menyayanginya dan merawat dirinya dengan sangat baik.

“Hey, jangan menangis, Yuzu akan tau di mana kita dan dia pasti akan menyelamatkan kita dengan Berry atau Peaches mungkin,” ucap oliver layaknya seorang kakak yang menenangkan adiknya.

Sudah sekitar 6 jam sejak mereka dikurung di salah satu ruangan, di luar pasti matahari sudah naik. Fig ada di ruangan terpisah, sepertinya peneliti ini mengetahui bakat Oliver dan Fig sehingga mereka tidak disatukan dalam satu ruangan yang memungkinkan untuk kabur.

“Wah, sepertinya Yuzu di luar, jadi dia membawa Cherry ya, pilihan yang tepat.”

“Apa? Yuzu dan Cherry di luar? Tapi Fig akan sendiri jika kita pergi.”

“Hujan petir itu punya Cherry, sangat berkebalikan dengan sifatnya yang secerah matahari, Cherry itu tidak pernah ikut kami keluar saat malam ataupun memakai kekuatannya di luar, tidak ada peneliti yang sadar kalo mereka di luar, dan Fig setelah mendengar hujan dan petir mungkin saja telah kabur duluan dengan teleport hanya 100 meternya itu,” jelas Oliver pada Rania sekaligus mengejek Fig yang membuat Rania paham bahwa mereka sering berada dalam bahaya seperti ini.

Oliver membuka pintu ruangan tersebut dengan jepit yang berada di dalam pena seukuran kelingking yang disimpan dalam sepatunya yang ternyata juga merupakan GPS sederhana.

Tepat di depan pintu keluar, ada sekitar 10 orang yang siap untuk menangkap mereka kembali, Oliver dipukul sangat keras hingga terjatuh lalu diikat dengan sulur pohon yang sepertinya merupakan bakat orang itu lalu Rania disergap oleh orang lainnya dan lengannya dikunci ke belakang lalu diseret menuju ke ruangan tadi.

“BERHENTI!” Teriak Rania agar dirinya dilepas dan tiba-tiba hening.

Hening yang mencekam.

Waktu telah berhenti.

-Bersambung-

Penulis adalah Marsa Nurmalisa, mahasiswi Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala. Ia juga merupakan anggota magang di UKM Pers DETaK.

Editor: Della Novia Sandra