Beranda Artikel 6 Film Animasi Indonesia yang Layak Dikenal Lebih Luas

6 Film Animasi Indonesia yang Layak Dikenal Lebih Luas

BERBAGI
(Doc.Ist)

Artikel | DETaK

Dalam dekade terakhir, industri perfilman Indonesia telah mengalami perkembangan pesat, termasuk dalam ranah animasi. Meski kerap dianggap sebagai “pemain baru” dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia sebenarnya telah menghasilkan karya-karya animasi berkualitas yang memadukan teknologi visual dengan narasi lokal yang kaya budaya. Sayangnya, tak semua film animasi Indonesia mendapat sorotan yang layak. Sebagian besar terlewatkan di
tengah hiruk-pikuk rilis film besar atau kurangnya promosi yang kuat. Padahal di balik layar, karya-karya tersebut menunjukkan dedikasi tinggi dari para animator. Berikut adalah enam film animasi Indonesia yang mungkin belum populer di kalangan luas, namun memiliki kualitas yang patut diapresiasi.

  1. Battle of Surabaya (2015)
    Sutradara: Aryanto Yuniawan
    Durasi: 1 jam 39 menit
    Film ini menceritakan petualangan Musa, remaja tukang semir sepatu yang menjadi kurir bagi perjuangan pejuang arek-arek Suroboyo dan TKR dalam peristiwa pertempuran dahsyat 10 November 1945 di Surabaya. Cerita dibuka dengan visualisasi dahsyat dari pengeboman atom kota Hiroshima dan Nagasaki oleh Sekutu yang menandakan menyerahnya Jepang kepada sekutu di atas kapal USS Missouri (BB-63). Meskipun Presiden Indonesia Soekarno  memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Belanda ingin mengembalikan kendali atas Hindia Belanda, yang menghasilkan Revolusi Nasional Indonesia. Menariknya, film ini menggunakan gaya animasi 2D klasik ala Jepang yang dipadukan dengan visual lokal. Battle of Surabaya bukan hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan narasi sejarah dengan pendekatan emosional yang menyentuh. Film ini telah meraih berbagai penghargaan internasional dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi perfilman Indonesia.
  1. Si Juki The Movie: Panitia Hari Akhir (2017) 
    Sutradara: Faza Meonk.
    Durasi: 1 jam 37 menit
    Si Juki The Movie: Panitia Hari Akhir mengisahkan Si Juki, tokoh komik populer, dalam menyelamatkan Indonesia dari ancaman meteor. Dengan sentuhan humor khas dan pesan moral yang kuat, film ini berhasil menarik lebih dari 600 ribu penonton. Falcon Picture mengungkapkan, film Si Juki The Movie: Panitia Hari Akhir merupakan film bertema animasi yang pertama kalinya mereka produksi. Film ini juga menghadirkan sejumlah selebritas ternama untuk menjadi pengisi suara, di antaranya Bunga Citra Lestari, Indro Warkop, Jeremy Tety, Ari Kriting, Mongol Stress, Tyson Lynch, Tarzan, hingga Butet Kertaradjasa.
  1. Knight Kris (2017)
    Sutradara: William Fajito, Antonius
    Durasi: 1 jam 46 menit
    Film ini merupakan bagian pertama dari trilogi animasi yang ceritanya diangkat dari kisah pewayangan, yang umumnya lebih dikenal di Jawa. Animasi yang digarap selama tiga tahun ini diharapkan bisa menanamkan sejarah budaya lokal dengan cara menyenangkan untuk anak-anak. Knight Kris mengisahkan tentang petualangan seorang anak laki-laki yang bernama ‘Bayu’ berusia 8 tahun yang tinggal di desa Hening. Bayu memiliki kakak sepupu
    yang bernama ‘Rani’. Bayu dan Rani menemukan sebuah keris yang sangat sakti, tertancap di sebuah Candi misterius di dalam hutan terlarang. Karena penasaran, Bayu menarik keris tersebut dan dia pun terkejut akan apa yang terjadi. Dengan menggunakan keris itu, Bayu mempunyai sebuah kekuatan ajaib. Dia bisa berubah bentuk menjadi kesatria Harimau dengan mengenakan baju zirah.
    Dan ternyata, keris itu tidak hanya bisa memberi sebuah kekuatan yang super saja, tetapi keris itu juga mampu membangkitkan ‘Asura’. Asura adalah sosok yang menakutkan, diaadalah raksasa jahat yang telah ribuan tahun terikat di dalam hutan. Karena ulah dari Bayu, raksasa Asura mulai menghancurkan permukiman warga sekitar, termasuk tempat tinggal Bayu dan Rani. Bukan hanya itu, Asura juga telah mengubah wujud banyak warga menjadi sebuah batu, ayah Bayu sendiri menjadi korban dari raksasa jahat. Dengan latar budaya lokal, film ini menyampaikan pesan moral tentang tanggung jawab, persahabatan, dan pentingnya menjaga warisan budaya.
  2. Nussa (2021)
    Sutradara: Bony Wirasmono
    Durasi: 1 jam 47 menit
    Diadaptasi dari serial animasi pendek yang sempat viral di YouTube, Nussa: The Movie membawa karakter Nussa dan Rarra ke layar lebar. Dalam film ini, Nussa si juara bertahan di pameran sains, ingin kembali memenangkan lomba dengan roket rancangannya didampingi oleh Abba. Namun, eksperimen roketnya telah gagal, dan teman-teman beralih memperhatikan kecanggihan roket Jonni (Ali Fikry), anak baru di sekolah sekaligus rival lomba baginya. Berhadapan dengan rival yang lebih unggul, serta kabar bahwa Abba tak bisa pulang membuat Nussa terpukul. Di tengah situasi seperti ini, Nussa harus mewujudkan mimpinya menjadi juara kembali. Film ini menonjol karena kualitas animasinya yang sangat rapi dan sinematografi yang sinematik. Tak hanya itu, Nussa menjadi perwakilan langka dari film anak-anak dengan muatan religius dan pesan moral yang kuat tanpa terasa menggurui. Film ini layak mendapat tempat di antara film keluarga terbaik produksi dalam negeri.
  1. Kiko In the Deep Sea (2023)
    Sutradara: Sally Wongso, Heri Kurniawan, Dezi Ruwah Rezeki
    Durasi: 1 jam 38 menit
    Kiko, karakter animasi yang sudah dikenal anak-anak Indonesia melalui tayangan televisi, kini hadir dalam versi layar lebar dengan skala cerita yang lebih besar. Dalam Kiko In the Deep Sea, Kiko dan teman-temannya menjelajahi lautan untuk menyelamatkan lingkungan dari ancaman pencemaran dan kehancuran ekosistem. Mengusung isu lingkungan secara ringan dan ramah anak, film ini menunjukkan bagaimana animasi bisa menjadi medium edukatif sekaligus menghibur. Meski penyebarannya terbatas, film ini memberi kontribusi penting dalam membentuk kesadaran lingkungan di usia dini.
  2. Titus: Mystery of the Enygma (2020)
    Sutradara: Dineshkumar Subashchandra Samby
    Durasi: 1 jam 35 menit
    Mengangkat kisah detektif dalam dunia hewan antropomorfik, Titus adalah film penuh aksi dan misteri yang membidik penonton anak-anak hingga remaja. Titus, seekor tikus yang cerdas, bersama timnya mencoba mengungkap konspirasi besar yang mengancam kota Enygma. Desain visualnya yang bergaya steampunk menjadi daya tarik utama. Selain itu, jalan cerita yang penuh teka-teki menjadikan film ini sebagai alternatif segar di tengah dominasi film animasi berbasis humor slapstick.

Keenam film di atas menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam industri animasi. Bukan hanya karya hiburan, tetapi juga sarana penyampaian nilai budaya, sejarah, dan pendidikan yang relevan. Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana meningkatkan akses distribusi dan promosi agar publik Indonesia bisa mengenali dan menghargai karya anak bangsa sendiri. Dukungan penonton lokal terutama dalam bentuk kehadiran di bioskop dan diskusi di media sosial sangat dibutuhkan agar industri ini terus tumbuh dan menghasilkan lebih banyak karya gemilang di masa depan.

Iklan Souvenir DETaK

Penulis bernama Nasywa Nayyara Tsany, Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.

Editor: Rimaya Romaito Br Siagian