Beranda Cerpen Air Semangka Sirup Merah

[DETaR] Air Semangka Sirup Merah

BERBAGI
Ilustrasi. (Wendi Amiria | DETaK)

Hijratun Hasanah | DETaK

Allahu akbar, Allahu akbar ….

Ashaduallaa ilaahailallah ….

Azan Ashar baru berkumandang ketika aku tiba di kos usai pulang dari kampus untuk pratikum. Rasa penat dan lelah segera aku singkirkan dan bergegas cepat untuk mengambil air wudhu dan segera melaksanakan shalat Ashar. Usai shalat, kulihat teman kamarku, Fitri, nampak sedang tak beraktivitas yang berat. Terlintas ide untuk menawarinya ngabuburit sambil menjadi panitia RDK, singkatan dari Ramadhan di Kampus, Masjid Jamik.

“Fit, ngabuburit di Masjid Jamik yuk!” ajakku pada Fitri sembari melipat sajadah dan mukena.

“Hmm… maksudnya ngabuburit di Masjid Jamik gimana sih, Ris?” tanya Fitri tak faham dengan maksud ajakanku.

“Iya Fit, kita jadi panitia RDK untuk menyiapkan takjil bukaan puasa dan makan sahur, kita bantu-bantu untuk buat minuman, menata kue-kue, dan membungkus nasi.”

“Ooo gitu, oke boleh deh aku ikut kamu kalau gitu.”

“Sipp, aku juga siap-siap terus, ya,” ujarku sembari lalu bergegas bersiap-siap.

*****

Aku dan Fitri mengayuh sepeda kami melewati para pedagang makanan berbuka puasa dan kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang. Saat Ramadhan memang sudah menjadi hal biasa melihat banyaknya pedagang-pedagang yang berjualan di pinggiran jalan seputaran kampusku ini. Tidak hanya orang tua saja yang menjajakan makanan namun banyak juga para mahasiswa dan mahasiswi yang mencari rezeki dengan berdagang takjil di bulan Ramadhan.

Padatnya kendaraan serta pejalan kaki yang berlalu untuk membeli bukaan puasa di waktu sore sempat membuat jalanan menjadi macet dan mengharuskan kami untuk extra hati-hati mengayuh sepeda menuju Masjid Jamik.

Tak ayal sepanjang mengayuh sepeda pandanganku menyapu sapu satu persatu keadaan sekitar. Terlihat wajah-wajah bahagia para pedagang dalam menyambut pembelinya.

Piyoh, Dek, piyoh!” ujar salah satu pedagang ketika kami lewat.

Rasanya tak perlu jauh-jauh untuk membeli takjil karena seputaran kampus ini saja sudah terasa sangat lengkap beraneka macam makanan yang terlihat sepanjang jalan mampu menggugah selera penglihatnya.

*****

Setelah memakirkan sepeda di parkiran Masjid Jamik, kami bergegas memasuki ruang FOSMA tempat menyiapkan takjil dan makanan sahur. Terlihat panitia-panitia RDK lainya yang sudah mulai sibuk meyiapkan dan mengatur makanan, membelah semangka untuk dijadikan minuman, menata meja dan lainnya.

“Risma dan Fitri tolong bantu Aisyah dan Siska, ya, di bagian membuat minuman, sirup merahnya ada di dalam kardus samping lemari buku,” ujar Kak Ayu selaku Ketua Panitia RDK sembari menunjuk letak kardus sirup.

Oke, Kak,” jawabku dan Fitri bersamaan. Lalu kami menuju samping lemari buku untuk mengambil 6 botol sirup merah. Kami duduk di atas tikar biru, Aisyah dan Siska yang sedang menyerut semangka pun terlihat sudah hampir selesai. Kemudian aku dan Fitri menaruh hasil serutan semangka ke dalam stoples dan menuang sirup beserta air ke dalamnya.

“Perlu ditambahin gula lagi gak Aisyah?” tanyaku. “Sepertinya perlu deh Ris, tambahin sedikit lagi aja karena warna sirupnya kurang merah takutnya kurang manis kalau enggak ditambahi gula dikit lagi,” jawab Aisyah.

“Oke, nampaknya segini udah cukup, ya?” tanyaku lagi sambil memperlihatkan takaran gula yang akan aku tuang. “Yups, udah cukup segitu aja, Ris,” sambung Siska.

Aku lalu mengaduk minuman tersebut dan Fitri mencampurkan es batu ke dalamnya. Setelah selesai kami bersama mulai menuangkan air semangka ke dalam cup dan ditutup. Tak lupa kami juga membawa minuman tersebut ke meja yang sudah disediakan untuk meletakkan takjil-takjil yang akan dibagi.

“Seru ya, Ris, ngabuburit kita hari ini, gak seperti biasa hanya berdiam diri di kos atau pergi keluar duduk-duduk lalu cari makanan sambil menunggu Adzan Magrib. Rasanya hatiku adem melakukan kegiatan seperti ini.” Sambil tersenyum Fitri mengatakanya.

“Sama, aku juga, Fit. Besok Insyaallah kita ngabuburitnya gini lagi ya, mau kan?” tawarku padanya.

“Mau dong, aku siap menemani, hehe.”

“Besok-besok kita lagi yang ngatur makanan, ya,” sambung Aisyah.

“Iya betul, kita mempersiapkan hal yang berbeda lagi esok sore,” ujar Siska.

Tak terasa waktu berbuka pun hampir tiba. Kami para panitia RDK bergegas mengambil makanan masing-masing yang sudah tersedia lalu duduk di atas tikar dan membatalkan puasa ketika Adzan Magrib sudah berkumandang.[]

#30 Hari Bercerita