Beranda Buku Kritik Sosial dan Kebijaksanaan dalam Novel “Teruslah Bodoh Jangan Pintar”

Kritik Sosial dan Kebijaksanaan dalam Novel “Teruslah Bodoh Jangan Pintar”

BERBAGI
Buku Teruslah Bodoh Jangan Pintar (Dok. Istimewa)

Resensi | DETaK

Penulis : Tere Liye
Tahun Terbit : 2024
Tebal Buku : 371 Halaman
ISBN : 978-6238-88220-5
Harga : Rp.99.000

Tentang Penulis
Nama Tere Liye tentu sudah tidak asing di antara kalangan para pecinta buku di Indonesia. Nyaris semua karyanya terpajang di etalase “Best Seller” toko buku terkenal. Tak jarang juga beberapa diantaranya diangkat menjadi layar lebar. Kisah yang unik namun disampaikan dengan cara penulisan yang sederhana menjadi daya tarik tersendiri dan berhasil menarik banyak pembaca. Tak terpaku pada satu tema, Tere Liye tetap mampu membius para pembaca dengan beragam jenis tema yang diangkat. Mulai dari kisah sedih, romantis hingga isu sosial yang menyenggol pemerintah.

Iklan Souvenir DETaK

Pria dengan nama asli Darwis ini merupakan pribadi yang tertutup dengan sangat menjaga privasinya. Namun dedikasinya terhadap dunia tulis terbilang sangatlah produktif. Di setiap karyanya ia tak lupa menyisipkan pesan moral yang kuat, membuat para pembaca tidak hanya terhibur namun juga mendapatkan inspirasi didalamnya.

Sinopsis Buku
Buku Teruslah Bodoh Jangan Pintar merupakan karya Tere Liye yang diterbitkan Januari lalu. Buku ini mengisahkan permasalahan sosial yang terjadi mengenai tumpulnya hukum di Indonesia. Novel ini bercerita tentang kisah aktivis lingkungan yang menggugat PT Semesta Mineral & Mining di hadapan komite khusus yang dibentuk oleh presiden yang baru terpilih. Diawali dengan sebuah ruang sidang yang mendatangkan para saksi yang menjadi korban orang-
orang yang tidak bertanggung jawab dan semena-semena dengan kekuasaan. Segala gugatan dari saksi dengan mudah dibantah oleh pihak tergugat yang diwakili oleh seorang pengacara ternama. Hal ini membuat persidangan berlangsung pelik dan penuh dengan hal-hal yang tidak terduga.

Saksi dari pihak “kecil” harus berduel dengan pengacara handal dan disaksikan oleh komite yang akan menentukan putusan akhir.

Tentang Buku
Teruslah bodoh jangan pintar adalah buku yang mengajak pembacanya dengan menantang konsep berpikir tentang kepintaran dan kebijaksanaan. Disini penulis seakan menumpahkan pelajaran hidup dengan merangkul ketidaksempurnaan dan menemukan kebahagiaan sejati dalam kesederhanaan.

Ditulis dengan epic, setiap kasusnya tak luput dari realitas yang bisa saja terjadi. Bahkan mulai dari judulnya, Teruslah Bodoh Jangan Pintar tidak benar-benar mengajak para pembacanya untuk bodoh. Namun lebih mengkritisi pengertian bodoh dan pintar itu sendiri.

Selama ini kata “pintar” lebih diartikan kepada seseorang yang bergelar tinggi, berpangkat elit dan kekuasaan yang masif. Dan sebaliknya kata “bodoh” ditujukan kepada orang yang tidak menempuh pendidikan, kolot dan terbelakang. Namun, buku ini berusaha untuk menjelaskan jika hal-hal tersebut terlalu sempit untuk diterapkan dalam kehidupan. Setelah membaca buku ini, pembaca bukan hanya terhibur namun juga lebih terdorong untuk menjalani hidup dengan lebih bermakna.

Kelebihan Buku
Satu dari banyaknya kelebihan dari buku ini adalah isu-isu sosial yang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari. Keadaan sosial, budaya, pendidikan serta politik seakan tergambarkan dengan jelas sehingga para pembaca merasa relate dengan apa yang disuguhkan. Tokoh-tokoh saksi dengan karakternya juga cukup mengundang tawa sekaligus mengajak untuk merenung mendengar nasib yang mereka alami. Setiap tokoh protagonis maupun antagonis memiliki karakternya masing-masing yang membuat novel ini kaya akan kisah. Mengingat topik dari buku ini juga sangat-sangat jarang dan tabu untuk diangkat membuat novel ini mempunyai ruang tersendiri di hati para pembaca.

Kekurangan Buku
Bagi pembaca yang menyukai pesan tersirat mungkin novel ini bukan pilihan yang tepat. Cerita yang dikisahkan dan pesan yang disampaikan terlalu gamblang atau mudah ditebak. Endingnya yang cukup plot twist membuat banyak pembaca yang kurang menerima dan terkesan terlalu memaksa.

Penulis bernama Anisha Ulya Z, mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.

Editor : Fathimah Az Zahra