Feti Mulia Sukma | DETaK
Sie reuboh atau dalam Bahasa Indonesia memiliki arti daging yang direbus merupakan kuliner khas dari Kabupaten Aceh Besar. Santapan satu ini bisa dikatakan sebagai makanan wajib masyarakat Aceh Besar ketika meugang dan mendekati bulan Ramadhan atau lebaran.
Citra rasa gurih dan karakteristik yang khas menjadikan Sie reuboh setia menemani sajian di acara-acara penting masyarakat. Penggabungan rempah-rempah yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai rawit, juga cabai merah,menyatu dalam kuali tembikar yang dipenuhi dengan daging dan gapah (lemak). Ketika bumbu-bumbu tadi dimasak, kemudian ditambahkan garam, perasan jeruk nipis, cuka, dan irisan lengkuas sebagai penambah citra rasa.

Penambahan gapah dalam kuliner Sie reuboh adalah sebagai pengawet alami agar masakan ini dapat bertahan lebih lama. Ketika dimasak, air rebusan yang keluar dari gapah dan daging akan mengering. Kebiasaan orang Aceh Rayeuk (besar) akan membiarkan Sie reuboh di dalam belanga selama semalaman. kemudian esoknya ketika dipanaskan kembali, gapah yang membalut daging akan kembali meleleh. Pada saat yang bersamaan akan ditambahkan sedikit cuka dan air agar daging menjadi semakin empuk. Inilah alasan mengapa kebanyakan Sie reuboh memiliki cita rasa khas daging yang empuk dan mudah disantap.
Selain memiliki rasa yang menggugah selera, Sie reuboh juga memiliki sejarah panjang. Dalam cerita turun temurun yang dikenal masyarakat Aceh Rayeuk Sie reuboh adalah salah satu kuliner peunajoh prang atau santapan perang.
Cerita perang ratusan tahun menjadikan kuliner satu ini semakin melegenda. Masyarakat Aceh kala itu, memasak daging dengan cara direbus bersamaan dengan gapah untuk dikirim sebagai bekal pejuang yang ikut berperang melawan penjajahan Belanda. Karakteristiknya yang dapat bertahan lama menjadi alasan para pejuang diberikan bekal Sie reuboh yang penuh protein ini ketika sedang menjalankan tugas.
Selain sebagai bekal ketika dalam tugas perang. Sie reuboh juga dijadikan bekal selama perjalanan menuju Mekkah ketika sedang musim haji. Dulu masyarakat Aceh harus menempuh perjalanan selama sekitar tiga bulan untuk menuju ke tanah suci. Sie reuboh yang masih terikat dengan lemaknya akan menjadi makanan yang bertahan lama dengan pengawet alami selama di perjalanan.
Hingga saat ini, kuliner ini masih bertahan dalam jajaran santapan khas yang selalu diminati masyarakat lokal juga wisatawan yang datang ke Aceh. Bagi Teman-teman yang ingin menikmati citra rasa khas gurih dan asam serta pedas yang menyatu dalam kuliner Sie reuboh tidak perlu khawatir. Sekarang kita tidak hanya bisa menikmati Sie reuboh ketika meugang atau acara hajatan saja, sudah banyak rumah makan dan warung nasi di Aceh yang menyediakan Sie reuboh sebagai menu utamanya. Kita bisa merasakan sensasi rasa khas Aceh Besar sambil mengingat perjuangan leluhur dalam memperjuangkan bangsa.
#30HariKilasanSejarah
Editor: Muhammad Abdul Hidayat