Beranda Terhangat Unsyiah Press Publikasikan E-Book, Azwardi: Belum Jelas Mekanismenya

Unsyiah Press Publikasikan E-Book, Azwardi: Belum Jelas Mekanismenya

BERBAGI
Azwardi, dosen Bahasa Indonesia Unsyiah saat diwawancarai oleh tim DETaK. (Auliana Rizky/DETaK. 24/2/2020)

Cut Siti Raihan | DETaK

Darussalam- Sejak berstatus sebagai Badan Layanan Umum (BLU) pada 2018 lalu, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) semakin giat dalam usaha untuk menghasilkan pendapatan dan pemasukan kampus, serta mengelola proses pendanaan yang lebih baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa perguruan tinggi yang sudah menjadi BLU harus mampu mengelola keuangan dan pendapatan kampusnya masing-masing. Proses transisi dari Satuan Kerja (Satker) ke BLU juga menjadi tantangan tersendiri bagi semua masyarakat kampus Unsyiah, khususnya civitas akademika.

Mengenai hal itu, terhitung mulai Februari ini pihak UPT Penerbitan dan Percetakan Unsyiah mulai memberlakukan publikasi elektronik book (e-book) bagi mahasiswa Unsyiah. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses penjualan dan publikasi buku. Namun, salah seorang dosen Unsyiah sekaligus penulis buku yang menerbitkan bukunya di Unsyiah Press mengaku bahwa sampai saat ini belum ada kejelasan mengenai mekanisme penjualan e-book tersebut.

Iklan Souvenir DETaK

Saat ditemui oleh tim www.detakusk.com pada Senin 24 Februari 2020, Azwardi, salah seorang dosen Pendidikan Bahasa Indonesia yang juga merupakan penulis buku tersebut menjelaskan bahwa dirinya belum menerima kabar apapun dari UPT Percetakan terkait prosedur publikasi e-book terhadap bukunya.

E-book mau dipublikasikan oleh Unsyiah katanya, kepada penulis mau diberikan royalti dari hasil penjualan. Tetapi, belum ada semacam surat kontrak atau perjanjian antara penulis dan pihak percetakan,” papar Azwardi.

Sampai saat ini belum ada mekanisme yang jelas tentang cara publikasi, penjualan, dan proses penyebaran e-book. Juga, belum pernah ada pertemuan resmi untuk membicarakan proses publikasi e-book antara penulis buku dan pihak percetakan.

“Belum ada pemberitahuan secara resmi bahwa buku-buku dosen mau dipublikasikan via e-book. Tidak jelas segala macam mekanismenya, baik dari royalti untuk penulis, hasil penjualan, berapa banyak jumlah eksemplar buku, dan bagaimana proses penyebaran e-book tersebut.  Seharusnya kalau mau dilakukan publikasi e-book itu, harus ada semacam surat perjanjian dulu,” lanjutnya.

Selain mengenai e-book, ada juga hal lain yang dikeluhkan oleh Azwardi yaitu mengenai proses percetakan dan penjualan buku Mata Kuliah Umum (MKU) Bahasa Indonesia oleh Unsyiah Press. Menurutnya, harga yang ditetapkan untuk penjualan buku masih tergolong rendah dan keputusan untuk memperbanyak buku tersebut tidak dilakukan secara formal antara dua belah pihak namun hanya melalui telepon genggam.

“Kemarin itu, ada buku untuk MKU Bahasa Indonesia: Materi Kuliah MKWU Berbasis General Education karya saya yang sedikit bermasalah. Buku itu mau dijual seharga Rp67.000, untuk penulisnya royalti 10% berarti sekitar Rp6.500. Mungkin itu layak kalau dicetaknya tidak banyak, karena rumus percetakan itu kalau dicetak sedikit harganya lebih mahal. Tetapi kalau dicetak banyak atau ribuan eksemplar harga cetaknya jadi lebih murah, otomatis keuntungannya jadi lebih besar kan. Sehingga, tidak bisa kalau hanya 10% untuk penulis, harus lebih tinggi lagi. Hal-hal yang begitu yang belum disepakati dan tidak ada keputusan sampai saat ini,” pungkasnya. [*]

Editor: Missanur Refasesa