Artikel | DETaK
Berita pelecehan dan adanya hubungan seksual antara orang dewasa dan anak di bawah umur kerap terjadi akhir-akhir ini. namun, ketika kasus pelecehan di tindak lanjuti oleh pihak berwajib, pelaku mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan karena suka sama suka dan bukan pelecehan, padahal hal ini sudah termasuk grooming pada anak.
Apasih child grooming itu? Child grooming merupakan keadaan dimana seseorang mencoba membangun hubungan dan kepercayaan dengan seorang anak (yang usianya terpaut jauh) dengan cara memberi perhatian dan bersikap baik. korban yang di pilih biasanya merupakan anak broken home yang tidak medapatkan kasih sayang orang tua, anak- anak introvert serta anak yang punya kepercayaan diri rendah.
Pelaku child grooming biasanya membangun kepercayaan pada anak anak tersebut dalam jangka waktu yang panjang, berminggu-minggu, berbulan- bulan, bahkan bertahun-tahun, pendekatan ini agar si anak tidak curiga dan juga merasakan kehadiran seseorang yang baik yang dapat menemani dirinya.
Setelah adanya pendekatan ini nantinya si anak tidak akan merasa dilecehkan dan menganggap hal tersebut sebagai balas budi. Namun, seiring berjalan waktu korban child grooming ini akan sadar dan meninggalkan dampak negatif, baik jangka pendek atau panjang.
Untuk menghindari child grooming tersebut ada baiknya kita mengenal ciri ciri anak yang mungkin terkena child grooming, beberapa diantaranya yaitu :
1. Anak suka menceritakan orang dewasa yang mendekatinya layaknya orang yang sedang berpacaran
2. Anak menjalin hubungan dengan orang dewasa yang sering ia bicarakan
3. Anak lebih jarang menghabiskan waktu dengan teman-teman dan sekitarnya
4. Anak mengetahui hal-hal atau kata-kata berbau seksual yang seharusnya belum di ketahui anak seumuran nya
5. Sering meninggalkan kewajibannya seperti bolos sekolah, karena menghabiskn waktu dengan si pelaku
6. Sang anak mulai jadi pendiam atau tidak banyak menceritakan kesehariannya
7. Anak terlihat menyimpan rahasia
Adapun dampak dari child grooming pada anak yaitu, sebagai korban yang telah di cuci otaknya atau di manipulasi sang anak yang terkena child grooming pasti melakukan apapun yang di perintahkan pelaku karena ia merasa harus menyenangkan pelaku. Setelah terjadinya pelecehan yang di lakukan, anak-anak yang terkena child grooming cenderung memperlihatkan perilaku berikut :
1. Mengalami susah tidur
2. Mengalami trauma emosional yang parah atau mungkin berujung pada gangguan kecemasan
3. Gangguan stress pasca kecemasan (PTSD)
4. Mengalami trust issue pada orang orang sekitar
5. Sulit membangun dan mempertahankan hubungan baru dengan sekitarmya
6. Mengalami gangguan perkembangan emosional dan sosial
7. Serta kesulitan berkonsentrasi dan pendidikan terganggu
Setelah mengetahui dampak dari child grooming, hendaknya orang-orang terdekat terutama orang tua anak, mampu mencegah terjadinya hal tersebut.
Berikut beberapa langkah untuk menghindari terjadinya child grooming:
1. Ajak anak untuk selalu terbuka dan bercerita kepada orang tua, apalagi tentang masalah dan kegiatan yang dia lakukan setiap harinya
2 . Bangun hubungan yang baik dengan sang anak, karena biasanya korban child grooming adalah anak-anak yang tidak mendapatkan cukup kasih sayang dari orang tuanya
3. Memperhatikan penggunaan internet pada sang anak, karena child grooming bisa juga melalui internet, serta memperhatikan bagaimana hubungan sosial ataupun pertemanannya.
4. Edukasi sang anak tentang hal hal yang boleh orang lakukan kepadanya dan apa yang tidak boleh
5. Memberikan peraturan yang bersifat mendidik dan bukan membatasi pergerakan sang anak.
Ajarkan anak tentang batasan sosialisasi dan hal-hal yang dapat orang lakukan padanya, seperti kontak fisik yang boleh atau tidak, kata-kata yang baik dan tidak boleh di katakan, serta ajak ia bercerita tentang hal-hal tidak wajar yang ia lihat di sekitarnya.
Usahakan agar selalu mendengarkan sang anak karena ia butuh ruang untuk menceritakan apa yang ia rasakan dan alami, apalagi dalam masa pertumbuhannya.
Penulis adalah Wanda Amelia Hutasuhut, Mahasiswi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.
Editor : Zarifah Amalia