Beranda Artikel Strategi Baru Monetisasi Media Di Era Digital Saat Iklan Tak Lagi Cukup

Strategi Baru Monetisasi Media Di Era Digital Saat Iklan Tak Lagi Cukup

BERBAGI
(Doc.Ist)

Artikel | DETaK

Di masa lalu, iklan menjadi tumpuan utama pendapatan media. Namun, perubahan  teknologi dan perilaku konsumen membuat iklan tidak lagi cukup. Media perlu  mengembangkan strategi baru agar tetap bertahan di tengah arus digitalisasi. 

Dominasi Platform Digital Mengubah Peta Pendapatan 

Iklan Souvenir DETaK

Sistem lama, di mana media hidup dari iklan, kini tergeser. Menurut laporan eMarketer (2023), lebih dari 60% belanja iklan digital global dikuasai oleh platform seperti Google  dan Facebook. Media tradisional kehilangan pangsa pasar dan dipaksa mencari alternatif. 

Perubahan ini tidak hanya terjadi pada media besar. Media lokal di Indonesia pun menghadapi situasi serupa. Ketergantungan pada pendapatan iklan membuat banyak media rentan, terutama saat perusahaan mengalihkan anggaran promosi mereka ke media sosial atau mesin pencari. 

Untuk bertahan, media harus mengadopsi model bisnis hybrid. Artinya, tidak hanya  bergantung pada satu sumber pendapatan, tetapi menggabungkan berbagai cara, seperti  langganan digital, donasi pembaca, hingga jasa layanan lain. Model ini memberi fleksibilitas dan ketahanan menghadapi perubahan pasar.

Langganan Digital dan Donasi menjadi Jalan Baru Menuju Keberlanjutan

Langganan digital menjadi salah satu strategi utama dalam model bisnis baru media. Media  internasional seperti The New York Times telah membuktikan keberhasilan pendekatan  ini. Di Indonesia, Tempo.co dan The Jakarta Post mulai menerapkan sistem serupa dengan  menawarkan konten premium kepada pelanggan. 

Namun, tantangan besar tetap ada. Pembaca Indonesia terbiasa mengakses berita secara  gratis. Oleh karena itu, media harus meningkatkan kualitas konten. Liputan mendalam, analisis yang akurat, dan keunikan dalam penyajian menjadi kunci menarik minat  pelanggan. 

Selain langganan, strategi donasi sukarela juga berkembang. Katadata.co.id, misalnya, mengajak pembaca mendukung jurnalis independen melalui kontribusi finansial. Model ini mengandalkan rasa percaya dan solidaritas antara media dan pembaca. Meskipun  kontribusi per individu kecil, jika jumlah pendukung banyak, dampaknya signifikan bagi  keberlanjutan operasional media. 

Diversifikasi Sumber Pendapatan dapat Membangun Pilar Bisnis Baru

Banyak media kini memperluas layanan di luar produksi berita. Kompas Gramedia, misalnya mengembangkan pelatihan daring, seminar, dan layanan konsultasi. Ini  membuka sumber pendapatan baru dan memperkuat posisi media di tengah persaingan. 

Di tingkat lokal, peluang juga terbuka lebar. Media komunitas dapat mengadakan pelatihan  jurnalistik, menyediakan jasa promosi untuk usaha kecil, atau bahkan menjual produk  berbasis komunitas. Kunci keberhasilan terletak pada pemahaman terhadap kebutuhan  audiens dan menjaga kualitas layanan. 

Namun, diversifikasi harus dilakukan dengan hati-hati. Fokus utama media tetap harus  pada penyajian informasi yang kredibel. Jika terlalu mengutamakan kegiatan komersial,  ada risiko kehilangan kepercayaan pembaca. 

Menjaga Kepercayaan di Tengah Arus Disinformasi 

Terlepas dari strategi pendapatan yang dipilih, kepercayaan pembaca tetap menjadi fondasi  utama. Di era digital, di mana hoaks dan disinformasi menyebar cepat, menjaga integritas  menjadi tugas berat namun sangat penting. 

Media harus memperjelas batas antara opini dan berita faktual, serta transparan dalam  proses editorial. Regulasi baru, seperti Undang-Undang No.1 Tahun 2024 tentang  Perlindungan Data Pribadi, juga menuntut media lebih bertanggung jawab dalam mengelola informasi pengguna.

Media yang mampu menjaga kredibilitas sambil berinovasi dalam model bisnisnya akan  mampu bertahan. Mereka tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga berperan penting dalam  membangun masyarakat yang lebih cerdas. 

Oleh karena itu, mengandalkan iklan semata tidak lagi cukup bagi keberlanjutan media di era digital.  Model bisnis hybrid, yang menggabungkan langganan, donasi, dan jasa tambahan,  menjadi pilihan strategis yang harus ditempuh. 

Saya merekomendasikan agar media lokal di Indonesia mulai berinvestasi dalam kualitas  konten dan mempererat hubungan dengan komunitas pembaca. Langkah ini penting  untuk membangun kepercayaan, yang menjadi fondasi utama dalam monetisasi jangka  panjang. 

Inovasi bisnis harus berjalan seiring dengan konsistensi dalam menjaga integritas  jurnalistik. Dengan pendekatan ini, media tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga berkembang menjadi kekuatan positif di tengah perubahan zaman. 

Penulis bernama Citra Puspita, Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Malikussaleh.

Editor: Rimaya Romaito Br Siagian