Beranda Artikel 14 Februari, Perjuangan Cinta Pasukan PETA Terhadap Tanah Air

14 Februari, Perjuangan Cinta Pasukan PETA Terhadap Tanah Air

BERBAGI
Ist

Artikel | DETaK

Tanggal 14 Februari dikenal dengan hari kasih sayang, hari dimana orang-orang menunujukan rasa cintanya kepada pasangan atau keluarga. Tapi mari lihat kembali tepat 76 tahun yang lalu, 14 Februari 1945, sekelompok masyarakat Indonesia yang terkumpul dalam sebuah batalion menujukkan perjuangan cinta terhadap tanah air.

Hari ini adalah hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tanggal 14 Februari dicatat sebagai hari peringatan terhadap peristiwa Pemberontakan PETA yang terjadi di Blitar, Jawa Timur. PETA adalah singkatan dari Pembela Tanah Air.

Iklan Souvenir DETaK

PETA merupakan pasukan tentara yang dibentuk oleh pemerintah Jepang di Indonesia, dengan tujuan membantu kekuatan milter mereka. Pemberontakan PETA timbul, karena ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap kebijakan yang diterapkan Jepang pada saat itu.

Pemerintah Jepang dengan sewenang-wenangnya memaksa masyarakat Indonesia untuk kerja paksa (romusha) demi kepentingan Jepang, dijadikan prajurit, dan menguras kekayaan masyarakat.

Selain itu, Jepang menggunakan janji-janji palsu untuk menarik perhatian masyarakat, seperti manjanjikan kemerdekaan Indonesia, masyarakat Indonesia yang pada saat itu gembira dan percaya dengan pernyataan Jepang akhirnya tunduk dan membantu Jepang.

Tindakan-tindakan Jepang terhadap masyarakat Indonesia pada saat itu telah merugikan dan membuat masyarakat Indonesia menderita. Rasa kecewa, marah, dan benci terhadap Jepang yang menyengsarakan rakyat Indonesia dan rasa keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka, mendorong pemuda Indonesia untuk melakukan perlawanan.

Komandan dan anggota PETA akhirnya mengadakan pertemuan besar untuk merencanakan pemberontakan terhadap Jepang. 14 Februari 1945, menjadi tanggal yang disepakati untuk melaksanakan pemberontakan di Blitar dan Supriyadi menjadi pemimpin dalam aksi tersebut.

Pemberontakan PETA diawali dengan tembakan-tembakan mortir ke tentara Jepang. Dalam pemberontakan ini, sejumlah tentara Jepang tewas dan pasukan PETA berhasil melarikan diri. Pemberontakan tersebut tak berlangsung lama, dengan mudah tentara Jepang memadamkan pemberontakan dengan menggunakan senjata dan alat yang dimiliki oleh Jepang.

Lalu, Jepang mengirim tentaranya kembali untuk menangkap Supriyadi dan pasukannya. Pasukan PETA yang tertangkap diadili oleh Jepang, ada yang disiksa, dipenjara hingga dihukum mati. Sementara Supriyadi, ia hilang dan tidak ditemukan hingga sekarang.

Walaupun perjuangan Supriyadi dan pasukan PETA dalam pemberontakan terhadap Jepang di Blitar gagal, tetapi pemberontakan PETA menumbuhkan semangat nasionalisme pemuda Indonesia pada saat itu untuk merebut kemerdekaan Indonesia segera.

Sebagai peringatan atas peristiwa bersejarah ini, Monumen PETA didirikan dan diresmikan oleh Panglima TNI Jenderal Soedirman pada tanggal 14 Februari 1946 di jalan Seodanco Supriyadi, Kota Blitar, Jawa Timur.

Nikmat kemerdekaan yang kita rasakan hari ini adalah hasil dari pengorbanan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Di era sekarang ini, bentuk wujud cinta tanah air tak lagi ditunjukkan dengan mengangkat sejata atau melawan penjajah.

Mencintai dan melestarikan adat dan budaya, menjaga kekayaan alam, menjaga nama baik Indonesia, meneladani sikap nasonalisme yang dimiliki para pahlawan dan masih banyak lagi hal yang bisa kita lakukan untuk negara kita Indonesia.

Penulis bernama Shella Agustia Putri. Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum, Universitas Syiah Kuala, angkatan 2019. Ia merupakan salah satu anggota magang di UKM Pers DETaK.

Editor: Sri Elmanita S