Beranda Opini Pentingnya Pengenalan Diri bagi Mahasiswa

Pentingnya Pengenalan Diri bagi Mahasiswa

BERBAGI
Ilustrasi. (Yaumil Farah Alyssa [AM]/DETaK)

Opini | DETaK

Bagi beberapa orang, menjadi seorang mahasiswa merupakan sebuah kebanggaan sekaligus tantangan yang berat. Ini hal yang wajar mengingat bahwa seorang mahasiswa juga merupakan seorang manusia. Yaa, seorang manusia yang pada dasarnya merupakan seorang individu yang punya kemampuan, pemahaman, kesulitan, juga latar belakang keluarga berbeda-beda. Jadi, wajar saja bila setiap mahasiswa memiliki cara pandang dan keterampilannya sendiri.

Nah, yang menjadi permasalahannya adalah kadangkala kita sebagai mahasiswa ingin selalu dimengerti. Bagaimana orang lain harus mengerti apa yang kita mau, bagaimana orang lain harus memahami permasalahan yang kita alami, bagaimana orang lain harus mengerti apa yang kita suka dan tidak suka. Pokoknya semua orang harus mengerti kita, ya gak sih? Yang menjadi pertanyaannya, sudahkah kamu mengenal dirimu sendiri? Sudahkah kamu percaya pada dirimu sendiri? atau sederhananya aja deh, sudahkah kamu terima dirimu sendiri?

Iklan Souvenir DETaK

Penerimaan diri yang dimaksud di sini itu adalah bagaimana kamu menghargai dirimu sendiri atau memberikan apresiasi terhadap dirimu sendiri. Menurut Hurlock (Satyaningtyas, 2005) bahwa penerimaan diri merupakan kemampuan menerima segala hal yang ada pada diri sendiri, baik kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki, sehingga apabila terjadi peristiwa yang kurang menyenangkan maka individu tersebut akan mampu berpikir logis tentang baik buruknya masalah yang terjadi tanpa mempedulikan perasaan, permusuhan, perasaan rendah diri, malu, dan rasa tidak aman.

Mengapa hal ini penting untuk kita mahasiswa? Hal ini tentunya berpengaruh terhadap pola pikir kita terhadap orang-orang yang kita temui, karena pada dasarnya orang yang menerima diri sendiri akan cenderung dapat menerima orang lain. Misalnya, ketika kita tahu dan sadar bahwa orang lain juga punya cara pandang tersendiri terhadap suatu hal, orang lain punya hal yang menurut dia itu hal yang luar biasa, ya meskipun mungkin menurut kita tuh hal yang sepele. Tetapi dengan pengenalan diri, kita jadi paham, kita jadi bisa menyesuaikan diri terhadap hal-hal kecil seperti itu yang pada akhirnya akan membentuk kepribadian yang disebut penyesuaian diri.

Jadi, pada dasarnya kalau kita berpikiran positif sama diri kita, kita juga bakalan berpikiran positif ke orang lain. Sebaliknya, kalau kita menolak atau sudah negatif thinking sama diri kita sendiri, maka kita juga akan seperti itu ke orang lain. Kita akan sulit untuk menjalin hubungan ke orang lain. Akibatnya, kita akan kehilangan kesempatan emas untuk mengembangkan diri atau kreativitas yang mungkin akan kita dapatkan dengan orang tersebut.

Nanti gimana ya? Aku bisa gak ya? Kok dosennya gini?‘ Kadang kita berpikir ini terlalu berat, aku tidak akan kuat, eaaa. Sadar atau tidak sadar, keluhan-keluhan seperti itulah yang pada dasarnya menjadi penghambat dalam menjalani dunia perkuliahan. Bagaimana tidak, waktu yang pada dasarnya kita pake untuk memulai dan mengeksporasi, sudah habis untuk menasihati diri sendiri.

Mulai sekarang coba kenali diri kita, sehingga kita akan tahu bagaimana dirimu bisa mengenali sebuah masalah, merespon, atau bahkan menyelesaikannya sesuai dengan kemampuan diri kita sendiri. Saya punya tugas banyak nih, Gimana nih saya selesainya? Dengan tahu kemampuan dan batas diri, kita akan mempunyai metode atau trik untuk menyelesaikannya. Misal mau nyicil yang lebih mudah dulu, supaya termotivasi untuk selesain yang lainnya, atau mau dikerjakan bareng teman, atau maunya makan dulu. Itu adalah pengenalan diri yang cuman bisa dilakukan oleh diri kita sendiri, bukan orang lain.

Permasalahan setiap diri mahasiswa itu dapat diatasi dengan strategi atau keterampilan memecahkan masalah sesuai dengan tujuan hidup mahasiswa itu sendiri. Kuncinya adalah mengenali diri sendiri karena dengan hal itu seorang individu akan memiliki konsep, memiliki panduan yang dapat digunakan bahkan untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks ke depannya.

Jadi, stop menuntut orang lain untuk memahami kamu, kalau kamu aja enggak kenal sama diri kamu sendiri. Stop membayangkan bahwa Dylan bakalan datang dan bilang “Jangan dikerjain, itu berat, kamu tidak akan kuat biar aku aja.” Stop menuntut bahwa dosen akan mengerti kita, karena sulit atau bahkan gak mungkin dosen bisa mengenal kepribadian semua mahasiswa. Jadi, mulai aja, pelan-pelan mulai kenali diri sendiri, terima masalah, pecahkan, dan selesaikan.[]

Referensi:
Satyaningtyas, R., & Abdullah, S. M. (2005). Penerimaan diri dan kebermaknaan hidup penyandang cacat fisik. Jurnal Psiko-Buana, 3(2), 1-13.

Penulis bernama Siti Maryam Purba, mahasiswi Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala (USK) angkatan 2020. Ia juga merupakan salah satu anggota magang di UKM Pers DETaK USK.