Artikel | DETaK
Di masa modern ini, sekte atau aliran sesat penipuan terhadap agama masih menjadi fenomena yang semakin umum terjadi di masyarakat khususnya warga negara Indonesia. Sekte yang beragam jenis ini biasanya selalu saja mengiming-imingkan keselamatan, kebahagiaan, dan kemakmuran untuk menarik atensi dari masyarakat agar bergabung kedalam sekte tersebut. Namun, di balik janji manis tersebut, sekte-sekte ini seringkali menggunakan taktik manipulatif dan eksploitatif untuk memperoleh keuntungan finansial dan kekuasaan. Tak hanya itu, lebih parahnya lagi para pemimpin sekte ini juga ada yang menggunakan partisipan nya untuk memenuhi nafsu syahwat mereka.
Aliran sesat seringkali muncul dengan klaim kebenaran dan kebaikan agar di percaya di mata masyarakat, namun di balik itu mereka memiliki tujuan dan ajaran yang menyimpang dari ajaran agama yang benar. Aliran sesat ini dapat menyebabkan kerusakan pada individu dan masyarakat, baik secara spiritual, emosional, maupun finansial. Sekte atau aliran sesat tidak hanya dipercaya dan terjadi di kalangan masyarakat kelas bawah ataupun pedesaan. Bahkan, tidak sedikit orang-orang besar dan masyarakat di perkotaan masih juga mengikuti ajaran aliran sesat untuk menunjang popularitas dan kekuasaan. Mereka percaya jika mengikuti ajaran-ajaran tersebut mereka dapat mencapai cita-cita nya.

Aliran sesat tidak hanya muncul dalam agama islam, namun penyimpangan juga terdapat dalam agama-agama lain. Penyimpangan agama yang dilakukan oleh sekte-sekte ini dapat menyebabkan kerusakan pada individu dan masyarakat, ia seringkali memanfaatkan emosi dan psikologi pengikutnya untuk memperkuat pengaruhnya. Pengikut aliran sesat seringkali dihasut untuk meninggalkan ajaran agama yang benar dan mengikuti ajaran yang menyimpang, sehingga mereka kehilangan arah dan tujuan hidup yang sebenarnya tetapi mereka tidak sadar akan hal tersebut.
Indonesia termasuk salah satu negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia. Terlepas dari gelar tersebut, di Indonesia sendiri masih banyak munculnya sekte-sekte penipuan seperti aliran sesat itu. Pada tahun 2016 majelis ulama Indonesia (MUI) mencatat terdapat 300 lebih jumlah sekte aliran sesat di Indonesia yang telah bermunculan sejak tahun 1995. Berikut 5 contoh sekte aliran sesat Menurut Fatwa MUI Pusat Narasumber KH. Abdul Muiz Ali (wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat) Host Moh. Nuruddin:
LIA EDEN ATAU SALAMULLAH
Aliran sesat ini didirikan oleh Lia Aminuddin yang terletak di Jalan Mahoni, Senen, Jakarta Pusat pada tahun 1997. Sekte Salamullah ini sempat menghebohkan masyarakat Indonesia di tahun 2008 lantaran ditolak oleh mayoritas umat Islam di Indonesia dan dianggap sebagai penyimpangan dari ajaran Islam yang benar. Lia Eden mengaku pertama kali mengalami pengalaman spiritual pada tahun 1995, ketika ia mengklaim mendapat wahyu dan bimbingan langsung dari Malaikat Jibril (Gabriel) dan mengaku bahwa dirinya adalah “pasangan Jibril” dan bahkan mengklaim sebagai inkarnasi Roh Kudus di dunia. Pengikut Lia Eden berjumlah 70 orang yang terdiri dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, pakar budaya, sampai seniman.
KERAJAAN UBUR-UBUR
Kerajaan Ubur-Ubur adalah sebuah komunitas keagamaan yang didirikan oleh pasangan suami istri, Rudi dan Aisyah, di Kota Serang, Banten, Indonesia, yang mengaku sebagai jelmaan dari sosok Nyi Roro Kidul. Kelompok ini juga dikenal karena ritual-ritualnya yang tidak lazim dan pandangan kontroversial terhadap tokoh dan simbol Islam seperti Nabi Muhammad, Ka’bah, dan Hajar Aswad. Komunitas ini memiliki anggota sekitar 20 orang dengan struktur organisasi yang lengkap.
GERAKAN FAJAR NUSANTARA
Gerakan Fajar Nusantara atau disingkat dengan Gafatar ini didirikan oleh Ahmad Moshaddeq pada 14 Agustus 2011 yang kemudian mengklaim dirinya sebagai nabi. Sekte ini menggabungkan ajaran Islam, Kristen, dan Yahudi, sehingga dianggap sebagai penerus dari aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang kontroversial. Gafatar dianggap sebagai aliran sesat oleh pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), sehingga aktivitasnya dilarang sejak 2012. Siapa sangka aliran sesat ini memiliki sekitar 20.000 anggota yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
PUANG LALANG
Aliran sesat puang lalang ini juga dikenal sebagai maha guru yang dipimpin Tajul Khalwatiyah Syekh Yusuf di Gowa, Sulawesi Selatan sejak tahun 1999 yang mengaku sebagai nabi atau rasul khusus untuk suku Makassar. Sekte yang menyimpang dari Islam dan menjanjikan keselamatan dunia dan akhirat kepada pengikutnya melalui penjualan “kartu surga” seharga Rp10.000 hingga Rp50.000 sebagai tanda keanggotaan. meskipun tidak ada angka pasti, jumlah anggota komunitas ini diperkirakan dalam skala ratusan.
AL-QIYADAH AL-ISLAMIYAH
Sekte sesat ini didirikan juga oleh Ahmad Moshaddeq pada tahun 2000 setelah ia memisahkan diri dari Negara Islam Indonesia (NII). Pada 23 Juli 2007, Ahmad Moshaddeq yang mengaku mendapat wahyu dari Allah setelah bertapa selama 40 hari 40 malam di Gunung Bunder, Bogor. Aliran sesat ini pernah memiliki pengikut yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia seperti Sumatera Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Riau, dan Sulawesi, dengan jumlah pengikut yang pernah mencapai puluhan ribu orang dan pertumbuhan anggota baru sekitar 1.000 orang per bulan pada puncak aktivitasnya.
Dari 5 kriteria diatas dapat dilihat bahwa di Indonesia sendiri ternyata terdapat banyak sekali ajaran-ajaran sesat yang sudah jelas menyimpang dari nilai dan norma agama yang benar tetapi masih ada juga orang-orang yang memilih untuk ikut terjurumus kedalam aliran sesat tersebut. Sebenarnya jika kita terawang lebih jauh lagi, sekte-sekte sesat seperti itu tidak hanya terdapat di Indonesia saja, tetapi di luar negeri juga terdapat banyak aliran sesat yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab dengan memanfaat manusia dan menjauhkan manusia dari agama yang lurus dan benar.
Setiap orang memang berhak untuk memilih keyakinan yang mereka yakini, tetapi penting juga untuk tetap berhati-hati dan tidak mudah termakan oleh ajaran yang menyimpang. Bijaklah dalam memilih keputusan apalagi hal yang meyangkut tentang agama. Agama itu pegangan kita dalam menjalani kehidupan kita masing-masing, jadi jangan sampai kita tersesat dijalan yang salah dan merugi di kemudian harinya. Tidak ada manusia yang dapat kita percayai di dunia ini selain diri kita sendiri. Jika bukan tuhan, dimana lagi tempat kita mengadu dan meminta atas keluh kesah akibat kerasnya dunia. Oleh karena itu, jangan sampai kita terjerumus kedalam aliran yang dapat menyesatkan diri kita sendiri.
Penulis bernama Izzatul Ulya, Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.
Editor : Khalisha Munabirah